3

358 86 3
                                    

Day – 8

Setelah kejadian malam itu, hubunganku dan Yoongi semakin menunjukan kemajuan. Malam itu, Nyonya Min memang memarahi Yoongi yang meninggalkanku sendirian, padahal sudah kujelaskan berkali-kali padanya bahwa aku yang nekat pergi keluar karena bosan tinggal dirumah.

Aku pun sempat berpikir bahwa Yoongi akan marah dan memutuskan untuk tidak bicara denganku lagi, dan aku sudah siap untuk membusuk di rumah selama beberapa puluh hari kedepan.

Tapi nyatanya? Ia menjadi sedikit ramah dan mengajakku bermain, walaupun sekedar mengatakan "Hai" atau bertanya padaku acara tv apa yang ingin aku tonton hari itu. Sebenarnya tidak ada perkembang yang berarti, namun setidaknya dia sudah tidak menyeramkan seperti diawal pertama kami bertemu.

Sebenarnya aku selalu penasaran tentang dirinya. Setiap kami makan alam bersama ibunya selalu menceritakan tentang Yoongi yang sangat mahir dalam membuat musik, dan bagaimana Yoongi akan masuk ke jurusan musim setelah lulus nanti. Namun aku tidak pernah mendengar catatan hitam dari kehidupan pribadinya, seperti memukuli anak orang, atau sebagainya.

Aku ingin bertanya, tapi lelaki ini sepertinya sangat sulit di dekati, maka aku memutuskan untuk diam saja dan mengikuti apapun yang dia akan lakukan.

"Aku akan pergi, mau ikut?"

Aku menoleh kearahnya yang sudah rapi dengan jeans robek-robek dan pakaian serba hitamnya, bahwa masker dan topinya berwarna hitam. Apa dia selalu keluar rumah seperti ini? Pantas saja kulitnya sangat pucat.

"Tumben sekali."

"Kalu tidak mau ikut, aku pergi."

Aku mendecak sebal, menyesal sudah sedikit memujinya tadi. Aku mengambil dompet dan ponselku diatas meja dan berjalan dibelakangnya hingga sampai di sebuah toko musik tua yang tempatnya sangat strategis untuk berfoto.

Toko ini tidak jauh dari rumahnya, dan aku berani jamin 100% ia sering ketempat ini. Semua terlihat dari penjaga toko yang tersenyum dan menyapanya dengan bahasa informasl begitu Yoongi masuk. Aku memang sudah tau Yoongi sangat tertarik dengan dunia musik, namun aku tidak tau ia juga menyukai piringan hitam antik yang tersusun rapi di depannya.

"Wah indah sekali.."

Hari itu adalah peratama kali nya aku melihatnya tersenyum, ia memamerkan deretan gigi dan gummy smilenya, dan tanpa sadar itu membuat jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.

Sudah 8 hari aku tinggal dengannya, tapi hari ini seperti pertama kali aku benar-benar berkenalan dengan kepribadiannya. Aku tidak tau jika ia akan banyak tersenyum hari ini, setiap hari aku selalu melihatnya dengan tatapan sendu, mengantuk, marah, dan berbagai tatapan seram lainnya.

Tapi hari ini, Min Yoongi sungguh berbeda.

Dan aku menyukai itu.

"Kemarilah."

Seperti anjing penurut, aku menghampirinya yang sedang berdiri di deretan musik musik RnB dan beberapa rapper terkenal. Kami berhenti di depan sebuah album Eminem dan Yoongi mengambilnya.

"Aku menyukai rapper ini."

"Jadi, kau ingin menjadi seorang rapper?"

Ia mengangguk. Wah, aku juga sangat mahir dalam beat box! Suatu kebetulan yang sangat menyenangkan.

"Wah, kau sangat beruntung karena aku juga menikmati perfomanceku sebagai dancer dan rapper di Gwangju."

"Oh ya? Kalau begitu kita harus melakukan kolaborasi."

Apa katanya? Kolaborasi? Min Yoongi.. mengajaku kolaborasi?

"Kau serius?"

"Kenapa tidak? Ayo kita pulang sekarang."

Yoongi mengajakku pulang setelah ia membeli album terbaru Eminem. Namun bukan mengajakku masuk kedalam rumah, ia membawaku ke samping rumahnya dimana ada sebuah bangunan kecil yang dibangun di sebelah rumahnya, awalnya aku mengira tempat itu adalah gudang, tapi ternyata itu adalah sebuah studio pribadi milik Yoongi, lengkap dengan miniatur pebasket terkenal dari Amerika.

Ia mengunci studio itu dengan pascode lock yang bertengger manis di pintu masuknya, dan dari situ aku paham bahwa tempat ini sangat privasi.

"Selamat datang di studio Min Suga."

"Suga?"

"Jika suatu saat aku benar-benar menjadi rapper, aku ingin orang-orang memanggil namaku dengan Suga."

Aku mengangguk tanda setuju, tentu saja Suga nama yang sangat cocok untuknya. Ia memiliki kulit yang putih seperti gula, dan tentu saja senyumannya yang sangat.. ah sudahlah.

"Aku ingin menunjukan beberapa yang aku punya."

Hari itu, kejutan lain dari seorang Yoongi yang sangat pendiam. Ia tertawa lebih lepas, dan berbicara lebih santai denganku. Bahkan ia memintaku untuk memanggilnya hyung. Dan tentu saja aku sangat senang hingga air mataku turun sendiri entah mengapa.

"Suatu hari jika aku juga debut menjadi seorang dancer, aku ingin mereka mengenalku dengan nama J-hope."

Mungkin nama itu terdengar lucu baginya, hingga ia memintaku untuk menunjukan kemampuan rap dan menariku, dn ternyata ia memuji kemampuanku! Dan ia berkata padaku bahwa aku sangat berbakat.

"Sepertinya jika kita berdua debut adalah hal yang menyenangkan."

"Seperti apa nama grup kita jika kita debut."

"Entahlah, SOPE?" Ia mengendikan bahunya, namun jujur aku tertegun mendengar nama itu keluar dari mulutnya. Jadi ia benar-benar memikirkan akan debut denganku? Astaga, hatiku seperti sedang meleleh. Hari ini terlalu banyak yang terjadi hingga aku tidak sanggup menahannya.

"Aku benar-benar menyukai selera musikmu, Hoseok. Kukira kau hanya anak rumahan yang menurut pada orang tua tanpa punya sesuatu yang benar-benar kau inginkan."

Itu adalah kalimat panjang pertama yang dikeluarkan Yoongi. Aku tidak menjawab, hanya menunjukan deretan gigiku padanya.

Aku rasa aku jadi sedikit menyukaimu, hyung. Kau memang sesuatu.

Our Last Summer || SOPE [COMPLETED]Where stories live. Discover now