BAB 42

7.1K 998 55
                                    

💘💘💘

Mendengar isakan tangis Rose sanggup menggoyahkan dirinya. Jaehyun ingin berbalik, dan menarik gadis itu ke pelukannya, namun sebagian dirinya menentang itu hingga dia hanya sanggup menarik Chaeyeon dan pergi meninggalkan gadis yang paling dia sayang itu.

Chaeyeon meringis menyadari betapa erat genggaman tangan Jaehyun. "aduh Jae lepasin dong,"

Jaehyun segera tersadar dan menarik tangannya dari lengan Chaeyeon yang kini agak memerah. "Sorry banget ya,"

Chaeyeon tersenyum kecil dan mengusap lengannya. "Gapapa kok. By the way lo gapapa?"

Jaehyun menghela napas dalam. "gue lagi gak baik-baik saja. Lo tau itu kan?"

Chaeyeon mengelus bahu Jaehyun. "lo tau gak? gue jadi semakin merasa bersalah sama kalian,"

"Kenapa?" Jaehyun bertanya dan menatap Chaeyeon yang kini menunduk sembari mengaduk-aduk es krim nya.

"Karena gue kalian putus iya kan? Gue tau Jae, lo masih sayang sama Rose. Sayang banget begitu juga Rose,"

Jaehyun menggeleng. "Bukan Chae, ini bukan salah lo. Gue sama Rose putus karena kita sudah gak bisa memperjuangkan perasaan kita, gak ada urusannya sama lo,"

Chaeyeon menghela napas pelan. Meski Jaehyun berkata begitu, sesungguhnya perasaan bersalah masih memenuhi relung hatinya.

Dia kembali melirik Jaehyun yang berjalan di depannya. Raut lelaki itu terlihat tegar dan tanpa beban, namun percayalah dibalik itu semua Jaehyun hanyalah seorang lelaki patah hati yang berusaha tegar.

Jiho baru saja keluar dari sebuah toko sepatu bersama Seongwoo saat samar melihat Jaehyun dari jauh. Dia segera menelpon Rose.

"Halo, Rose? Lo dimana?"

"Gue lagi jalan mau keluar,"

Kening Jiho mengernyit begitu mendengar suara Rose yang serak dan sengau seperti habis menangis. "Lo abis nangis ya?"

"Enggak kok. Gue mau pulang aja, gue capek."

Jiho menghela napas memikirkan kemungkinan jika sahabatnya itu bertemu Jaehyun, mantan pacarnya yang brengsek itu. "Terus lo mau pulang sama siapa?"

"Gue mau naik taksi aja,"

Seongwoo menatap Jiho penuh tanya. Jiho menjauhkan handphonenya dan menatap Seongwoo. "Kak lo anterin Rose pulang ya?"

"Rose mau pulang?"

Jiho mengangguk. "Please, anterin dia pulang ya kak, gue khawatir kalo dia pulang sendiri nanti dia bunuh diri di pohon tauge atau minta supir taksi anterin dia ke jurang lagi buat lompat,"

Seongwoo terkekeh dia mengacak surai Jiho gemas tak memperdulikan hati Jiho yang semakin porak poranda hancur berantakan karenanya. "Oke kalo gitu bilang aja tunggu di loby, gue mau ambil mobil dulu."

Jiho mengangguk.
"makasih ya kak,"

"Rose? Lo tunggu di loby aja ya gue udah minta tolong kak Seongwoo buat nganter lo pulang,"

"Ih gak usah,"

"Gapapa elah, kak Seongwoo juga lagi ngambil mobil di parkiran tunggu aja di Loby jangan kemana-mana ya!"

Dia menghela napas dalam berusaha membereskan puing-puing di hatinya yang dihancurkan oleh kak Seongwoo. Meski diam-diam dia merasa iri pada Rose yang disukai kak Seongwoo.


Seongwoo melirik Rose yang sedang menatap kosong jalanan malam kota Jakarta. Hanya keheningan yang menyelimuti mereka meski Seongwoo sudah beberapa kali berusaha mengobrol dengan Rose yang ditanggapi seadanya.

"Yang ini kan Rumahnya?"

"Iya kak. Makasih ya udah nganterin gue. kalo gitu pamit dulu ya mau cepat-cepat mandi, hati-hati di jalan ya kak,"

Rose membuka seatbelt nya dan hendak membuka pintu saat Seongwoo menariknya ke dalam pelukannya.

"K-kak?"

"Jangan nangis lagi, Jangan sedih lagi. gue gak suka."

"Kenapa?"

Seongwoo menjauhkan Rose dari pelukannya dan menatap manik Rose dalam. "Karena gue suka sama lo,"

"Tapi gue gak suka sama lo," Rose menyingkirkan tangan Seongwoo yang memegang bahunya.

"Kenapa? Karena Jaehyun?"
Rose terdiam.

"Gue bisa menyembuhkan luka di hati lo,"

Rose menggigit bibirnya. "Gak kak," dia menggeleng.

"Gue gak pantes menjadikan lo sebagai pelarian gue. dan asal lo tahu di luar sana banyak yang menyukai lo, tapi itu bukan gue."

"Kalo gue suka nya sama lo gimana?"

"Tapi hati gue bukan milik lo, kak. Gue tau gue cewek yang paling bego karena menolak cowok se-perfect dan sebaik lo, tapi gue juga gak mau memberi lo harapan lebih banyak,"

"Gue tahu gimana rasanya sakit karena berharap dan dikasih harapan sama orang yang lo suka. That's why gue gak mau menyakiti lo lagi."

"can't we just be friends?"

Seongwoo terdiam.

Tatapannya menyendu namun seutas senyum terukir di bibirnya. "okay, kita temenan ya mulai sekarang? Kalo lo sakit, sedih dan gak ada orang yang bisa menyodorkan bahu untuk lo, panggil gue. dan gue akan datang secepat yang gue bisa." Seongwoo menjulurkan jari kelingkingnya.

Rose menahan senyumnya dia segera menyambut jari kelingking Seongwoo. "Promise,"

Seongwoo menarik Rose kembali ke dalam pelukannya. "Kak?" Rose berusaha menjauhkan Seongwoo namun lelaki itu malah semakin mengeratkan pelukannya.

"Biarin gue meluk lo untuk yang terakhir sebagai cowok yang patah hati ya?"

Rose menepuk bahu Seongwoo. "Lo gak nangis kan kak?"

"Dih siapa juga yang nangis? Cewek tuh banyak kali yang lebih cantik dari lo,"

Rose memukul punggung Seongwoo kencang. "Sialan lo kak."


💘💘💘

By Your SideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang