Hot Milk

2.9K 207 33
                                    

#48

"Itu apa?" Tanya Rose yang masih berdiam diri di ambang pintu kamarnya. Jisoo segera berlari ke arah Rose bersamaan dengan Bambam yang mulai berbicara. Jisoo dengan cepat menutup kedua telinga Rose, sedangkan Toby yang tau maksud Jisoo segera mendorong Bambam agar rencananya memberi tahu Rose gagal.

"Apa-apaan kau?" Bambam yang terbangun dari jatuhnya segera membentak Toby, Rose melepaskan tangan Jisoo dari kedua telinganya dan menatap Jisoo dengan tajam.

"Unnie?!" Ia memberikan tatapan sinis kemudian berjalan ke arah Bryan yang mematung sedari tadi dengan tatapan berkaca-kaca. "Kemarikan." pintanya. Tapi Bryan melihat jika Toby dan Jisoo menggelengkan kepala mereka, jangan beritahu Rose sama sekali, begitulah maksudnya. "Bryan!!"

"Berikan itu padanya!!" Bambam menarik baju Bryan dan menyuruhnya memberikan test pack itu padanya. "Berikan!" Tapi Bryan menahan kedua tangannya. Bambam yang sudah naik pitam sedari tadi kembali memukul Bryan tepat di ulu hatinya, membiarkan lelaki itu tersungkur menahan rasa sakitnya. Rose pun mengambil test pack dari genggamannya.

"Punya siapa ini?"

"Li.." Jisoo menampar Bambam keras-keras, sangat keras bahkan.

"Kalau kau hanya mau mengacau disini, pergilah!! Semuanya bisa di bicarakan baik-baik!!" Jisoo mengusir Bambam keluar tapi lelaki itu hanya terdiam dengan darah yang menetes dari bibirnya.

"Jisoo Unnie!!" tubuh Rose tersentak saat Jisoo melakukannya pada Bambam.

"Itu milik Lisa, Chaeyoung-ah.." Jennie berjalan keluar dari kamarnya. Ia tau 2 kemungkinan yang terjadi, Rose marah atau pingsan.

"Jen.." Dan tebakan yang kedua yang terjadi, tubuh Rose melemas dan terjatuh, tapi Jisoo menangkapnya. "Jen!! Bisakah kau.. Arrghhh.." Jennie membantu Jisoo mengangkat Rose ke sofa, di bantu oleh Bryan juga.

"Aku muak dengan dia, hanya membuat keributan disini, lama-lama kamar kita ini hancur hanya karena omongannya."

"Ada apa ini?" Lisa berjalan masuk dengan ransel army milik sang ayah, ia melihat Bambam yang tertunduk sambil menahan tetesan darahnya, Bryan yang sudah selesai membantu Jisoo dan masih terbaring di lantai di bantu oleh Toby untuk menghilangkan sakit di ulu hatinya, Rose yang tergeletak lemas di sofa, Jisoo dan Jennie yang sibuk menyadarkan Rose, semua terlihat tenang-tenang saja tapi sebenarnya sangat kacau.

"Lisa?"

"Kenapa kalian? Ini sudah malam dan kalian masih ribut-ribut, ada apa? Kau mau apa disini?" tatapnya pada Bambam, Lisa segera menyimpan tasnya dan mendekati Rose. "Jisoo Unnie?"

"Dia pingsan." Lisa berniat duduk dan menopang kepala Rose di pahanya dengan alas bantal, ia duduk nyaman menemani Rose yang masih belum sadar.

"Suruh Bambam pulang." Toby pun mengangguk dan membukakan pintu untuk Bambam, meskipun Bambam terlihat masih marah, tapi ia hanya bisa menurut saja. "Kalian berdua tidur di kamarku saja." tunjuk Lisa pada Toby dan Bryan.

"Tak apa, kami disini saja menemanimu." Nada bicara Lisa sangat tenang, seperti tak ada yang terjadi, bahkan sangat "normal".

