Get In

4.5K 384 6
                                    

#9

Setelah Lisa memutuskan untuk menginap, Jennie menggunakan kesempatan itu untuk bisa terus dekat dengannya, Rose tetap tenang tanpa memikirkan hal-hal negatif antara Jennie dan Lisa. Begitu pun Jisoo, ia masih sibuk bermain overwatch di temani oleh anjingnya, Dalgom.

"Kau belum mau tidur?" Lisa menoleh ke arah Rose.

"Hmmm? Belum, memangnya kenapa?"

"Aku ngantuk." seringai Lisa. Tangan Jennie masih menggandeng lengan Lisa dan dengan nyamannya bersender di bahu Lisa, Rose yang tidak melihatnya pun ikut bersandar di bahu Lisa satunya.

"Shit!!! Dua gadis ini kenapa harus.. Ah kenapa.. Aarrghhhh.." geram Lisa, keringat dingin mengucur di punggungnya. Dua gadis cantik bersandar di kedua bahunya dan tak ada yang bisa ia lakukan selalu mengatur napasnya yang sudah memburu hanya saja tertahan.

"Rose? Kenapa badanmu panas?" Lisa meraba dahi Rose perlahan, tatapan Rose sayu melihat gadis yang berbicara padanya. "Kau demam? Kau sakit? Pasti karena hujan-hujanan tadi." ucap Lisa, dengan nada khawatir. Jennie semakin erat menggandeng lengan Lisa, ia tak membiarkan Lisa memberikan perhatiannya pada Rose.

"Aku tidak apa-apa, Lisa." Senyum Rose perlahan, tapi wajahnya tampak mulai pucat.

"Kau istirahat saja." Lisa berusaha menarik tangan kirinya tapi Jennie menggenggamnya erat. Lisa menoleh ke arah Jennie tapi gadis itu tak menatapnya balik, dengan terpaksa Lisa melepaskan tangannya dari Jennie dengan perlahan tapi sedikit kasar. "Ayo, nanti aku kompres." Lisa memapah Rose berdiri dan berjalan ke kamarnya.

"Kau menyukainya Lisa?" dengus Jennie menatap sinis ke arah mereka berdua. "Aku akan tunjukkan siapa yang pantas mendapatkanmu, aku atau si anak baru itu.." Jennie beranjak ke kamar Jisoo dengan kesal.

***

"Kau tiduran saja, istirahat, aku akan mengambilkanmu air dan handuk untuk mengompres, hmmmm.." pikir Lisa sesaat. "Dan obat penurun panas." Rose hanya terduduk di pinggir kasurnya, ia melihat Lisa yang menyimpan ponselnya di pinggir kasur Rose kemudian berjalan ke arah pintu.

"Lisa.." peluk Rose dari belakang.

"Hmmmm?" Lisa terdiam, ia melirik ke arah pinggangnya, 2 tangan berkulit putih itu memeluk pinggangnya erat, hembusan napasnya terasa di punggung Lisa, dada Rose yang padat pun sangat terasa di belakangnya. "Semoga dia tidak mendengarkan detak jantungku yang sudah tak karuan ini." harap Lisa sambil masih terdiam.

"Jangan pergi, kemana-mana." pinta gadis itu.

"K-kan aku, hmmm, mau.. Mau mengambil kompresss.. Kompresan, Rose.." ucap Lisa terbata-bata. "Mulutku ini kenapa?! Siall.." gerutunya sendiri. Lisa mengunci pintu kamar Rose, ia tak jadi keluar mengambil kompresan untuk Rose. Ia berbalik dan melihat gadis itu, tatapannya tetap sayu, bibir bawah Rose sangat menggoda saat wajahnya cemberut, mengiba pada Lisa agar tak pergi kemana-mana. "Kenapa?" Lisa mendekatkan tubuhnya tapi Rose memundurkan langkahnya, kembali bersandar di tembok dan masih menatap Lisa dengan tatapan yang sama.

"Jangan kemana-mana, kau disini saja." Ucapnya manja.

"Baiklah, aku tidak kemana-mana." Lisa menyibakan rambut Rose yang menutupi wajah lucu dan pipi chipmunknya, jarinya menelusuri garis rahang Rose dengan perlahan dan berhenti tepat di depan dagu gadis itu. "Kau kan sedang sakit, lalu siapa yang akan mengobatimu jika aku tidak pergi?" tatap nya.

"Kau disini saja aku sudah baikan.." jawab Rose malu-malu, senyum simpulnya membuat pipinya kembali seperti pipi chipmunk, tatapannya melihat ke arah tangan Lisa yang masih ada di dagunya.

"Saat sakit pun kau masih pintar menggodaku?"

"Aku tidak menggodamu, aku hanya.." Lisa mencium bibir Rose seketika. Membuat Rose tersentak kaget tapi tak menolak perbuatan Lisa.

Kecupan Lisa lebih agresif, meskipun lembut tapi gigitan nakal tetap ia lakukan, dan tangan Rose pun segera menarik leher Lisa, kembali membuatnya semakin dekat.

"Emmmhh.." desah mereka perlahan. Lisa meraba pinggang Rose, meraba abs nya, dan berpaling ke punggung Rose, ia mencari apa yang sudah seharusnya ia cari. Kiss mark di leher Rose masih berbekas meskipun tidak terlalu jelas dan merah dan Lisa pun melakukannya lagi.

"Ahhhhh,, berhenti menciumku di situ, Lisa.." desahnya berusaha menghentikan Lisa yang masih bergerilya di leher Rose. Tangan Lisa meremas pantat Rose, membuat Rose menggeliat dan membusungkan dadanya.

Lidahnya segera melumat daging kenyal nan menggoda itu, Lisa selalu di buat kagum oleh Rose, terlalu banyak kejutan dari dalam dirinya untuk ia ketahui.

Rose berusaha meloloskan baju Lisa, disaat ia sedang sibuk memilin dan menghisap kedua putingnya. Sedangkan Lisa sesekali mencoba menurunkan celana Rose tanpa berhenti melakukan kesibukannya.

"Eemmhhhh Lisa,," setelah berhasil, Lisa mengangkat tubuh Rose dan melingkarkan kedua kaki Rose di pinggangnya. Di tekannya tubuh gadis itu ke tembok agar tidak terjatuh.

"Let me in.." ucap Lisa sambil kembali memberikan ciumannya.

"I was opened it.." ucap Rose sambil mengatur napasnya.

Lisa menggendong tubuh Rose dan menjatuhkannya di kasurnya sendiri, Lisa kembali menggesekkan jarinya di area paling sensitif milik Rose.

"I want it, Lisa.." Rose mendesah, Lisa terlalu lihai untuk menghancurkan kepolosannya.

"You want it?" canda Lisa. Kedua tubuh yang sudah tak mengenakan apa pun itu semakin agresif bergumul mengabaikan panasnya kamar Rose karena permainan mereka sendiri.

"Lisaaa..." Lisa memasukan kedua jarinya, mencoba menyeruak masuk dan mengocoknya perlahan. Ia memperhatikan wajah Rose yang sudah memerah, menahan libidonya.

"Aku.. Melakukan ini.. Bukan untuk main-main.." Lisa mencium mesra bibir itu dan terus mengocokan jarinya. "I want you to be mine.." gumamnya sambil menciumi leher Rose.

Tubuh Rose mengeras, rongga di dalam tubuhnya mulai menyempit, menjepit kedua jari Lisa, tapi Lisa meneruskan dan menambah kecepatannya.

"Harder.. Lisaaaa.." Rose meraih orgasmenya di tangan Lisa. Lisa memeluk gadis kesayangannya itu dan memberi Rose kecupan lembut di dahinya. Badannya masih panas, ia tetap demam. Ia benar-benar sedang sakit.

"Maafkan aku.." peluknya lembut sambil menyelimuti tubuh Rose.

"Hmmm.."

"Kau marah?"

"Aku kedinginan.."

"Kau lucu, chipmunk." Lisa terkekeh kemudian memakaikan baju Rose kembali, menyelimutinya dan memeluknya. Ia pun berbenah dan tertidur di samping Rose. "Aku akan mengambilkan kompresan untukmu." Lisa beranjak dan membuka pintu kamar Rose.

Sesosok gadis berdiri di depan kamar Rose tepat di depan Lisa.

"Hmmm.. Jennie?" 

***

You're Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang