8

298 65 0
                                    

Day – 50

"Yoongi hyung! MIN YOONGI!"

Pintu rumah itu terbuka dan menampilkan sesosok remaja dengan wajah mengerikan yang pernah aku temui. Sudah setengah jam aku mengetuk pintu rumahnya, dan ia baru membukanya sekarang.

"Astaga hyung! Apa yang terjadi padamu!"

Ia tidak menjawab, sedetik kemudian aku dapat melihat tubuh mungilnya tebaring tak berdaya di lantai. Aku sangat panik hingga saat menelpon ambulance pun tanganku bergetar setengah mati. Apa yang terjadi pada lelaki ini? Kemana semua orang rumah?

"Ia kehilangan begitu banyak cairan, tidak makan, dan terlalu banyak merokok."

Hoseok menyandarkan bahunya di kursi ruang tunggu, perkataan dokter yang baru saja memeriksanya cukup membuatnya stres. Ia berusaha menghubungi Ibu Yoongi namun tidak diangkat, dan ia belum sedekat itu dengan keluarganya sehingga ia tidak punya nomor telepon Ayah dan kakak laki-lakinya.

Sebenarnya apa yang laki-laki bodoh itu lakukan selagi dirumah, tidak makan, merokok, tidak membersihkan rumah, bahkan aku menduga ia tidak bergerak dari tempatnya berdiri selama berhasi-hari. Apa dia menggunakan narkoba?

Tidak, seburuk-buruknya Yoongi aku percaya ia tidak akan melakukan hal gila untuk merusak dirinya sendiri.

"Hoseok!"

"Jooheon!"

Memang tadi aku menelpon Jooheon, karena aku tidak tau siapa lagi yang bisa aku hubungi selama di Daegu. Walaupun Jooheon tidak pernah berinteraksi dengan Yoongi, namun temannya Kihyun, adalah salah satu orang yang mengenal Yoongi cukup dekat. Jadi aku meminta mereka datang kesini untuk membantuku. Walaupun sebenarny aku tidak mengerti untuk membantu apa.

"Hoseok? Aku Kihyun."

Beruntung Kihyung bisa segera datang kemari, ia segera menghubungi kakak laki-laki dan ayah Hoseok, dan mereka berdua sedang dalam perjalanan menuju kemari. Aku hanya bisa berharap Ibunya juga cepat mengetahui kaabr ini, agar Yoongi bisa segera dikunjungi.

"Lebih baik kau pulang, Jooheon akan mengantarmu. Aku akan menjaganya."

"Tapi.."

"Sebelum pulang, bisakah kau mampir ke rumah Yoongi? Lebih baik kau lihat apa yang dilakukan lelaki bodoh itu selagi ia tidak dirumah."

Aku pikir ucapan Kihyun hyung ada benarnya. Jooheon mengantarku hari itu pulang kerumah Yoongi. Kami terkejut saat menemukan rumah Yoongi dalam keadaaan super berantakan. Batang rokok dimana-mana, 7 bungkus ramyun cup yang tidak habis dimakan, snack snack keripik yang berserakan dilantai, hingga kaos kaki dan baju yang berada di mana-mana.

Apa lelaki ini sendirian selama beberapa hari? Bahkan Yoongi tidak terlihat menyentuh kasurnya sedikitpun. Charger, laptop, headset, semua berada di sofa dan tumpahan minumanpun membekas di sofa putih yang terletak di tengah ruangan.

Jooheon tidak banyak komentar, lesung pipitnya tidak menunjukan diri dan itu berarti ia juga hanyut dalam pikiran serius bersama denganku. Mengapa Yoongi menjadi seperti ini?

"Hobi-ya.."

"Aku tau. Rumah ini sangat hancur."

"Bukan.. Ini.."

Jooheon memberikan sebuah rekaman video yang ada di laptop milik Yoongi, rekaman video itu berisi beberapa video yang ia tau ada Taehyung dan Jungkook disana. Aku tau aku adalah lelaki lemah yang mudah menangis, maka dari itu aku tidak mau membuka satupun dari video yang ada disana. Menontonnya hanya akan membuatku menangis.

Baru saja aku hendak membersihkan rumah Yoongi, sebuah panggilan masuk dari sebuah nomor tidak dikenal.

"Halo?"

"Hoseok-ah? Aku kakaknya Yoongi. Bisa kau segera kemari? Yoongi terus menyebut namamu dalam mimpi."

"Aku.. aku segera kesana."

Kami memutuskan untuk mengemas barang-barang titipan kakak Yoongi untuk dibawa kerumah sakit, tak hanya itu namun aku cukup salut dengan Jooheon yang tiba-tiba sudah membereskan kekacauan yang di buat Yoongi diruang tengah. Padahal ia mengaku padaku sebenarnya ia tidak pernah berinteraksi dengan Yoongi sebelumnya.

Lihatlah hyung, begitu banyak orang-orang yang sebenarnya menyayangimu. Namun kau sibuk hidup dibawah bayang-bayang Jungkook dan Taehyung. Hingga kau menolak semua kasih sayang mereka.

Sekembalinya kami dari rumah Yoongi, semua keluarga dekat Yoongi sudah berkumpul disana, bahkan ayahku juga berada disana, memandang Yoongi dengan raut wajah simpati yang hampir menangis. Ayah, seharusnya aku yang menangis sekarang.

"Sepertinya, banyak yang harus kalian berdua bicarakan. Kami akan beristirahat makan malam. Tolong jaga Yoongi untuk kami," Untuk kesekian kalinya, Ibunya menitipkanku pada Yoongi.

Dan untuk kesekian kalinya, aku gagal membuatnya tersenyum.

Dalam ruangan sunyi itu, hanya ada aku dan dia yang belum sadarkan diri. Kulit itu semakin pucat, ditambah dengan bibir yang tidak lagi menunjukan warna cerah, dan selang alat bantu pernafasan yang menopang tubuh mungilnya.

"Hyung.. Apa yang membuatku menjadi seperti ini."

"..."

"Hyung.. Jangan menyiksa dirimu seperti ini."

Aku memberanikan diri untuk menggenggam tangannya. Tangan yang dahulu hangat, sekarang sudah berubah menjadi sangat dingin. Tangan yang menjemputku di halte bis malam-malam, tangan yang mengajakku ke toko musik, tangan yang mengajakku berkolaborasi hingga subuh, tangan yang selalu terulur padaku sekalipun pemiliknya tidak mengeluarkan suara apapun saat mengulurkan bantuan.

Tangan yang sedari dulu ingin aku genggam. Tangan yang selalu ingin aku lindungi.

"Hyung,, aku sudah tidak peduli lagi. Ketika kau bangun, aku tidak akan pernah melepaskan tangan ini lagi."

Mungkin aku tidak menyadarinya, namun pernahkah kalian mendengar kisah jika seseorang yang terbarig lemah dirumah sakit mendengar semua yang dibicarakan semua orang di sekitarnya. Itulah mengapa ada aturan tersendiri untuk tidak berbicara sesuatu yang fatal didekat pasien dalam rumah sakit.

Dan itu benar-benar terjadi dengan Min Yoongi.

Tanpaku sadari, malam itu Yoongi mendengar suaraku. Yoongi mendengar panggilan dan harapanku, walaupun ia tidak bisa menggerakan tangannya, namun aku dapat melihatnya meneteskan air mata.

Our Last Summer || SOPE [COMPLETED]Where stories live. Discover now