5

286 65 2
                                    

Day – 18

"Min Yoongi."

Tidak ada sahutan darinya pagi ini. Aku sudah mengetuk kamarnya lebih dari 20 kali dan sekarang sudah pukul 12 siang. Ia sudah janji padaku akan pergi hari ini. Dan tentu saja aku tau bahwa ia belum bangun.

"Yoong-"

"Ia aku mengerti. Ayo."

Tiba-tiba pintu kamar nya terbuka, ia sudah siap dengan pakaian casual dan menggendong tas kecil di belakangnya. Aku pikir dia belum bangun.

"Jadi kita akan kemana?"

"Tentu saja kerumah Taehyung. Kemana lagi?"

"Bukankah kau bilang tidak ingin bertemu dengannya?"

Ia tidak menjawab. Pagi itu ia mengendarai mobil orang tuanya bersama denganku menuju rumah Taehyung. Aku juga tidak repot-repot bertanya lebih lanjut karena sepertinya moodnya sedang buruk. Jadi aku memilh untuk diam saja.

"Taehyung, kau harus berhati-hati dengannya."

"Kenapa?"

"Kau akan lihat nanti."

Baiklah, siapa sebenarnya Taehyung yang sedari tadi ia bicarakan?

Yoongi mengemudi dalam diam, aku memang sudah mulai terbiasa dengan sikapnya yang satu ini. Namun aku tidak bisa berhenti berpikir tentang seorang lelaki bernama Taehyung yang akan kita temui. Maka dari itu, demi mencairkan suasana dan pikiranku, lebih baik aku menyalakan musik yang sudah menjadi selera kami. Dan itu berhasil! Memang butuh 3-4 lagu untuk membuat moodnya sedikit membaik, namun aku tetap saja senang.

"Hyung, boleh aku bertanya tentangmu?"

"Apapun. Asal bukan tentang Taehyung."

Padahal aku tidak berniat untuk bertanya tentang itu sama sekali, Yoongi Hyung.

"Pertama, mohon jangan tersinggung. Apa kau punya teman? Maksudku, aku tidak pernah melihat kau keluar dengan temanmu selama aku disini. Aku tau kita sedang liburan, namun bagaimana ya.."

Aku tidak benar-benar bisa mengeluarkan maksud pertanyaanku, dan aku kira ia akan marah padaku. Nyatanya, pria disampingku ini malah menertawakanku. Melihatnya tertawa mau tidak mau membuatku tertawa juga, asalkan aku bisa melihat gummy smile itu setiap saat, aku rela menjadi bodoh di depanmu, Hyung.

"Tentu saja aku punya teman. Namun tidak seperti itu."

"Maksudnya?"

"Aku jarang bergaul dengan teman di sekolah, karena mereka itu.. berisik. Aku lebih suka bergaul dengan orang dewasa, atau orang-orang yang sudah kuliah."

Ah, Yoongi benar-benar membosankan menurutku. Bagaimana kau bisa menghabiskan masa SMA mu dengan bergaul dengan orang dewasa? Seharusnya kau menikmati apa yang kau bisa selagi masih SMA.

"Ya! Tidak asik sekali! Kau harus pergi nikmati masa SMA mu dengan keluar bersama teman-teman sebayamu!"

"Aku sedang melakukannya."

DEG

Yah, memang Yoongi ada benarnya. Tapi maskudku keluar adalah.. maksudku dengan teman sebayanya aku..

"Aku senang kau mau menjadi temanku, Hoseok-ah."

"Aku juga, Hyung."

Tepat setelah percakapan aneh itu, kami tiba di sebuah tempat... yang aku yakin ini bukanlah sebuah rumah pada umumnya. Ini adalah.. tempat pemakaman?

"Hyung.."

"Ya, tepat seperti apa yang kau pikirkan."

"Jadi.."

Yoongi berjalan terlebih dulu meninggalku yang sudah tidak bisa berkata apapun lagi. Kami naik ke lantai 2 dan belok kiri setelah menemui pertigaan pertama di dekat lift. Sesuai dugaan, kami memasukin ruangan bersisi guci guci emas yang tersusun rapi lengkap dengan nama atau foto yang tertera di samping guci tersebut.

Dan dadaku tiba-tiba menjadi sangat sesak ketika aku melihat sebuah nama "Kim Taehyung" dengan sebuah foto yang menunjukan 2 orang pria yang sedang bercanda tawa bersama

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dan dadaku tiba-tiba menjadi sangat sesak ketika aku melihat sebuah nama "Kim Taehyung" dengan sebuah foto yang menunjukan 2 orang pria yang sedang bercanda tawa bersama. Jadi.. mana dari mereka yang bernama Taehyung?

"Kim Taehyung. Kita bertemu lagi."

Aku masih diam dibelakang Yoongi. Tidak berniat sedikitpun untuk menggangu atau mengucapkan satu katapun. Ini semua terlalu rumit dan otakku seperti tidak bisa mencerna apa yang terjadi.

"Kali ini, aku membawa teman. Hoseok, perkenalkan dirimu."

Yah! Ini sangat menyeramkan, kenapa aku harus mengenalkan diriku pada orang mati?

"Ha-halo.. Namaku, Jung Hoseok. Aku baru berkenalan dengan Yoongi hyung. Se-senang be-berkenalan denganmu."

Aku segera mundur selangkah setelah memperkenalkan diri dengan cara yang aneh, Yoongi kemudian menyalakan api dengan sebuah korek yang ia bawa di kantungnya. Kemudian memejamkan mata untuk menghormati Taehyung.

Aku turut memejamkan mata, berusaha ikut menghormati teman Yoongi yang sudah gugur, tanpa mengetahui apa yang terjadi sebenarnya. Kuharap setelah ini ia mau bercerita padaku, dan aku berharap ia akan menceritakan semuanya, meskipun aku tau itu tidak mungkin.

"Ayo makan."

Yoongi menarik pergelanganku, namun aku dapat merasakan telapak tangannya yang basah, setelah ia mengusap wajahnya, jadi.. pria dingin ini bisa menangis juga?

"Hyung.. kau bisa bercerita padaku kapapnpun kau mau. Aku bisa mendengarkan."

Aku menepuk bahunya, berusaha memberi rangkulan hangat namun lenganku segera di tepis olehnya, dan raut wajahnya sedikit berubah dari kemarin-kemarin.

"Inilah mengapa aku tidak suka membawa siapapun saat bertemu dengannya. Kalian semua hanya akan bersimpati padaku. Aku baik-baik saja."

Aku mengerti sekarang, seseorang sedang berusaha menjadi sok kuat sekarang.

"Hyung, aku berani jamin kau belum pernah menangisi kepergiannya. Kau harus melepaskan deritamu menurutku. Cobalah untuk mengiklaskan mereka, hyung. Dan aku bisa membantumu."

"Tau apa kau soal aku dan mereka?"

"Aku.."

"Lagi pula, setelah seratus hari kau akan pergi kan? Kau akan kembali ke Gwangju, meninggalkanku seperti mereka. Itulah sebabnya aku tidak pernah suka bergaul dengan remaja seperti kalian. Kalian selalu saja meninggalku!"

"Mereka?"

"Mereka! Kim Taehyung! Jeon Jungkook!"

Aku baru mengerti, bahwa kedua remaja yang berada dalam foto itu sudah tiada. Dan aku mulai memahami mengapa ia memiliki kepribadian yang sangat dingin seperti ini. Yoongi, tidaklah lebih dari seorang remaja lelaki yang tersakiti. Ia merindukan kedua temannya, dan berusaha membuka hatinya padaku. Namun ia sadar aku tidak akan tinggal lama, dan ia memiliki rasa takut untuk ditinggali.

Min Yoongi, bodoh.

Aku tdak ingin menambah suasana makin buruk, setelah kami makan siang hari itu, kami berdua langsung pulang dan berdiam dalam pikiran masing-masing.

Our Last Summer || SOPE [COMPLETED]Where stories live. Discover now