CHAPTER SEMBILAN

10.5K 1.6K 143
                                    

Elisa... kasihku
Aku rindu kepadamu
Aku cinta kepadamu
Hanya kepadamu

Made setengah berlari menuju ruang kelasnya yang masih ramai kendati jam kuliah sudah berakhir. Ia menggebrak pintu kelas dengan napas tergesa-gesa.

"El, ikut gue buruan." teriak Made yang langsung membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Ono opo toh, Mad?" tanya Elisa dengan nada bingung.

"Udah ayo ikut aja. Ada pertunjukan depan fakultas." kata Made. Melihat Elisa hanya bergeming, ia mendekat lalu menarik sebelah tangan Elisa dan memaksa gadis itu mengikutinya.

"Ih, apa-apaan tho ini." keluh gadis itu sambil mencoba mengimbangi langkah Made yang lebar.

"Pertunjukkan apaan sih? Topeng monyet?" kata Lala. Wina mengangkat bahu dan memilih mengikuti dua orang itu dari belakang.

Aku mau jadi bulu matamu

Pelindung dari cahaya dan debu

Aku mau jadi pemerah bibirmu

Yang menambah kecantikanmu

Elisa... kasihku

Elisa ho Elisa

Elisa... kasihku

Aku rindu kepadamu

Aku cinta kepadamu

Hanya kepadamu

Made dan Elisa menerobos kerumunan mahasiswa yang tengah menonton. Elisa tertegun. Matanya membulat, mulutnya sedikit terbuka. Tak menyangka akan menemui pemandangan ini. Dilihatnya laki-laki yang sedang asik menyanyi sambil memetik gitar itu tersenyum manis ke arahnya.

"Widih, ksatria bergitar." seru Lala.

"Dia nyanyi lagi dangdut itu?" tanya Wina. "Gila...gila... Udah nggak punya malu itu anak." lanjutnya.

"Alhamdulillah... Ada yang lebih parah dari gue." kata Lala sambil tertawa.

Kubuat pagar besi

Yang mengelilingi dirimu

Agar tak seorang pun

Yang kan dapat menyentuh tubuhmu

Elisa... Elisa...

Primadona di hatiku

(Sonia - Abiem Ngesti)

Gemuruh tepuk tangan menggema. Riuh sorak sorai mahasiswi fakultas Ekonomi membuat Fabian tersadar bahwa dirinya sudah menjadi pusat perhatian di sana.

Laki-laki itu mengakhiri lagunya lalu menatap Elisa baik-baik sambil tersenyum. Menampilkan lesung pipi yang membuat semua mahasiswi nyaris menjerit histeris.

"Wong edan." desis Elisa saat melihat Fabian mendekat.

"Ajeng, gimana? Kamu pasti terharu kan?" kata Fabian saat berhenti di depan Elisa yang justru mengerutkan kening. Made, Wina dan Lala menahan senyum di sampingnya. Sedangkan penonton masih berdiri di tempatnya, enggan beranjak.

"Terharu muatamu. Malu-maluin tahu, nggak?" Elisa bersidekap lalu melirik mahasiswi yang masih mengelilinginya.

"Kok malu? Romantis gini juga." katanya dengan nada berbisik tepat ke telinga Elisa yang langsung mendelik tajam.

Belum sempat Elisa membuka mulut, ia terkejut mendapati Alfian tengah berjalan membelah kerumunan untuk menghampirinya.

"Kamu sudah selesai kelas, Dik?" tanya laki-laki itu saat berada tepat di samping Fabian. Fabian menoleh, sedangkan Made dan yang lainnya menatap laki-laki itu bingung.

Hands UpDonde viven las historias. Descúbrelo ahora