Yang Sedang Pulang Ke Rumah

524 95 32
                                    

31 Desember 2017

Di tanggal yang sama dan tahun yang berbeda, tepat setahun yang lalu menjadi hari jadi saya bersama Kenar. Eh, belum. Saya itu bingung, sebetulnya hari jadi saya dengan dia itu tanggal 31 Desember atau 1 Januari, kebetulan saat Kenar menyatakan saya enggak lihat jam saya. Ya, siapa juga yang masih menyempatkan lihat jam disaat ada mahluk kasat mata yang bisa membuat kaki saya berubah menjadi jeli seketika?

Jadi mohon maaf aja nih untuk Kenar yang sekarang lagi beratus-ratus kilometer jauhnya dari tempat saya berada, sampai saat ini saya belum tahu tanggal resmi kita jadian itu yang benar yang mana.

Oh iya, Kenar sudah pulang ke rumahnya sejak dua minggu yang lalu. Liburan kali ini, giliran Kenar dan Januari yang mengunjungi orangtuanya yang berada di Shanghai. Rumah Kenar itu selalu pindah-pindah, katanya hampir setiap lima tahun sekali berubah. Bisa di dalam negeri bisa juga diluar negeri, itu dikarenakan Ayahnya yang bekerja disalah satu maskapai penerbangan yang memang dituntut untuk berpindah-pindah tempat.

Akan saya jelaskan sedikit disini mengenai mengapa Kenar bisa berakhir di Jakarta sejak SMA sampai saat ini, daripada membuat kalian yang membaca ini bingung.

Jadi, berdasarkan seluruh cerita Kenar yang ia beritahu ke saya, dia harusnya ikut pindah ke Surabaya saat masuk SMA, tapi karena memang anaknya malas untuk beradaptasi dengan lingkungan baru apalagi budaya baru, akhirnya dia memutuskan untuk tinggal di Jakarta bersama dengan neneknya. Adiknya, Januari ikut kedua orangtuanya tinggal di Surabaya.

Sejak mulai kuliah, dia memutuskan untuk pindah karena jarak rumah neneknya dari kampus itu lumayan jauh. Jadi dia pindah ke apartemen milik saudaranya yang kebetulan sudah tidak dipakai, lalu tinggal disana seorang diri sampai masuk di tingkat dua, adiknya Januari ikut pindah dengannya ke Jakarta. Selain karena ada masalah internal di sekolah lamanya, kebetulan saat itu ayahnya dipindah tugaskan ke Shanghai. Januari yang sudah lelah dikekang itu, akhirnya memilih untuk ikut dengan Kenar, untuk mencari kebebasan alias dimalas beradaptasi dengan lingkungan di Shanghai yang terlalu asing padahal alasan sebenarnya biar dia sudah lelah diatur-atur oleh kedua orangtuanya.

Jadi baik ayah maupun ibunya, pindah ke Shanghai tanpa kedua anak laki-lakinya yang kadang kalau ribut suka sekali panci di dapur apartemen di banting-banting (baca: saya pernah jadi saksi mata keributan yang terjadi antara Kenar dan Januari yang kelewat konyol sampai saya mau nangis).

Kata Kenar, ibunya hampir mau ikut pindah ke Jakarta juga, tapi Januari mati-matian melobi ibunya sendiri agar tidak pindah dengan berbagai macam alasan mulai dari siapa yang akan menjaga ayahnya, bagaimana jika ayahnya masuk rumah sakit, siapa yang akan bantu ayah disana dan lain-lain yang akhirnya mengurungkan niat ibunya untuk ikut pindah dengan mereka.

"Sumpah ya, Kak. Ada aku tinggal bareng sama Bang Kenar aja rasanya itu dua kali lipatnya tinggal sama Ibu. Bawel, berisik, ngomel-ngomel mulu, apalagi kalo aku naro seragam sembarangan di kamar. Padahal itu kan kamar aku sendiri. Gimana coba kalo ibu pulang, mau meledak aja ini kepala," Begitu kata Januari saat sempat saya tanyakan bagaimana rasanya tinggal sama Kenar.

"Lah, emangnya kamu gak kangen sama Ibu? Kan enak kalo ada Ibu kan ada yang ngurusin," Ujar saya.

"Ya, kangen sih, Kak. Tapi ya, ya gimana ya. Mau belajar gak bergantung aja sama Ibu,"

"Bilang aja kalo sama Kenar peraturannya gak banyak,"

"Idih, Bang Kenar peraturannya lebih banyak daripada Ibu. Udah ada daftarnya tuh kak kalo gak percaya liat aja di pintu kulkas." Jawab Januari dan memang benar adanya peraturan yang Januari harus patuhi yang telah dibuat sedemikian rupa oleh Kenar yang ditempel dipintu kulkas.

Untuk Kenar Where stories live. Discover now