Selaras Seirama

2.8K 275 15
                                    

Setelah seminggu latihan, kedua gadis itu sudah menjadi mahir dalam olah keprajuritan. Memiliki dasar teknik menari sangat membantu dalam olah kanuragan. Prinsip keduanya memiliki pola yang sama hanya olah kanuragan lebih keras.

Gendhis baru mulai masuk ke olah pernafasan. Sekarang Laras gantian yang mengajari Gendhis sedangkan Suryo dan Wira seminggu ini akan latihan bersama. Hari ini mereka tidak latihan di lapangan karena lapangan sedang di gunakan Darmo untuk melatih prajuritnya. Mereka latihan di atas bukit yang tidak ada seperlima dari luas lapangan yang biasa.

"Laras, susah sekali aku engga ngerti olah pernafasan ini" Gendhis komplain dengan apa yang dimaksud Laras. Laras tak kurang akal. Dasar yang dimiliki Gendhis adalah dasar teknik tari tentu tidak mudah mengerti jika diberi pelajaran seperti cara prajurit.

"Begini saja. Waktu menari kamukan tanpa sengaja mengatur nafaskan? Coba ingat pada waktu gerakan mengayun ke samping kanan, mencondongkan badan lalu kembali lagi dan melakukan seblak jarit bagaimana aturan nafasmu? Kamu tahankan?"

"Iya tapi sedikit"
"Nah coba atur pelan seperti itu. Itu ujung-ujungnya nafasmu sampai ke ulu hati. Ingat bukan di dada tapi di ulu hati." Laras memberi tahu sambil menunjuk ke ulu hati dimana nafas harus di tahan.

Gendhis berusaha memahaminya. Meski nafasnya masih tersengal-sengal. Keseriusannya mengikuti latihan membuat Laras harus menahan tawa melihat ekspresi Gendhis saat menahan nafas. Ia urungkan tawanya takut mengganggu konsentrasi Gendhis.

"Wajahmu jangan ikutan menegang Ndhis. Bikin sedikit santai. Pada saatnya nanti saat nafas kamu tahan di ulu hati, kamu tidak perlu bernafas tapi kamu masih hidup. Ngerikan Ndis?"

"Beneran Ras? Aku bisa sesak nafas ini"
"Lanjutkan Ndis, kamu harus mengalami sesak dulu untuk mencapai kebebasan, kehidupan memang begitu Ndhis"
"Apa maksudmu 'begitu' Ras? ada-ada aja" akhirnya mereka tertawa bersama.

Melihat Gendhis yang sudah ngos-ngosan mereka putuskan istirahat sejenak dan melihat ke arah Suryo dan Wira yang sedang berlatih.

Gerakan mereka mantab sekali. Bahkan saat saling bertabrakan mereka saling terpental jauh. Jika tidak menggunakan energi dalam tidak mungkin mereka terpental sejauh itu. Dari sinipun Laras sudah bisa merasakan energi yang mereka gunakan. Laras tidak sabar ingin bergabung. Melihat Wira sudah mengalami kemajuan pesat membuatnya iri dan ingin mengalahkannya.

"Ndis, aku ingin bergabung dulu dengan mereka" Laras setengah berteriak ke Gendhis dan membiarkan dia sendiri disana sedangkan Laras berlari menuju ke arah mereka bertiga bertarung.

Wira dan Suryo yang sedang tegang berada di masing-masing sisi agak kaget melihat Laras datang dan menyerang ke Wira dan juga Suryo. Keduanya sadar, Laras tidak hanya memukul dengan tangan kosong. Dia memukul sambil mengerahkan energi dalam.

"Hiaaat" Laras kembali bergerak memukul. Saat pukulan mengarah ke Suryo, Wira bergerak memukul ke arah Laras kemudian Laras menghindar dan Suryo mengikuti kemana arah gerakan mereka. Karena menggunakan energi dalam gerakan mereka seperti berirama. Saling menghindar dan saling membalas namun tak satupun balasan mengenai yang lain karena sudah dihalau oleh yang lainnya. Gerakan mereka gerakan perang tapi seolah-olah mereka seperti sedang menari. Gendhis yang melihat mereka dari kejauhan berdecak kagum. Gerakan mereka selaras seirama.

Gerakan itu semakin lama semakin cepat hingga pada satu titik, pedang kayu mereka mengenai masing-masing tubuh lawannya bersamaan.

"Auukkkkhhh...." ketiganya berteriak bersamaan.

Mereka kesakitan dan mundur ke belakang lalu mengambil nafas dan saling memandang satu sama lain sambil mengembangkan senyum kepuasan.

