Pengantin

4.6K 422 6
                                    

Laras dan semua penari memulai persiapan sebelum adzan maghrib. Dimulai dengan melakukan rias wajah dan rambut.

Riasan wajah dan rambut dari para penari mengikuti riasan wajah pengantin Jawa perempuan. Dengan cunduk mentul sebanyak sembilan buah ditancapkan mengelilingi gelungan rambut. Gelungan rambut kemudian ditangkup dengan ronce bunga melati. Tak lupa bunga kantil yang harumnya semerbak menjadi pelengkap keindahan riasan pengantin khas solo putri.

Laras mulai menemukan benang merah. 'Rias yang digunakan adalah rias pengantin'. Bisa saja disebut para penari adalah pengantinnya Raja. Jika para penari adalah dari kerabat Keraton bisa jadi jika mereka terpilih mereka masih kerabat dekat dengan Raja, hal ini tentu menjadi pertimbangan tersendiri. Satu-satunya yang mungkin adalah memilih para penari yang berasal dari luar Keraton, dari Kadipaten termasuk Laras. Laras tersenyum kecut di dalam hati. Dia tidak akan bisa menjadi prajurit seperti ayahnya jika dia dipilih menjadi selir. Laras tetap berkonsentrasi dalam posisinya yang sedang dirias. Gerakannya terbatas, kalau tidak bisa jadi riasanya tidak sempurna.

Laras selesai dirias, waktu menuju maghrib. Saat sedang menunggu acara dan menunggu giliran baju menarinya dipakaikan, Laras melihat Romonya berada di luar tempat rias. Laras mendatangi Romonya.

Romonya mengajak Laras berbicara sebentar di tempat duduk disela-sela ruangan yang bebas digunakan.

"Sudah siap nduk?"
"Sudah Romo"
"Baguslah nduk...., nanti malam banyak yang menyaksikan, terutama sang Raja, kamu tunjukkan yang terbaik"
"Njih Romo, Romo, tadi malem Laras ditemui seorang kakek. Hari itu hari terakhir Laras puasa. Malem dini hari waktu hening sekali Romo" Romonya Laras memandang wajah putri tunggalnya dengan penuh perhatian.

"Seorang kakek?"
"Iya Romo, koq Romo tahu?"
"Itu sudah menjadi rahasia umum, para penari biasa mendapat tanda-tanda yang aneh sebelum prosesi jumenengan. Ibumu juga"

"Ibu juga Romo? Apa yang Ibu dapat Romo?, ditemui seorang kakek juga?"

"Iya, kakek itu cuma bilang kalau ibumu akan menjadi pengantin"

"Begitu Romo?, kakek itu juga bercerita tentang pernikahan Romo. Dia bertanya bagaimana Laras memilih jodoh Laras. Laras jawab saja kalau jodoh Laras akan dipilihkan Romo dan Ibu"

Romonya Laras tersenyum mendengar jawaban polos dari putrinya.

"Baiklah, Romo ceritakan ya nduk sebagai bekal pengetahuan untuk dirimu. Dan juga nanti kedepan untuk menentukan keputusan-keputusan dalam hidupmu"

"Keputusan apa Romo? Banyak hal yang tidak bisa Laras putuskan sendiri, termasuk keberadaan Laras sebagai penari disini"

Romonya Laras semakin tersenyum mengembang. Kemudian wajahnya berubah menjadi serius ketika akan memberi nasihat kepada putrinya.

"Dahulu, Keraton Surakarta ini asalnya dari Jogjakarta. Satu wilayah dengan Mataram Islam. Sehingga norma-norma yang Mataram gunakan dipakai juga di Keraton ini. Salah satunya tarian Bedhaya Ketawang ini. Nduk, orang Jawa itu pandai memberikan kiasan, perumpamaan bisa berupa cerita, mitos dan lainnya. Hal itu dikarenakan ilmu-ilmu yang penting (wigati) hanya boleh diberikan kepada mereka yang sudah mampu memahami. Kalau di gebyah uyah atau disama-ratakan akan banyak yang tidak pas dan menimbulkan huru-hara di masyarakat. Sebagai contoh ceritanya Syeh Siti Jenar dari Cirebon"

Dahi Laras yang sudah cukup kaku karena tebalnya riasan terpaksa mengkerut mengikuti pikiran Laras yang sedang bekerja keras.

"Romo, intinya saja Romo" Romonya tersenyum memandang wajah putri satu-satunya itu.

"Apapun yang Laras dengar, sesuaikan dengan apa yang Romo sampaikan ini ya..."

"Tarian Bedhaya Ketawang ditarikan oleh penari yang masih perawan dan dalam keadaan suci. Riasan yang digunakan adalah riasan pengantin. Raja berada disana menyaksikan tarian ini. Karena sebenarnya antara Raja dan penari sendang berada dalam pelaminan. Mereka sedang melaksanakan pernikahan"

'Jadi para penari ini menikah dengan Raja' Laras membatin mencoba menyimpulkan apa yang Romonya terangkan.

"Menikah disini dalam artian sebagai simbol bahwa seorang Raja harus selalu menikah dengan perawan yang suci. Artinya seorang Raja harus memiliki Jiwa yang suci. Untuk apa?. Agar saat menjadi Raja, ada yang berkenan 'hadir' membimbing langkah-langkahnya, sebagaimana saat menari para penari menerima 'kehadiran' beliau yang akan mengarahkan gerakan para penari. Membimbingnya sehingga gerakannya indah dan menyejukkan bagi yang menikmatinya. Disamping itu para penari juga tidak merasa letih meski harus menari lebih dari satu jam."

"Beliau itu siapa Romo? Yang dimaksud beliau yang 'hadir' itu siapa Romo? Apakah benar itu Nyi Roro Kidul itu Romo"

"Laras, sebaiknya Laras tidak harus masuk dan dibingungkan dengan keberadaan Nyi Roro Kidul atau hal-hal mitos lain yang menyertainya. Putriku harus melihat lebih dalam lagi. Biarkan saja mitos berjalan demikian adanya, tapi makna dari jumenengan yang dilengkapi dengan tarian ini kamu mengerti"

"Njih Romo, sesuai dengan yang kakek tadi katakan, bahwa kesucian para penari akan mempengaruhi bagaimana Raja memerintah nanti. Kiranya itu kiasan bahwa penari harus bisa menyampaikan pesan kepada Raja bahwa sebagai Raja harus selalu mensucikan diri agar dirinya mendapatkan bimbingan dari Sang Hyang Widi gusti Allah dalam setiap langkah-langkahnya"

"Kurang lebihnya begitu nduk. Kalau kamu sudah mengerti, Romo pamit dulu. Romo diminta menjadi among tamu di depan"

"Njih Romo, maturnuwun wejangannya (nasihatnya)"

Romonya Laras beranjak pergi, Laras memperhatikan hingga Romonya menghilang di sudut belokan ruangan.

Romonya Laras beranjak pergi, Laras memperhatikan hingga Romonya menghilang di sudut belokan ruangan

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

http://riaspengantinke5.blogspot.co.id/2015/09/macam-macam-model-rias-pengantin.html?m=1

Laras kembali ke tempat rias penari. Jumenengan akan segera dimulai. Dia harus segera bersiap-siap dengan pakaian penari.

Tarian Sukmo Sejati [ End ]Onde histórias criam vida. Descubra agora