4

332 71 0
                                    

Day – 17

Sejak Yoongi mengenalkan padaku studionya, kami mulai menjadi lebih dekat dan sering menghabiskan watu di studionya, dan ini menjadi concern oleh orang tua kami hingga suatu malam mereka berdua seperti kompak menegur kami untuk meminta kami lebih sering keluar rumah.

Bahkan untuk pertama kalinya, aku tidak mandi satu hari penuh karena sibuk membuat cover dengan Yoongi hyung. Yah, aku sudah terbiasa memanggilnya dengan sebutan hyung.

"Kalian ini, kenapa jadi semakin akrab tapi jadi semakin malas? Yoongi, jangan tularkan kebiasaanmu pada Hoseok!"

Nyonya Min memandang hyung kesal. Aku memang jadi sedikit lebih pemalas akhir-akhir ini tapi sungguh, aku tidak pernah bermaskud untuk mengikuti Yoongi atau bagaimana.

"Hoseok, aku juga baru kali ini membangunkanmu di pagi hari. Apa yang kalian lakukan?"

Ayahku juga tidak mau kalah, sepertinya dalam bebrapa hal mereka berdua sangat kompak hingga suatu kali aku merasa mereka adalah suami istri. Tapi aku bisa di tampar ibuku jika mengatakan hal ini di depannya.

"Kebetulan kami memiliki hobi yang sama, ayah. Jadi kami sering berkumpul dan membuat lagu."

Dan akhirnya kedua orang dewasa itu menggelengkan kepala. "Benar-benar anak ini."

"Besok kalian harus pergi keluar, kau juga sudah lama tidak mengunjungi Taehyung. Kalian harus kerumahnya dan menyapa, kenalkan juga Hoseok pada Taehyung."

Aku belum pernah mendengar nama Taehyung sebelumnya, namun aku bisa melihat tatapan Yoongi berubah menjadi lebih tajam mendengar nama Taehyung di sebutkan.

Jadi, aku tidak bodoh. Pasti ada sesuatu anatara Taehyung dan Yoongi. Dan sejujurnya, aku menjadi sedikit tidak nyaman. Apa aku benar-benar harus tau tentang ini?

"Aku sibuk."

Akhirnya hanya itu yang keluar dari mulut Yoongi. Tentu saja aku hanya bisa diam. Aku tidak tau Daegu, dan tidak pernah kenal dengan seseorang bernama Taehyung.

"Yoongi. Aku akan menelpon ayahmu."

"Baik, baik. Dasar pengadu."

Makan malam itu berakhir dengan situasi canggung, hanya karena satu nama telah disebutkan. Dan ini membuatku semakin penasaran, siapa Taehyung sebenarnya. Aku tidak berani bertanya, karena sepertinya ini bukan urusanku dan tidak baik untuk ikut campur kedalamnya. Akhirnya aku memutuskan untuk diam dan mencuci piring saja.

"Taehyung, adalah mantan temanku."

Bahkan, aku tidak bertanya namun ia seperti sudah membaca pikiranku. Lagi pula, mantan teman? Apa kalian bertengkar?

"Kami tidak bertengkar. Hanya selisih paham dan prinsip. Aku tidak begitu menyukainya dalam beberapa hal dan ia lebih muda darimu setahun."

Oke, ini terdengar lebih seram. Yoongi seperti benar-benar menjawab pertanyaan yang muncul di otakku. Aku bahkan memunggunginya dan berhadapan dengan tambok di depanku sembari menyuci piring.

"Pasti sulit ketika kau harus bertemu dengannya lagi."

"Begitulah, aku benar-benar tidak suka."

Aku menghentikan aktivitasku, aku ingat bagaimana Yoongi sudah datang jauh-jauh untuk menjemputku di terminal kota hari itu, tidak ada salahnya kan membantu Yoongi hari ini?

"Bagaimana jika kita tetap pergi, tapi tidak dengan Taehyung?"

"Maksudmu?"

"Kita tetap pergi, tapi kita akan bilang bahwa Taehyung tidak ada dirumah, yang penting kita sudah mencoba kesana. Dan kurasa pergi bersenang-senang juga tidak buruk."

Yoongi tampak menimbang-nimbang, aku yakin ia takut pada ayahnya jika ketauan berbohong, namun akhirnya ia mengangguk setuju.

"Kurasa itu ide yang bagus. Kita pergi jam 10 pagi besok."

Malam itu, di hari ke 17 dimana aku tinggal dirumahnya, adalah hari pertama ketika Yoongi mau mulai membuka diri dan menceritakan masalahnya padaku. Dan untuk pertama kalinya ia menatap mataku lama sekali dan aku juga menatapnya.

Entah apa yang terjadi padaku, namun aku bisa ingat dengan jelas bagaimana aku tidak bisa tidur malam ini karena masih terbayang-bayang oleh sorot matanya yang tajam namun hangat. Dan aku sadar ternyata Yoongi adalah sosok lelaki yang sangat lembut hatinya, ia seperti kura-kura dengan luar yang keras namun rapuh didalam. Membuat siapa saja yang ingin berada di dekatnya ingin melindunginya.

Sungguh, bagaimana seseorang bisa tertutup seperti Yoongi? Maksudku, selagi aku disini, aku tidak pernah melihatnya pergi dengan temannya yang lain. Atau karena faktor liburan? Aku.. hanya tidak mengerti jalan pikirannya.

Malam ini Ayah dan Nyonya Min akan berangkat ke Geochang untuk melanjutkan seminar, dan mereka akan kembali besok sore. Aku pikir ayah meninggalkan sesuatu saat aku mendengar sebuah ketukan pelan didepan pintu kamar kakak Yoongi yang aku tempati sementara. Namun ternyata Yoongi lah yang beridiri disana dengan tatapan yang tidak bisa ku artikan.

Dan ini adalah kali pertama bagi Yoongi untuk mengetuk kamar ini selagi aku akan disini.

"Aku hanya ingin mengambil buku kakaku yang ketinggalan."

"Ah.."

Yoongi pergi ke rak buku di pojok lemari, mengambil beberapa buku yang ia mau lalu keluar tanpa mengucapkan apapun lagi padaku.

Aku tidak bisa berkomentar apapun lagi menghadapi tingkah lakunya yang seperti itu. Min Yoongi seperti mempunyai dua sisi yang tidak kukenali. Dan itu sedikit membuat ku frustasi. Aku ingin mengenalnya. Tapi ia seperti tidak pernah mengijinkanku.

Entahlah, Min Yoongi memang sulit di tebak.

Our Last Summer || SOPE [COMPLETED]Where stories live. Discover now