Part 50

1.9K 129 12
                                    

Hari sudah petang , namun gadis berambut panjang it enggan meninggalkan teras semenjak sahabat laki laki nya berpamitan untuk pulang. Tidak banyak yang ia lakukan hanya diam dan menikmati setiap hembusan angin yang menerpa wajahnya, bahkan sesekali dia menutup mata untuk itu. Wajahnya yang terlihat sangat pucat dan matanya yang menghitam tidak melunturkan kecantikan yang dia punya.
Hingga dia pun tak merasa jika ada seseorang yang menerobos masuk rumah nya yang sepi

"Aisyah" Suara laki laki baya itu terlihat bergertar saat menyebut nama itu. Sang pemilik nama pun terkejut akan suara itu.
Aisyah menatap laki laki yang berusia tak jauh dari ayahnya mungkin? Memakai kemeja putih yang sudah berantakkan namun tetap bersih , celana hitam dan sepatu kulitnya. Aisyah memperhatikan sambil memincingkan matanya.

"Mau cari siapa pak?"
Aisyah tidak tahu, kalau kalimat it sangat menusuk hati dari laki laki tersebut.

"Kamu nggak kenal papa nak?"
Deg! Papa? Apa katanya?

"Papa?"
Lelaki itu mengangguk , entah kenapa air mata laki laki itu sudah mengalir deras di pipinya. Aisyah hanya mematung tak mengerti yang barusan lelaki itu katakan.

"Mungkin bapak salah alamat, saya sudah memiliki mama dan ayah. Mungkin anak bapak hanya mirip saya. Saya permisi"
Aisyah akan masuk kerumah, namun dengan cepat lelakin itu menarik pelan tangan aisyah. Membuat aisyah spontan menoleh dan ketakutan.

"Mama kamu benar benar menghapus memori papa dari otakmu nak?"
Lelaki itu makin menangis membuat aisyah bingung apa yang harus dia lakukan. Bahkan untuk berteriak memanggil Bibi Dan sopirnya saja mulutnya seperti kaku.

"Nggak pak, saya baik baik saja. Benar, mama juga menceritakan kalau sama memiliki ayah dan satu adik perempuan"
Aisyah tersenyum untuk menutupi ketakutan nya. Namun lelaki itu menggeleng.

"Nggak sayang, kamu anak kami satu satunya. Dan yang kamu panggil ayah adalah hanya ayah tiri kamu, Kami sudah bercerai beberapa tahun yang lalu. Dia menikah dan papa juga menikah. Tapi papa tidak pernah diijinkan untuk bertemu kamu. Setiap papa sempat selalu papa datang kemari, baru kali ini papa berani menerobos karna melihat kamu duduk sendirian."
Lelaki itu mengelus lembut pipi aisyah. Yang aisyah lakukan hanya membeku. Cerai? Menikah lagi? Kepalanya hampir pecah untuk mengingat itu.
Air mata aisyah mulai jatuh karna menahan sakit dibelakang kepalanya, tapi kali ini dia tidak mau kalah. Dia harus tau ceritanya.

"Tiri?"
Lelaki itu mengangguk.

"Aku papa kandung kamu. Kamu lupa? Padahal saat dulu kami berpisah kamu sempat bersama papa selama beberapa tahun"
Kepalanya sudah hampir pecah namun aisyah harus menahan dia harus kuat. Harus!

"Ini papa aku?"
Lelaki itu mengangguk dan memeluk aisyah. Tapi dia benar aisyah merasa hangat saat dipeluk oleh lelaki ini bukan seperti saat bersama ayahnya yang kosong.
Aisyah melepaskan pelukan lelaki yang mengaku papanya ini walaupun dia masih berpengangan agar aisyah tidal limbung.

"Apa buktinya kalau bapak ini papa aku?"
Lelaki itu tersenyum dan mengeluarkan sesuatu dari saku belakang nya. Dia menunjukkan sebuah foto membuat aisyah menyergit. Ada seorang perempuan berseragam SD dan berambut panjang yang dikuncir kuda, perempuan kecil itu memeluk erat leher lelaki yang mengendongnya dengan senyum lebar menghiasi wajahnya.
Aisyah tak terlalu ingat dengan wajah masa kecilnya memutuskan untuk berjalan masuk sedikit, karna disana banyak jajaran foto masa kecilnya dan adik tirinya yang baru ia ketahui. Aisyah makin menjadi saat melihat persamaan persis foto itu dengan foto masa kecilnya yang memakai baju dan ikat rambut yang sama bahkan sepatu hitamnya juga. Hanya saja dia terlihat sendiri di foto ini.

Aisyah tidak kuat lagi , dia harus berusaha mengingat semua. Orang disekitarnya sudah tidak bisa dipercaya lagi. Mereka bahkan tega menghapus memori tentang papa kandung nya sendiri. Kepala aisyah serasa diputar, beberapa masa lalu aisyah juga terlintas diingatan nya walaupun masih tipis. Aisyah masih berusaha untuk membuat hal itu nyata dipikirannya.
Hingga dia ambruk dan hanya satu suara yang dia dengar.

