NADARAJA-29

3K 308 29
                                    

-Tuhan menakdirkan saya untuk sakit, tapi dibalik itu Tuhan juga sudah menakdirkan kamu sebagai penyembuh sakit saya-

---

SAAT Dara membuka matanya, tanpa diundang dengan kompaknya rasa pening seketika datang mengumpul begitu saja dikepala. Membuatnya merintih tertahan karena rasanya yang sungguh berat dan luar biasa sakit.

Ada sesuatu diatas perutnya, entah apa itu? Yang jelas terasa begitu nyaman. Tangan...? Sebuah tangan dengan begitu possesivenya terlihat melingkar sempurna disana. Merengkuh dengan erat tubuh mungil Dara seakan takut jika sang raga yang dijaganya ini pergi jauh.

Maaf... Maaf... Maaf...

Raja menggumam tidak jelas, tetapi masih bisa di dengar.

Dara bungkam, jadi suara ini yang sedari tadi mengusiknya hingga sampai terbawa masuk kedalam alam bawah sadarnya?

"R-raja..."

Raja sontak terjaga dari tidurnya dalam posisi terduduk dimana kepalanya bersandar di ranjang.

"A-astaga gue--" Raja tergagap, menyingkirkan cepat tangannya yang ia sendiri bingung bagaimana ceritanya bisa ada di perut Dara? Diusapnya dengan kasar wajah kusutnya. "--M-maf Dar, gue emang bego. Harusnya gue gak lalai jagain lo. Sial, kenapa juga gue harus pake acara ketiduran segala sih?" Raja menggerutu, memaki dirinya sendiri.

"Ra--" Dara terbatuk "Raja..." Suaranya pun terdengar serak.

"Minum? Lo mau minum ya? Bentar, gue ambilin dulu. Cepet kok"

Benar saja, hanya dalam hitungan detik Raja sudah kembali dengan segelas air putih dan sebuah kresek di genggaman tangannya.

"Pelan-pelan..." Melihat Dara yang kesusahan dengan cekatan Raja membantunya untuk merubah posisi baringnya menjadi bersandar di kepala ranjang. "Ini minum dulu" Dengan ragu Dara meneguk perlahan benda cair melegakan yang terulur didepannya.

"Udah gak seberapa panas. Lebih mendingan dari yang sebelumnya" Ucap Raja saat telapaknya bersentuhan dengan kening Dara.

"Cabut dari sekolah?" Gak usah dijawab, Dara sudah tau jawaban dari apa yang ia tanyakan. Seragam sekolah yang masih melekat, membalut raga Raja sudah cukup untuk dijadikan bukti.

Dengan kikuk Raja mengangguk. "Gak ada pilihan lain. Saat gue denger lo sakit dari Arum, gue bener-bener khawatir Dar. Satu yang ada difikiran gue waktu itu adalah cuma cepet-cepet dateng kesini buat ketemu sama lo, pastiin keadaan lo. Gue begitu takut kalo terjadi sesuatu sama lo"

"Jangan terlalu berlebihan sama gue Raja. Gue gak papa kok"

"Bukan berlebihan... tapi gue peduli" Betul Raja.

"Oh ya, gue ada bubur buat lo. Lo makan ya, gue suapin. Biar cepet sembuh" Sebuah bubur, itulah isi dari kresek yang dibawanya. Bubur yang sempat dibelinya disaat Dara terlelap

"Raja gue itu cuma demam, lo perlakuin gue seakan gue ini sakit parah"

"Cuma?" Raja menatap Dara dengan tatapan tak habis pikirnya. "Muka lo sampai pucet kaya gitu dan lo bilang 'cuma'?"

Dara menundukkan kepalanya. Ia tau jika ia salah bicara. Tidak seharusnya ia berucap seperti itu, terlebih saat melihat raut Raja yang sedari tadi memancarkan rasa khawatir.

"Dar, makan ya. Nih, aaa..." Raja tersenyum senang, sesendok bubur sudah berhasil mendarat didalam mulut Dara.

"Gak enak Ja, rasanya aneh!"

"Itu wajar bagi orang sakit. Tapi lo harus tetep makan Dar. Lanjut ya, ayo aaa..."

Dengan setengah hati Dara membuka mulutnya, menelan bubur ayam itu dengan terpaksa lantaran tak ada pilihan lain.

NADARAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang