Part 63

1.9K 114 33
                                    

3 hari berlalu setelah aku berhasil berbaikan dengan Mama, hubunganku dengan suami mamaku dan anak tirinya pun sudah membaik. Dan sebentar lagi, aku juga akan memiliku seorang adik dari Papaku tak lain adalah anak Bundaku.
Kami sudah menjadi keluarga yang bahagia, semenjak bisa menerima satu sama lain. Bahagia memang cukup menerima takdir.

Keadaan Ari semakin membaik kata dokter, bahkan hari ini akan dilaksanakan operasi pengangkatan sel kanker yang ada di kepalanya. Sebenarnya aku bahagia dan sedih, bahagia karna sebentar lagi aku yakin Ari akan sembuh dari sakitnya, sedihnya aku tidak bisa menemaninya karna akan melaksanakan olimpiade siang ini. Dari kemarin aku memikirkan nya sendiri, tidak mungkin aku meminta saran ke papa. Beliau akan marah mungkin?
Hingga kini aku sedang menuju perjalanan tempat olimpiade aku masih bimbang.

"Pa, boleh nggak kita ke Ari dulu?" Tanyaku sambil mendekat kearah papa dan bunda duduk dikursi depan mobil.

"Emang kamu nggak bakal telat apa?" Sahut bunda sambil mengelus pipiku sayang.

"Nggak kok bun, soalnya kan olimpiadenya siang. Bisalah nanti dateng agak mepet an"

"Janga capek capek dong sayang" Tambah papaku masih fokus menyetir.

"Cuman jenguk doang kok pa, please!!" Seruku sambil menyatukan tangan untuk memohon ke papaku. Satu kali angukan pun membuat aku bahagia.
Kini aku akan menghilangkan beban didalam perasaanku yang entah kenapa terus memikirkan Ari, padahal keadaan nya sudah membaik.

Jalanan yang macet jadi membuat lama aku sampai di rumah sakit, untungnya saat berangkat aku mengawali jam nya agar bisa santai dijalan. Aku menyusuri jalan kearah ruangan ICU, dokter bilang Ari sudah membaik tapi karna alasan kesehatan jadi Ari masih ditempatkan diruangan ICU.
Disana terlihat Arin, Kak Riri dan orang tua Ari menunggu di depan dengan wajah sedikit panik. Apakah Ari drop lagi? Aku tidak tahu.

"Aisyah" Panggil Arin ketika dia menyadari aku sudah berada disana.

"Hai, Ari gimana?" Tanyaku

"Dia udah mau di operasi nih, jadi pada panik" Wajah Arin memang menjadi pucat pasi ketika dia berbicara padaku, apakah ada yang disembunyikan lagi?

"Kalo kamu mau, bisa nemuin Ari sekarang kok. Dia belum menjalani perawatan apapun. Masuk aja" Aku menganguk lalu ijin kepada papa dengan melihat kearahnya.
Papaku langsung menganguk melepaskan aku untuk pergi keruang ICU menjenguk sahabatku yang menyusahkan orang itu.

Bau obat langsung kurasakan ketika baju hijau milik rumah sakit sudah terpasang sempurna ditubuhku, tak lupa penutup kepala dan masker.
Aku melihat kondisi Ari yang memang lebih membaik dari sebelumnya. Wajahnya yang pucat kini sudah kembali segar, bibirnya yang membiru sudah kembali memerah.
Aku berjalan mendekatinya membuat dia yang tadi menutup matanya kini terbuka dan tersenyum lebar.
Dia berusaha membuka oksigen yang menutupi hampir sebagian wajahnya agar dapat berbicara padaku.

"Nggak usah Ri" Aku berusaha menahan tangan nya namun ia tepis dengan pelan

"Nggak papa, kalau gini aku bisa ngomong sama kamu" Nada bicarnya masih saja terlihat lemah, tidak seperti dulu yang selalu menggoda dan jahil.

"Gimana keadaan loe?" Kataku dibalas dengan senyum olehnya.

"Harusnya aku yang tanya, gimana kamu? Siap kan? Hari ini kamu kan olimpiade taekwondo. Kenapa malah kesini?"
Aku sedikit gelagapan menanggapi pertanyaan nya, namun segera kutepis agar tidak terlihat gugup

"Gue kan juga mau minta restu sama loe" Dia terkekeh lalu menggenggam tanganku dengan susah payah.
Akhirnya aku paham lalu menyodorkan tanganku kedalam tangan nya yang dipenuhi dengan selang banyak jenis.

I Love You. Friends!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang