Yang Pernah Menyatakan

602 98 26
                                    

31 Desember 2016

"Kok sendirian di luar?"

Kenar, muncul dari dalam rumah menuju teras dengan kaus hitam yang dipadukan dengan celana jins biru gelap.

Malam ini saya memutuskan untuk menghabiskan malam tahun baru dengan memenuhi undangan Alea, kakak kelas saya yang mengusulkan untuk merayakan tahun bersama dengan seluruh anggota osis periode 2013/2014 dimana saya dan Kenar masuk sebagai anggota.

Dahulu, dimata saya Kenar hanyalah sosok kakak kelas yang saya kenal melalui organisasi intra sekolah. Kenar hanyalah sosok wakil ketua osis yang saya acuhkan kehadirannya setiap rapat karena perhatian saya sudah terlalu tertuju pada sosok Jonatan si ketua osis yang mulai saya kagumi sejak dirinya dilantik sebagai ketua dan betapa beruntungnya saya bisa menjadi anggota di periode yang sama dengan dirinya.

Dahulu, saya dan Kenar tidak pernah saling berbicara jika bukan tentang masalah kegiatan sekolah yang diurus oleh osis. Saya tidak pernah kerja dalam satu lapangan yang sama dengan dirinya, hanya saja saat itu saya selalu dipertemukan dengan Jonatan yang entah mengapa membuat saya menjadi akrab atau bahkan terlalu akrab untuk ukuran kakak-adik kelas.

Awalnya, bukan dengan Kenar tapi dimulai dari Jonatan mengapa malam ini bisa terjadi sesuatu yang akan mengubah seluruh hidup saya.

Waktu terus berjalan, saya dan Jonatan masih berjalan seperti biasa. Biasanya saling mengobrol di kantin meski hanya lima menit, bertemu saat pulang sekolah, dan kadang dia membantu saya dengan tugas matematika. Saya menyadari bahwa saya menaruh perasaan lebih kepada Jonatan. Sampai pada akhirnya saya memberanikan diri untuk menyatakan perasaan saya sehari sebelum di hari kelulusan Jonatan. Tapi kalian tahu apa hasilnya? Semua bayangan yang saya terka, dimana saya pikir Jonatan bisa menerima meski hanya ada satu perbedaan yang terlalu signifikan diantara kami.

"Ki, lo tau 'kan? Kita beda. Udah ketebak bakal berakhir kayak gimana. Bukannya gue gak sayang sama lo, tapi kalau saling sayang itu gak harus memiliki 'kan? Cukup gue disini sebagai teman yang baik buat lo,"

Itu adalah sebuah kalimat penolakan yang pernah saya terima dari seorang Jonatan Emmanuel. Kami yang berbeda keyakinan dijadikan alasan oleh Jonatan untuk menolak. Semua penolakan memang sakit, tapi ternyata perasaan suka saya yang terlalu menggebu-gebu saat itu kepada Jonatan, sampai saya tidak memperhatikan sekitar. Tidak memperhatikan orang-orang disekitar saya, bahwa ada orang yang memperhatikan saya sejak saya berteman dekat dengan Jonatan.

Namanya Kenar Aristo, teman dekat Jonatan yang satu jagat sekolah juga tahu kalau mereka tidak bisa dipisahkan. Wakil ketua osis dahulu yang saya acuhkan setiap ada rapat. Kenar, orang yang waktu itu tidak pernah terbesit sedikit pun dipikiran saya, tiba-tiba muncul setahun kemudian di acara expo universitas yang diadakan di sekolah.

Kenar, yang tiba-tiba mendatangi saya di gerbang sekolah, disaat acara expo sudah berakhir. Bediri disamping saya, sambil menenteng jaket almamater ditangannya.

"Hai, Kinanti." Sapanya yang dulu masih memanggil saya dengan lengkap.

Saya menoleh kesamping, menatap dirinya yang tinggi menjulang itu yang sedang memandang saya dengan mata tajamnya.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Untuk Kenar Where stories live. Discover now