Bagian #25

14K 483 87
                                    

Aku mengerjab pelan, ketika silau cahaya matahari menusuk indra penglihatanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mengerjab pelan, ketika silau cahaya matahari menusuk indra penglihatanku. Kukerjabkan mataku berkali-kali, mencoba menyesuaikan netraku dari sinarnya.

"Emhh," kuregangkan otot tubuhku, sambil mengucek mataku yang masih samar untuk melihat.

"Ma ma ma," Suara itu membuatku menengok, mau kemana anak itu? sudah rapi sekali dengan outfit serba merah jambu.

"Karan, kenapa lama banget sih?" teriakan dari luar membuatku mengernyit.

"Sabar, saya baru  dikamar mandi," teriak lelaki itu tak kalah nyaring.

"Saya ke kamar ya?" pintahnya.

"Kamu mau ke kamar mandi, liat saya?" tanya Karan.

"Apaan sih, Saya mau ke kamar ambil Zeera," jawabnya.

"Jangan," larang Karan.

"Kenapa? biasanya juga boleh," ketusnya.

"Nara sedang tidur didalam," jawab Karan.

"Lalu apa hubungannya? Saya tidak akan membangunkannya," omelnya.

"Nara tidak suka, jika ada orang lain masuk kamar saat dia sedang terlelap" seketika senyumku terbit, lelaki itu masih mengingatnya. Karan memang luar biasa."Tidak sampai lima menit, saya keluar" Sambung Karan.

"Cepetan sih" teriak nya lebih kencang membuatku refleks menutup telinga.

"Iya astaga." Karan membuka pintu kamar mandi dengan tergesa."Bunda kamu ya, Zee. Emang hobi banget teriak. Untung mama tidak bangun ya, nak" Karan berjalan cepat menghampiri adik yang terduduk manis di sofa.

"Ma ma ma" adik menunjukku.

"Eh, kamu sudah bangun?" Karan terperanjat melihatku yang sudah membuka mata."Hmm, maafin Rucika ya, Dia emang berisik. Hehe," sambungnya dan kuhiraukan.

"Saya mau ke kantor bentar, nanti kalau kamu mau ke bandara, telfon saja biar saya antar," pintanya lembut."Di rumah hanya ada bibi. Mama dan papa sedang ada acara di luar, adik biar dibawa Rucika," sambungnya dan kali ini ku-respons dengan anggukan.

"Ma, Maa, osss." Saat Karan sudah berbalik kulihat adik yang tiba-tiba merosot dari gendongan, hal yang membuatku mengernyit bingung.

"Anak pintar," Karan berbalik lalu kembali mendekatiku.

"Ada apa?" tanyaku ingin tau.

" Zee mau tos sama kamu, dia lebih suka diajak tos dari pada salim kalau mau pergi," jelas Karan sambil mengecupi pucuk kepala adik.

"Ma, Maa, osss piss." Rengekan disertai uluran tangan mungil itu membuat tubuhku seketika meremang.

"Ayolah,Naray. Adik sudah memohon," pinta Karan sambil menatapku penuh arti. "Nay." Tegur lelaki itu kali ini membuatku mengangguk, perlahan kusambut uluran tangan adik yang mengepal.

FALLING IN LOVE [REPOST] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang