Part 32

149K 8.6K 190
                                    

"Aubrey, Aubrey!!" Seru Dicky dan James bersahutan memanggil Aubrey yang sedang duduk melamun di bangkunya.

"Ck, apa sih?" Ucap Aubrey berdecak sambil melihat Dicky dan James yang sedang berdiri didepan mejanya.

"Kata Azka, perjodohan kalian dibatalin? Iya? Kenapa?" Tanya James sambil membungkukkan badannya dan sedikit berbisik.

"Iya. Terus kata si Azka, papi lo marah sama Azka ya? Kok bisa, Brey?" Tambah Dicky.

"Kalo mau nanya ke gue aja, gak usah ke Aubrey," kata seseorang dibelakang Dicky dan James. Spontan, Dicky dan James pun membalikkan badannya.

"Eh, Azka... hehe.. maaf ya, kita gak bermaksud ganggu cewek lo, hehehe. Yaudah, gak jadi nanya. Ayo, Dick, kita main kartu lagi," ujar James cengengesan karna takut membuat Azka marah. Kemudian, ia menarik Dicky untuk pergi menjauh.

    Azka memandang tajam kedua temannya itu. Kemudian setelah itu, ia duduk di bangku samping Aubrey. Aubrey hanya diam sambil memandang ke depan dengan tatapan kosong.

"Muka kamu pucet. Kamu kenapa?" Tanya Azka sambil menyentuh kening Aubrey. Suhunya normal.

"Gak papa," jawab Aubrey tanpa melirik Azka sedikitpun.

"Mata kamu sembab. Kamu abis nangis semaleman?"

"Enggak,"

"Kamu kayaknya lesu banget. Kamu belum makan ya?"

"Enggak,"

"Huft..," Azka menghembuskan nafasnya pelan. Ia tahu, Aubrey pasti masih memikirkan tentang dibatalkannya perjodohan itu. "Jangan dipikirin terus. Nanti kita usahain sama-sama biar perjodohannya gak dibatalin,"

"Kalo aku bilang aku bakal dipindahin sekolahnya ke luar negeri gimana?"

DHEG!
Satu kalimat yang membuat Azka terpaku beberapa detik.

"Jangan bercanda, Brey,"

"Aku gak bercanda," ucap Aubrey sambil menatap Azka dengan tatapan serius.

"Papi kamu yang suruh?"

"Iya, dan dia bersikeras buat nyuruh aku ngejauhin kamu. Ada dua pilihannya, aku tetap di indonesia, atau aku pindah ke luar negeri,"

"Dan diantara dua pilihan itu, inti nya papi kamu tetep nyuruh kita buat saling menjauh kan?"

"Iya. Aku gak ngerti harus gimana lagi,"

"Nanti pas papa aku pulang, aku bakal minta papa buat tetap jadiin perjodohan ini. Sekarang, papa aku lagi di---,"

"Assalamu'alaikum, anak-anak!!" Ucapan Azka terpotong oleh salam yang diucapkan guru yang baru saja masuk ke kelas.

"Yaudah, lanjut nanti," kata Azka sambil membalikkan badannya yang tadinya mengarah ke Aubrey menjadi mengarah ke papan tulis.

🌹

"Jadi... papi kamu mau pindahin kamu ke luar negeri?"

"Iya," jawab Aubrey sambil memandang ke bawah rooftop dengan tatapan lesu.

"Gak dikasih pilihan lain?" Tanya Azka lagi sambil ikut duduk disebelah Aubrey.

"Pilihan pertama, aku tetep di Jakarta tapi pindah ke sekolah lain. Pilihan kedua, pindah keluar negeri. Dan diantara kedua pilihan itu, inti nya papi tetep mau batalin perjodohannya dan nyuruh kita untuk saling menjauh,"

"Huft.. papi kamu udah bilang ke papa aku kalo perjodohannya dibatalin?"

"Gak tau..," ujar Aubrey. Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya menetes juga, bahunya bergerak-gerak menandakan ia sedang menangis.

"Hei, kok nangis? Gak usah nangis sayang, kita usahain sama-sama," kata Azka sambil memeluk Aubrey dengan erat. Aubrey menenggelamkan kepalanya di dada bidang Azka.

"Kalo sampe papa kamu juga setuju perjodohannya dibatalin gimana? Hiks..," tanya Aubrey terisak.

"Gak bakal..," jawab Azka sambil mengusap punggung Aubrey. "Abis ini aku kerumah kamu ya, mau ketemu sama papi kamu,"

"Jangan.. nanti papi makin marah sama kamu,"

"Gak papa. Yang penting kan aku mau jelasin dulu yang sebenernya ke papi kamu,"

   Aubrey hanya mengangguk pelan. Kemudian, ia melepaskan tubuhnya dari pelukan Azka dan bangkit berdiri.

"Sekarang aja yuk. Nanti kesorean, papi marah-marah lagi," ajak Aubrey sambil menarik tangan Azka.

"Yaudah ayo,"

                                       🌹

"Jadi.. kamu mau jelasin apa?" Tanya papi Aubrey kepada Azka yang sedang duduk dihadapannya saat ini.

"Maafin saya udah ajak Aubrey bolos, om," ucap Azka sambil tertunduk.

"Terus?"

"Ini kesalahan saya, tolong jangan marahin Aubrey. Dan tolong juga jangan batalin perjodohannya, om... saya mohon banget," ujar Azka.

    Kemudian, ia berlutut dihadapan papi Aubrey sambil memegang lutut papi Aubrey dan menunduk. Ia berusaha menahan agar air matanya tidak terjatuh, tetapi tidak bisa. Papi Aubrey pun merasakan kaki nya basah.

"Ya ampun, Azka. Kamu nangis?" Tanya papi Aubrey sambil mendongakkan wajah Azka. Ia melihat mata Azka memerah dan pipi nya basah. "Astaga.. kamu sampe nangis, nak. Sudah, bangun," ujar papi Aubrey sambil menyuruh Azka untuk bangun. Kemudian, menduduk-an Azka disebelahnya.

"Maaf, om. Saya gak bisa tahan buat gak nangis," kata Azka sambil menyeka air mata nya dengan kedua tangannya.

"Kamu sampai nangis karna Aubrey?" Tanya papi Aubrey sambil merangkul Azka pelan. Azka hanya mengangguk. "Apa alasan kamu nangis?"

"Saya takut kehilangan Aubrey, om. Saya takut om batalin perjodohannya dan misahin saya sama Aubrey. Saya takut saya dan Aubrey gak bisa ketemu lagi,"

"Udah jangan nangis lagi, masa laki-laki nangis, gak malu apa kalo Aubrey sampe liat?"

"Iya, om. Maaf,"

"Sekarang gak usah nangis karena takut kehilangan Aubrey lagi ya," Azka membelalakkan mata nya.

"M-maksud om? Perjodohannya gak jadi dibatalin kan?!" Tanya Azka antusias.

"Ih, kata siapa? Geer banget kamu," ucap papi Aubrey. Azka pun langsung merubah raut wajahnya menjadi raut wajah sedih kembali. "Hehehe, om bercanda kok Az. Perjodohannya gak jadi om batalin, deh. Om lebih milih cowok yang bandel tapi setia, dibandingkan baik tapi gak setia," jelas papi Aubrey sambil menepuk pundak Azka dan merangkulnya.

"Jadi.. perjodohannya tetep dilaksanain kan om?" Tanya Azka kembali antusias. Papi Aubrey hanya mengangguk sambil tersenyum. "Makasih, om..," ujar Azka sambil memeluk erat papi Aubrey.

"Iya, sama-sama," balas papi Aubrey sambil balas memeluk Azka. "Tapi.. janji ya,"

"Janji apa, om?"

"Jangan sampe kamu ajakin Aubrey bolos lagi, dan jangan ekhem.. gituan di depan umum, apalagi pake seragam SMA," kata papi Aubrey bermaksud menggoda Azka.

"I-iya, om. Maaf, saya khilaf," ujar Azka sambil tersenyum malu.

"Udah, sana. Kamu kasih tau Aubrey kabar bahagianya, dari kemaren dia ngurung diri dikamar, ngambek sama semua orang,"

"Oke, om,"

"Denger ya Az, saya gak jadi batalin perjodohannya karna saya liat keseriusan kamu terhadap anak saya. Kalau saya lihat kamu menyakiti anak saya dan menjerumuskan anak saya ke dalam hal-hal tidak baik, saya gak kasih kesempatan lagi,"

BAD BOY VS KETUA OSIS (selesai)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora