Saya pikir, kamu tidak akan berani mencium saya di depan Mama.
Ternyata tidak!
Mesum memang...---
MENATAP tak percaya akan kehadiran sang ibu yang tak terduga. Segera saja Dara langsung bergegas turun dari badan tegap Raja.
"Ma... Mama disini?" Dengan kikuk, manusia cantik itu bertanya.
"Ya--" Mengangguk pelan. "Kebetulan Mama pulang kerja lebih awal, gak sengaja lihat tempat ini... dan mampir sekalian buat beliin Galan pesawat mainan." Mawar menunjukkan tas plastik berisi benda yang dimaksud. "Kalian sendiri?--"
"Ki-kita..."
"Habis cabut Tante-- Cabut dari sekolah." Celetuk Raja, berani. Dia tidak mau berbohong.
"APA?!"
Jangan heran jika wanita dewasa itu terkejut. Semua ibu di jagad raya pun tentu akan beraksi hal serupa.
"Maaf Tante... Saya memang bukan tipikal murid yang baik, bahkan sekarang saya sudah menularkan virus kenakalan saya ini pada anak tante." Jeda sejenak-- "Tapi saya melakukan ini juga karena sebuah alasan dibaliknya."
Menghela napas panjang. "Apa kamu lupa, tentang ajaran Mama yang menuturkan bahwa 'pendidikan adalah yang utama?' Dara?" Mawar menatap anak gadisnya, cukup kecewa.
"M-Ma-- Da-Dara..."
"Tante benar, pendidikan memanglah yang utama. Bahkan semua orang di muka bumi inipun, dapat dipastikan akan berkata hal yang serupa... Tapi, tidak-- jika menurut saya, Tante. Ada satu hal yang lebih penting dari itu, yakni kebahagiaan."
Raja beralih menatap Dara yang hanya menunduk. "Saya melihat kesuntukan dari paras anak Tante waktu di sekolah tadi... Dan, saya hanya ingin membuat rasa penat itu tergantikan oleh sebuah tawa. Cabut-- adalah sebuah sensasi baru yang saya rasa belum Dara rasakan di sepanjang hidupnya. Saya menjamin, partikel kebahagiaan akan menguar dari mulut Dara saat kita keluar dari sekolah... bahkan saya berjanji akan itu, meski hal tersebut adalah suatu kesalahan--"
"-- Saya hanya ingin menjadi yang terbaik untuk Dara Tante, apalagi dalam urusan kebahagiaan... saya ingin berperan dalam rentetan lika-likunya." Lanjut Raja.
Membisu, dengan mulut terkatup rapat... Mawar menatap takjub pemuda di hadapannya itu. Pemuda bernama indah-- Raja, kiriman Sang Kuasa yang telah hadir dalam hidup buah hatinya... Dara.
Mengulum lengkung tipis, Mawar bergerak menggenggam jemari besar Raja. "Jaga seseorang yang mana berarti dalam dunia kamu ini, semampunya... bila perlu sampai titik terakhir--"
Bukan hanya Raja, Dara pun turut dilanda bingung oleh perkata sang Ibu.
"--Tante menyerahkan Dara pada kamu, bisa kamu mengemban-nya?" Sambung Mawar yang langsung direspon Raja dengan senyum merekah terbaik.
"Tentu... Tentu, Tante." Nada mantap pun terdengar.
"Em, Ma-mama gak marah?" Dara bertanya dengan bibir yang digigit.
"Bibirnya jangan digituin. Buat saya gak tahan nyium!" Raja berbisik, yang hanya dianggap angin lewat oleh sang kekasih.
"Awalnya iya, sedikit--"
"Dara berhenti buat gigit bibir kamu sendiri!" Bisiknya lagi.
"-- Tapi saat mendengar tutur dari kekasih kamu yang manis ini, amarah Mama mendadak lenyap gitu aja--"
"Kalo saya kelepasan, jangan disalahin loh!" Peringat Raja untuk ketiga kalinya.
"-- Terlebih saat semuanya terjadi karena semata-mata untuk tawa kamu." Papar Mawar.
KAMU SEDANG MEMBACA
NADARAJA
Teen Fiction[ T e e n F i c t i o n ] High Rank# 9 in Raja Cinta itu hati yang merasa, bukan raga. -RAJA- Kamu bisa cintai orang lain, jangan saya. -DARA- Seputar kisah cinta yang mana dihadapkan dengan sepasang hati yang saling bertolak belakang. Satu memili...