NADARAJA-47

1.9K 137 4
                                    

Pake lipstik selamanya, saya jabanin...
Asal gak ada lagi kata 'putus' yang terlontar.

---

PLAK--!!!

"Au, kok nampar sih?"

"A.pa yang ka.mu la.ku.in?!" Tekan Dara dengan kilatan amarah.

"Cium kamu." Raja menyahut enteng.

Bringsut menjauh dengan sendi kaki yang masih terasa melemah. "Jaga jarak--!" Memberi peringatan penuh dengan telunjuk yang diangkatnya tegas. "-- te...tetap disana!" Titah Dara.

"Dara..." Raja tak mengindahkan sama sekali ucapan yang ia dengar. Kakinya malah bergerak maju.

"Saya bilang jaga jarak Raja!"

Menyerngit penuh kebingungan. "A-ada apa?"

"Berhenti, berhenti sekarang juga! Berhenti!" Dara semakin mundur saat Raja semakin menipis jarak yang tercipta.

"Gak!" Menolak mantap. "Sekarang giliran saya, yang minta kamu buat... ber.hen.ti men.ja.uh!" Raja malah memutar perintah.

"M-m-mana ada! Gak! K-kamu yang harusnya--"

"Berhenti Dar! Berhenti menjauh!"

Dara merespon dengen gelengan kuat.

"Berhenti! Saya bilang berhenti Dara--!" Raja berteriak.

Membuat gadisnya cukup tersentak dan berakhir nurut. Sial...!

Meneguk ludah susah."Janji dulu sama saya, kalo kamu gak bakalan sembarangan cium saya lagi. Kamu... kamu ha-harus minta izin dulu!" Ucap Dara.

Menaikkan alisnya sebelah, "kenapa harus minta izin?" Raja bertanya seolah tak terima. "Saya suka--!" Lanjutnya enak.

Memijit pengkal hidung yang mendadak ngilu. "Mana Arum?!" Sarkas Dara saat tak menemukan sahabatnya.

"Arum? Disini gak ada Arum, Dar." Raja berkilah.

"Ini... ini jebakan 'kan?" Memicingkan mata curiga.

"Jebakan?"

"Au ah!" Kesal Dara.

Mencekal segera tangan sang pujaan yang hendak berlalu. "Eh, eh tunggu dong. Kamu kenapa sih?" Cegah Raja bingung.

Dara hanya diam, dengan wajah yang sengaja dipalingkan... enggan bersitatap dengan Raja yang hari ini sudah membuat darahnya berdesir punuh kesal.

"Kamu-- masih marah?"

"Maaf..."

"Dar, saya minta maaf."

Menghembuskan napas panjang. Lalu menggenggam jemari Dara erat. "Teman-teman kita udah buat sebuah kejutan untuk hari jadi bersatunya kamu dan saya... Mereka melakukan ini tentu dengan susah payah, hanya guna mengukir rasa bahagia di antara kita. Untuk itu, bisakah kita menghargainya?" Pinta Raja lembut.

NADARAJATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang