Part 53

1.9K 118 11
                                    


Setelah kembalinya ingatan Aisyah kini dia sudah kembali kerumah. Keadaan rumah kembali dingin karna Aisyah yang dulu sudah kembali. Aisyah yang galak, yang dingin, yang sedikit tidak peduli. Hanya satu yang menurut Ari ada perlakuan baru Aisyah yaitu bawel. Selama beberapa bulan tidak bersekolah membuat Aisyah hari ini tidak mengikuti sekolah resmi dia hanya mengikuti homeskuling untuk mengikuti perkembangan teman nya apalagi sebentar lagi Aisyah akan mengakhiri masa SMA nya.

Aisyah bersarapan sendiri setelah berperang dingin dengan mamanya dirumah sakit, Dia belum sama sekali melihat mama nya itu dirumah. Terakhir dia melihat mamanya yang memperhatikan Ari menuntun Aisyah masuk kedalam mobilnya. Aisyah sendiri yang meminta Ari untuk mengantarnya kerumah. Aisyah mencoba biasa dengan keadaan ini toh dari dia kecil dia tidak memiliki perhatian utuh dari mama dan papanya yang entah kemana.

Tak lama Aisyah melihat suami dari mamanya yang juga ayah tirinya, Dia turun sambil membenarkan dasi, nampak nya dia akan berkerja setelah ini. Tak berniat untuk menyapa Aisyah segera meninggalkan tempat makan berpaspasan dengan ayahnya itu, Aisyah hanya acuh tak acuh berbeda dengan ayahnya yang terus memperhatikan gerak gerik Aisyah.

"Kamu sudah minum obat nya syah?" Tanya laki laki itu membuat langkah Aisyah terhenti. Dia melirik sekilas laki laki itu mengoleskan selai kacang ke rotinya.

"Bukan urusan om" Jawabnya dingin kembali melanjutkan langkah untuk ke kamar tidurnya.

"Nanti jangan lupa bimbingan, Ayah udah panggilkan kamu guru. Obatnya juga minum. Maafin mama kamu, dia malu banget buat ketemu sama kamu sampai gak mau keluar dari kamar buat bikinin ayah makan. Untuk adikmu, kalau kamu nggak suka sama dia, ayah udah kirim dia ke mamanya buat jagain dia. Ayah harap kamu baik baik aja setelah ini" Perkataan laki laki itu membuat perasaan Aisyah seperti tercubit, sekejam itu dia kepada keluarga nya? Aisyah memang kecewa tapi dia tidak pernah mau untuk menghancurkan keluarganya. Dia terlalu buta untuk tidak melihat sisi lain dari orang disekitarnya.

Dikamar Aisyah duduk termenung, dia memikirkan berapa banyak hal yang dia lakukan untuk membuat orang disekitarnya kecewa. Tapi apakah dia salah? Dia juga ingin orang lain merasakan apa yang dia rasakan, supaya orang itu tidak mengulangi nya. Sekilas dia mengingat perkataan Ari. Dia benar bagaimana pun mama dia tetap ibu yang melahirkan aku. Tetap ibu yang membuat aku ada disini, Ibu yang rela mempertaruhkan nyawa nya untukku bisa berada di dunia. Kenapa susah sekali hanya untuk memaafkan mereka?

tok. tok. tok

Ketukan pintu membuat Aisyah tersadar dari lamunan singkatnya. Mungkin dia akan memaafkan mama nya tapi tidak saat ini, hatinya masih terlalu sakit mengenang hal yang dulu pernah terjadi.

Aisyah membuka pintu melihat pembantu nya membawakan obat yang kemaren ditebus oleh mamanya, Aisyah tersenyum dan membuka lebar pintu kamar untuk pembantunya itu masuk. Dia meletakkan nampan berisi obat dan air putih di nakas dekat ranjang nya. Aisyah duduk disana lalu mengambil satu persatu obat untuk dia minum.

"Non, Gurunya sudah nungguin dibawah, Non turun yaa. Biar cepet lulus nya" Kata pembantu nya sambil membereskan kamar Aisyah yang lumayan berantakkan.

"iya bi. Mama dimana?" Tanya Aisyah takut takut karna walaupun dia marah kepada mamanya itu dia tetap saja khawatir.

"Dikamar non, gak mau keluar nangis terus. Tadi aja baru bibi kirimin makanan dikamar, Gatau juga dimakan apa nggak"

"Mama sejak kapan kayak gitu?" Tanya Aisyah lagi sambil mengambil obat yang lain untuk dia minum juga

"Maaf non, Kayaknya sejak non pulang dari rumah sakit. Soalnya pas kemaren non dirumah sakit, walaupun nangis terus tetep mau keluar kamar buat makan atau ngelamun di depan" Aisyah menganguk tanpa minat walaupun hatinya sedang sangat khawatir. Dia mengambil beberapa buku di lemari, dan juga handphone yang ia taruh di nakas dekat obat tadi.

I Love You. Friends!Where stories live. Discover now