Part 36

2.7K 183 14
                                    

"Makasih pak" kataku seramah mungkin saat pak sopir itu meletakkan boneka besar didalam kamarku. Setelah menutup pintu kamar aku langsung duduk dan menatap surat lalu boneka bergiliran. kadang aku heran, kenapa Ari selalu penuh kejutan?
Dia bahkan memberiku kejutan dengan mengirimkan boneka ini, ditambah yang mengirim sepupunya. Ahh membuatku gila saja.

Setelah puas menatap kubuka Surat dari Ari yang diberikan sepupunya tadi, sedikit kubolak balik sambil berfikir kalau ini adalah Surat Cinta pertamaku. Apa? Surat Cinta? Aisyah memang sudah gila.
Batinku berontak sendiri sambil senyum senyum tak jelas.

Berhasil kubuka kulihat ada beberapa tulisan bagus yang kuyakini bukan tulisan milik Ari, aku yang sebangku dengan dia berbulan bulan tentu saja hafal bagaimana bentuk tulisan tangannya. Sangat jauh dari tulisan rapi ini.

Dear aisyah,
Sudah. Aku tau kamu lagi berbicara dengan bantinmu bahwa ini bukan tulisan tanganku, Tak perlu begitu aku sudah mengakuinya.
Apakah teman taekwondo mu sudah sampai? Kasih nama Ari saja. Suatu saat jika aku buat salah kamu boleh pukul dia semau kamu, kan sama Ari nya. Ahh aku tau kamu pasti lebih memilih menghabisiku saja ketimbang boneka.
Setuju! 20menit lagi aku sampai rumah kamu, kamu boleh habisi aku sepuas kamu.
Btw, maaf ya cantik❤

Ari.

Aku sedikit tersenyum malu melihat kata katanya yang tidak romantis tapi berhasil membuat aku terpanah. Oke, kali ini benar. Aisyah telah jatuh cinta lagi.
Aku tersenyum langsung menuju kamar mandi untuk bersiap latihan.

Tak butuh waktu lama aku sudah siap dengan kaos dan celana jeansku, kini aku sedang memasukkan beberapa perlengkapan untuk latihan biasanya. Sambil memikirkan apa yang akan dilakukan Ari nanti, tapi aku tetap ingin menghabisinya karna dia selalu saja memberiku hal tak terduga namun akhirnya aku juga yang terlihat bodoh. Dasar!

"Aisyah!!!! Ari didepan tuh" Teriak mama dari bawah namun mampu kudengar dari kamar atas.

"Iya ma" balasku sambil sedikit berkaca dan melangkah pergi. Aku menuruni tangga dengan semangat entahlah Hari ini aku terlihat plin plan tadi saja seperti ingin kumakan semua dihadapanku tapi sekarang malah seperti orang gila.

"Aisyah pergi dulu ma"
Aku mencium tangan mama dan mama tersenyum sambil mengusap rambutku.

"Tumben sih bahagia banget"

"Iya nggak papa, ini aisyah bawa ya bekalnya. Aisyah berangkat dulu. Dadaaa" aku melambaikan tanganku sambil berlari menuju arah pintu Dan membukanya.

Saat kulihat kosong. Katanya tadi ada Ari dimana dia? Mama bohong? Apa aku yang salah dengar? Aku tetap mencari Ari sampai keluar pagar.

"Cariin siapa mbak?"

"Temen saya mas"
Deg! Siapa yang bertanya? Bodohya aku malah menjawab tanpa tahu siapa yang bertanya, saat aku menoleh kebelakang malah tidak ada orang, duh ini nggak bener.
Namun, saat aku melihat keatas kagetnya aku melihat Ari yang duduk diatas pohon sambil memandangiku seperti biasa.

"Ari!!! Ngapain!!! Turunnnnn" teriakku disambut kekehan oleh Ari.

"Iya kamu lama"

"Ari entar jatuh turun nggak"

"Iya sebentar donggg"

"Ada Ada aja sihh"
Kataku mengomeli Ari yang kini berusaha turun dari pohon mangga yang berada di depan rumah. "Lagian ngapain nggak masuk aja sih? Daripada disitu nggak faedah banget"

"Niatnya mau ambilin kamu bunga taunya ini pohon mangga bukan mawar"

"Receh banget tau gak" kataku setangah memarahinya, dia hanya tersenyum garing.

Kini aku sedang menatapnya tajam dengan muka yang memerah ingin sekali aku habisi dia dengan jurus taekwondo ku tapi aku ingat, jurus jurusku untuk membasmi kejahatan. Tapi bukan nya yang dilakukan Ari siang tadi jahat bukan?

"Kamu kok liatin aku gitu banget sih. Aku ada hutang ya sama kamu?"
Kata Ari takut takut sambil mencolek colek lenganku.

"Apasih" kusingkirkan tangan nya dari lengan ku kasar. "Maksutnya tadi apa?"

"Apa?" Tanyanya balik.

"Tadi, kirim boneka dan yang jadi kurir sepupu kamu apa maksutnya?" Kini tanganku beralih ke pinggang untuk mengintimidasi cowok nakal ini.

"Iya biar kamu nggak salah paham"
Ari kini membuat wajah yang seakan akan takut padaku.

"Apa?"

"Iya salah paham, kamu tadi pasti marah banget sama aku. Udah dicuekin terus aku tinggal sama cewek iyakan?"

"Segitu gede kan PD loe?"

"Ha?"
Spontan langsung kupukul punggung Ari dengan keras karna kesal ini sudah mulai menguasai diriku, benar benar ingin buat pelajaran dengan laki laki ini.

"Sakit yang" dia memanggilku apa? Dengan jengkel kupukul lagi kini ditangan nya.

"Awww sayang"

"Ariiiiiiii!!!!" Kupukul apapun yang terkena karna kini Ari malah berlari sambil tertawa lepas melihat aku dengan muka memerah menahan marah.

Dan tanpa dugaan kini Ari malah jatuh membuat aku Makin kaget karna lengan nya berdarah.

"Ehhhh maaf maaf" teriakku sambil melihat luka Ari, itu tidak begitu parah namun ini semua salahku bukan? "Sakit ya?" Kataku sambil mengambil tissue yang ada ditas lalu membersihkan Luka nya.

Ari hanya diam.

"Abis nya loe nyebelin banget, loe jangan kayak gitu tau gak bikin gue malu aja sih loe" Kini aku berbicara sambil memberi plaster luka di lengan nya.

"Lagian nih ya, gue nggak pernah salah paham apapun sama loe. Ya kan loe temen gue jadi apapun yang bikin loe seneng gue juga seneng"
Kataku lagi.

"Kalau aku Sukanya sama kamu? Kamu juga suka?"

"Iya"
Tanpa sadar aku menjawab karna aku sedang membersihkan sampah dari plaster Ari.

"Apa?!"

"Haa apa?" Tanyaku karna tiba tiba Ari berdiri dengan wajah sumringah.

"Kamu suka kalau aku suka kamu?"

"Siapa yang bilang"

"Kamu barusan"

"Banyangan aku kali"
Aku pergi kearah motor Ari didepan pagar untuk menutupi rasa malu ku karna keceplosan entah itu jujur atau bagaimana.

"Kau jadikan aku kekasih bayangan.." Ari kini malah bernyanyi sambil mengikuti langkahku dibelakang.

Kini aku dan Ari sedang dijalan menuju tempat latihan taekwondo ku, tidak jauh dari rumahku tapi jika jalan ya lumayan capek. Di jalan yang aku lakukan hanya diam dan Ari yang juga konsen ke jalan. Ari ini tipikal suka bercanda jadi tidak mungkin aku bertanya bisa bisa dia akan bercanda dijalan.

Hampir 15menit dijalan akhirnya sampai, aku turun dari motor Ari. Namun anehnya Ari juga ikut turun.

"Ngapain ikut turun?"

"Kan anterin kamu"

"Sampai sini aja gapapa" kataku sambil menahan Ari agar kembali duduk di motornya.

"Siapa juga yang mau anterin sampe sini"
Katanya malah memarkir motornya dan melepaskan helm nya.

"Terus?"

"Aku tungguin didalem lah"
Dengan kaget aku berusaha menahan Ari namun nihil Ari sudah berhasil masuk ke arah gedung tempatku latihan.

"Ariiiiiiii"
-----------------------------------------------------

Hallo!!!
Have fun.

I Love You. Friends!Where stories live. Discover now