"Anak papa!!!"

Semua orang panik, lelaki tadi membawa aisyah kerumah sakit bersama dengan pembantu dan sopirnya. Aisyah terlihat lemas Dan tidur dipangkuan papa nya itu. Papanya hanya menangis sambil berusaha membangunkan aisyah dari pingsan nya. Namun aisyah sama sekali tidak bergerak.

**
Ari merasa kalau kini dia jarang sekali dirumah , tapi memang itu kenyataanya. Bahkan saat papanya pulang saja Ari tidak bisa bertemu, tapi untunglah keluarga Ari bisa mengerti kalau Aisyah membutuhkan nya saat ini.
Ari berdiam diri di depan kolam renang sambil menyelupkan kaki nya, rasanya dia lelah sekali hari ini. Ditemani jeruk hangat dia menatap air yang terus berombak pelan karna pergerakan yang di buat oleh Ari. Tenang dan damai, dia juga berharap bahwa sahabatnya itu juga tenang dan damai saat ini.

"Tumben jam segini udah dirumah?" Perempuan berambut coklat ikal it ikut duduk disebelah Ari namun tanpa menyelupkan kakinya.

"Iya , aku lagi capek makanya pulang.  Aisyah juga ngerti kok tadi"
Kakanya itu hanya menganguk sambil memakan cemilan yang ia bawa daritadi.

"Mau?" Tawar kakaknya disambut gelengan oleh Ari.

"Udah , kamu tuh gak usah terlalu mikirin Aisyah. Aku yakin dia maafin kamu, diakan udah sayang banget sama kamu"

"Tapi aku udah nyakitin dan hancurin dia, aku juga gak tega lihat dia hidup dilingkungan yang manis namun penuh kebohongan"

"Kebohongan?"
Kakaknya tak mengerti ungkapan yang dijelaskan oleh adik semata wayang nya ini.

Ari menganguk "Jadi mamanya Aisyah nyembunyiin tentang masa lalu aisyah. Mamanya itu bahkan bohongin Aisyah kalau papanya yang sekarang adalah papa kandung nya, dengan memanfaatkan kelupaingatan nya aisyah"
Kakak Ari itu pun iku menggeleng tak menyangka.

"Gilaa ya, kok bisa gitu si ri?"

"Aku juga gatau, aku udah beberapa kali kasih saran ke mama Aisyah, tapi gak digubris, ya aku pikir itu urusan keluarga mereka"
Kakak Ari pun kembali menganguk dan menepuk pelan pundak Ari untuk menenangkan nya.

"Bertindaklah sesuai batas tindakan seorang sahabat dek, karna nggak semua urusan seseorang itu juga jadi urusan sahabatnya. Kakak cuman takut aja, kalau kamu ikut terlalu jauh dengan masalah Aisyah kamu jadi makin jauh dan kena masalah sama Aisyah. Dia anak yang kuat, kakak yakin dia bisa melewati ini semua"
Ari mengangguk dan tersenyum. Ia kembali mengarahkan pandangan dalam kolam. Dan hening berpadu saat ini, hanya terdengar suara kakaknya yang memakan kacang telur dari toplesnya itu. Namun Ada suara lain, handphone milik Ari daritadi berdering. Bukan Ari tidak mendengar tapi Ari hanya malas untuk mengurusi apapun saat ini.

"Handphone kamu daritadi berisik tuh di ruang tamu. Kamu angkat dulu bisa kali, daripada nanti dibanting sama mama tuh handphone"
Kata kakaknya membuat Ari berfikir yang sama. Karna mama nya Ari itu sangat suka tenang. Tapi jika handphone itu dari tadi berisik bisa saja berakhir naas.
Ari berjalan menuju ruang tamu tempat ia meletakkan handphone nya. Ari melihat notification dari handphone itu adalah mama dari Aisyah, Ari yang panik langsung menelpon balik mama Aisyah.

"Hallo tante, maaf tadi saya habis ke kamar mandi ada apa Tante?"

........

"Apa, iya, saya kesana sekarang tante"

Ari yang mendapatkan telephone dari mama Aisyah memberitakan kalau Aisyah masuk rumah sakit dan kritis lagi membuat Ari kalang kabut.
Kakak Ari yang melihat Ari berlari ke kamar hanya melihat nya sambil menunggu dia kembali. Saat Ari kembali dia memakai jaket dan membawa kunci mobil milik kakak nya itu.

"Eh mau kemana?"
Tanya kakak nya menahan langkah Ari akan keluar.

"Aisyah kritis lagi, Ari harus kesana kak"
Kakaknya ikut terkejut langsung memberi jalan untuk adik laki lakinya itu.

"Yaudah , kamu hati hati. Biar kakak yang ijinin kamu ke mama nanti"
Ari menganguk langsung melengganh pergi, meninggalkan kakaknya yang bahkan salut kepada adiknya sendiri. Dia memiliki rasa tanggung jawab yang besar sama seperti ayahnya.

------------------------------------------------
Hallo!
Maaf banget baru next. Hope you enjoy it !

Jangan lupa like , comment and share 💙

I Love You. Friends!Where stories live. Discover now