"Seminggu lagi jika kita latihan seperti ini terus, kemampuan kita akan meningkat pesat" ujar Suryo sambil ngos-ngosan.

"Mungkin kita perlu latihan dengan prajuritnya Romo. Banyak kemungkinan kita akan di keroyok" Laras mengusulkan untuk latihan bersama dengan para prajurit.

"Oke.oke hari ini kita istirahat dulu" Wira memotong percakapan mereka dengan senyum puas. Tak disangka jika teknik ketiganya disatukan justru membuat gerakan mereka semakin teratur dan efektif.

Suryo meminta Wira dan Gendhis duluan. Ada yang ingin Suryo bicarakan dengan Laras. Wira dan Gendhispun memahami dan membiarkan mereka berdua di bukit itu. Menaiki kuda yang sama Wira dan Gendhis kembali ke rumah.

Laras masih tak mengerti dengan apa yang ingin Suryo lakukan.

"Kamu belum capekkan Laras? Ayo ayunkan lagi pedangmu..." Suryo meminta Laras melatih pedangnya lagi. Kali ini hanya mereka berdua.

"Aku akan mengajarkanmu jurus yang hanya orang-orang Keraton yang mengetahuinya, itupun hanya orang-orang tertentu"

Laras menyiapkan kembali pedang kayunya. Penasaran dengan apa yang dimaksud dengan Suryo.

Suryo mulai mengayunkan pedang, tanpa disadari Laras terpental agak jauh ketika pedang Suryo mengenai pedang laras. Laras merasa aneh. Bagaimana bisa pedang Suryo begitu kuat menghantam pedangnya. Laras kembali mengayunkan pedangnya juga, kali ini Laras seperti mendapat energi yang membantu, entah dari mana asalnya tapi hentakan pedang Suryo tidak membuatnya terpental lagi.

Semakin di rasa Laras semakin mendapati kesamaan energi itu dengan energi yang masuk ke dalam dirinya saat menari bedhaya ketawang.

"Kau bisa mengetahui bedanya Laras?" Suryo bergerak sambil bertanya pada Laras.

Laras hanya membalas dengan berteriak mengimbangi ayunan pedang Suryo. Tanpa disadari gerakan Suryo dan gerakan Laras seirama dan bahkan tidak bisa dibedakan yang mana meniru yang mana. Hingga dengan satu hentakan dari Suryo Laras terpental mundur bersama tubuhnya.

"Cukup" Suryo meminta mereka menghentikan latihan dan mengambil nafas bersama.

Laras berdiri terengah-engah sambil memikirkan semua pertanyaan yang muncul dari benaknya.

"Apa kau merasakan energi merasuki tubuhmu?"
"Benar, energi apa itu mas Suryo?"

"Aku berusaha mengaktifkan energi dalammu. Suatu saat kamu harus mengenal dan mampu mengendalikannya. Jangan sampai lengah dan dimanfaatkan orang lain"

Laras belum sepenuhnya mengerti bagaimana energi dalamnya bisa dikendalikan oleh orang lain. Bagaimana caranya. Laras merasa sedikit khawatir.

"Kemari dan duduklah disini" Suryo memanggil Laras yang berdiri agak jauh. Laras mendekati Suryo dan mereka duduk diatas batu yang berdiri tegak di atas bukit itu. Dari bukit itu mereka bisa melihat hamparan sawah dan hutan yang terbentang di depan mereka. Bahkan lapangan tempat para prajurit berlatih sedikit terlihat namun samar-samar karena tertutup pohon-pohon rindang di hutan-hutan kecil seantero daerah itu.

Suryo melanjutkan cerita "Kamu masih ingat saat kamu menari bedhaya ketawang? Apa kamu merasa ada yang mengarahkan energimu?."

"Benar mas Suryo, energi itu menuntun gerakan tarianku, tapi entah mengapa energi itu selalu menuntun mataku ke arah pojok pendopo dimana mas Suryo selalu ada disana, apakah mas Suryo waktu itu bermain-main dengan energiku?" Laras bertanya sambil curiga.

Suryo tersenyum "Hemm... aku hanya ingin kau mengingatku" mereka berdua kikuk...

Suryo memandang Laras "Kita berdua punya sesuatu yang orang lain jarang memilikinya. Kita harus bijak menggunakannya"

Laras memandang Suryo dengan ketidakmengertian....

======================

Penasaran? Saya juga hihihihi...
Vote ya biar penulis jadi semangat nerusin ^___^
Thanks....

======================

Tarian Sukmo Sejati [ End ]Where stories live. Discover now