hanbin: hayi dimana?
hayi: studio, mama
di sana kan?hanbin: iya, tapi
kamu ke sini kan?hayi: abis jam
lima aku kelarhanbin: lama banget
hayi: dua jam lagi
hanbin: lama tau
hanbin: dua jam aku bisa
dapetin 500.000 wonhayi: ini kita
ngomongin duit?
kamu itungan?hanbin: aku cuman
mau kamu di sinihayi: tapi nggak
sekarang binhanbin: kapan?
hayi: setengah lima
deh, aku coba izin bosshanbin: aku yg minta
izin aja biar kamu bisa
ke sini sekaranghayi: apaan sih =,=
kamu segitu kangennya
apa sampe nyuruh
pulang sekarang?hanbin: anggep aja iya
MAMPUSIN GUEEE PLEASEEEE
Setelah beres latian, aku pulang ke rumah dulu. Terus ke rumah sakit. Di sana masih ada mama.
"Kok mama nggak pulang?" aku tanya, dan mama senyum.
"Mama nunggu kamu."
"Ada perlu apa, Mah?"
"Nggak kok, nemenin Hanbin biar nggak sendirian. Dia nggak mau ditemenin yang lain."
"Oh jadi Mama yang nyuruh Hanbin buat ngehubungi aku?"
"Enggak tuh," mama heran sama yang terjadi.
Di sisi lain Hanbin kayak menghindari kontak mata sama aku. Heol???
Jadi itu tadi Hanbin sendiri yang minta aku dateng? Tumben.
Biasanya kan mama yang nyuruh dia. Hanbin mana mau repot nyuruh aku dateng buat bantuin dia ngapa-ngapain.
"Yaudah mama pulang dulu ya, jagain Hanbin. Jangan berantem lagi, nggak baik," mama nyium kening aku lalu Hanbin.
Abis itu mama bener-bener pulang.
Aku nyamperin Hanbin. Dia salah tingkah. Ke gep ya mas?
"Udah mandi?" aku tanya ke Hanbin. Dan dia cuman geleng.
"Aku seka pake air hangat ya, Bin. Mau kan?"
"B-boleh."
"Kenapa mama nggak mandiin kamu aja tadi? Daripada kamu lengket," aku mulai bantu ngelepas baju Hanbin.
Kudu ati-ati. Tangannya abis kekilir kemarin. Kali aja entar otaknya keseleo.
"Nggak pengen ngerepotin mama aja," dia ngejawab enteng.
"Berarti pengen ngerepotin aku dong?" aku niatnya becanda sih. Tapi Hanbin jawabnya serius, mana pelan banget lagi.
"Kan kamu istri aku."
"Aku ambil air hangat dulu."
Setelahnya aku ngebasuh badan Hanbin. Dari dada sampe kaki, aku juga ngoles krim muka ke dia supaya makin seger.
Dia nurut banget. Beda sama Hanbin yang bahkan kemarin nggak mau dibuatin mi rebus.
"Malem ini ada acara?" Hanbin tanya ke aku pas aku mau ngupas apel buat dia.
"Nggak ada kayaknya. Kerjaan juga udah beres semua. Ada apa emangnya?" aku nyuapin Hanbin. Dia diem, kayak anak kucing yang ragu mau makan makanan dari majikannya.
"Mau makan malam di sini nggak, Hay?" abis ngomong gitu, apelnya langsung dimakan.
Hampir aja tanganku kena gigit.
"Ya nggak masalah. Nanti aku bisa beli makanan buat dianter di sini. Tapi kamu kan kudu makan buatan rumah sakit."
"Enggak mau, aku maunya steak aja. Gimana?"
"Emang ada steak pesan antar?"
"Dibuat bisa aja. Kenapa enggak orang ada duit banyak."
Hanbin kali ini ngomong bukan dengan nada sombongnya. Beda pokoknya. Asli.
Jadi sebelum aku mengingatkan, dia udah ngehubungi orang kepercayaannya.
Terus nggak sampe setengah jam, orang-orang pada masuk ruangan Hanbin. Lah ngapaiinn?
"Beneran kamu mau makan di kamar rumah sakit?"
"Asal nggak ketauan sama dokternya aja, Hay."
Beberapa orang dengan pakaian koki ngebuka nampan. Isinya tentu aja steak.
Ditaro di nakas Hanbin. Ada dua steak, beberapa kentang mozzarella, selada, sekalian siraman rohani. Eh ya bukan lah, siraman saus maksudnya.
Tapi semuanya ditaro dalam satu piring besar. Dengan satu garpu dan satu pisau.
"Kok cuman satu garpu sama pisau aja?" Hanbin tanya ke kokinya.
"Saya kira ini makan malam romantis, Pak. Apa saya perlu kirimkan garpu..."
"Gausah deh, kamu boleh keluar sekarang," lah Hanbin ngusir nih???
Koki itu pergi, tapi nggak ada satu di antara kami yang nyentuh garpu sama pisaunya.
Akhirnya karena dorongan aku yang lapeerrrr banget, aku ambil garpunya. Aku potong kecil-kecil kedua dagingnya.
"Buka mulutnya," aku merintah Hanbin. Dia nurut.
"Kamu nggak makan?"
"Ya makan lah, aku seharian belum makan. Kamu dulu, terus aku gantian."
"Yaudah."
"Tumben mau disuapin."
"Eh?" kagok dia. "Abis gimana lagi? Tangan aku kekilir gini nggak bisa pegang pisau."
"Iya ya?"
"Peka dong makanya."
"Iya tau aku salah."
"Good wife."
Makan malam berakhir. Aku sekarang nyiapin bantal di atas sofa panjang. Capek banget kerja seharian langsung jagain Hanbin.
"Kamu tidur sofa?" Hanbin yang masih bangun nanya ke aku.
"Iya lah mau dimana lagi?"
"Di ranjang aja."
"Hah????"
INI MAKSUDNYA KUDU SERANJANG SAMA DIA GITU???
Heol!!!
"Ya kamu pesen ranjang, dibawa masuk ke sini. Mana enak tidur di sofa?"
Ya ampun aku malu. Kirain diajak bobo diranjang rumah sakit. Duh pikiranku.
"Eng, nggak usah deh. Tidur sofa aja udah nyaman. Lagian sofanya juga empuk kok, Bin."
"Masih empuk juga perut aku."
"YA KALI AKU NGUYEL PERUT KAMU BUAT TIDUR!!"
"Heh ini rumah sakit, Hay! Jangan teriak gitu dong!"
"Siapa yang nggak tau ini rumah sakit? Abisnya kamu nyebelin sih!!!!"
"Nyebelin kenapa? Orang aku cuman bilang kalo perut aku empuk buat dibuat tidur."
IttTTUUU YAANG BIKIN KESEELLL KARENA AKU GAK BISA NGERASAIN PERUT KAMUU
"Bodo ah aku mau tidur."
Nggak lama setelah itu Hanbin senyum tanpa aku ketahui apa penyebabnya. Aneh tuh orang.

YOU ARE READING
no sense; hanbin ➕ hayi
Fanfictionーkalau sayang benar-benar tercipta karena terbiasa bersama, aku juga benar-benar nggak mau nikah biar nggak timbul rasa ke kamu nantinya, aku nggak mau nyakiti kamu sorry slow update, lagi dalam masa sibuk /.\