Jisoo dan Jennie memberikan sebuah sleeping bag milik Rose dan Lisa pada Bryan dan Toby. Mereka berempat masih tidak mengerti dengan keadaan ini, ini hanya mimpi atau apa?

***

Chaeng menggosok kedua matanya, kepalanya sangat pusing saat ia sadar dan membuka kedua matanya yang sudah di sambut oleh cahaya matahari pagi. Ia merasakan pelukan seseorang, tepat di bahunya. Pelukan yang sangat lembut dan sudah biasa ia rasakan.

"Siapa ini?" ia mengelus kedua tangan itu sambil menengadah melihat pemiliknya, dengan senyuman yang mengembangkan pipi chubbynya, ia mencubit pipi Lisa dengan gemas.

"Hmmm.." Lisa membuka kedua matanya dan tatapan mereka kembali bertemu. "Kau sudah bangun?" senyum Lisa pelan.

Rose mengelus pipi Lisa perlahan dan menariknya mendekat, Lisa tau apa mau kekasihnya itu dan mengikutinya, seperti sudah lama Rose tak melumat bibir kekasihnya.

Lirikan mata Bryan bisa menangkap dengan jelas kedua gadis yang ada di sofa itu sedang bercumbu dengan mesra, ia kemudian membuang mukanya saat mereka berdua semakin panas saja.

"Baiklah, aku mulai gerah.." gumamnya.

"Sejak kapan kau disini?"

"Semalam aku baru kemari, kau sudah tergeletak di sofa, kenapa?"

"Aku takut.." Rose mulai menangis lagi saat Lisa semakin erat mendekapnya.

"Aku disini, tenang saja." peluknya erat sambil mencium pucuk kepala Rose.

"Kau hamil.." tangisnya makin keras meski tertahan dalam diam. Ia masih belum bisa menerima ini.

"Akan aku gugurkan.."

Slappp.. Plakkk..

"Jangan coba-coba, Lalisa!!" setelah menampar Lisa, Rose kembali jatuh ke pelukan kekasihnya itu, menangis dalam diam dan mulai membasahi tangan Lisa.

"Ini bukan anakku, Rose-ya. Ini bukan anak kita!!" Rose tak menjawab sepatah kata pun, ia masih menangis sejadi-jadinya tapi Lisa mencoba menenangkannya dan memang itu yang Rose butuhkan.

"Jangan pernah gugurkan anak itu, Lisa."

"Aku tidak akan bisa menikah denganmu kalau kau tidak mengijinkan aku menggugurkan anak ini."

Mereka kembali terdiam, hanya isak tangis yang terdengar disana. Bryan bangun dari tidurnya dan terduduk. Ia bangun dan mendekati Lisa.

"Kalian??" tanyanya sambil terdiam di depan Lisa yang masih memeluk Rose.

"Hmmm.." Lisa tersenyum bangga.

"Baiklah, aku akan bicara serius denganmu Lisa." Bryan meninggalkan mereka dan pergi ke kamar mandi.

***

"Kau mau sarapan apa pagi ini?" tanya Bryan sambil membawakan dua gelas susu cokelat untuk Lisa dan Rose.

"Aku tidak mau apa-apa." Rose menjawab dengan lemas sambil bersandar di dada Lisa.

"Kau buatkan saja dia bubur." ucap Lisa sambil meminum susunya.

"Tidak!!" tolak Rose segera. "Hanya Lisa yang boleh membuatnya." Bryan mencoba memaklumi apa yang terjadi di depannya sekarang.

"Baiklah, baiklah. Kau mau makan apa Lisa?"

"Ramen?" tawarnya sambil menyimpan gelas susunya ke meja.

"1 mangkok ramen untuk Lalisa Manoban."

Bryan berpapasan dengan Jisoo saat ia akan membuatkan Lisa semangkok ramen.

"Pagi, Bryan.." sapa Jisoo sambil duduk di sofa di dekat Lisa. Ia menatap ke arah Toby yang masih terlelap di dalam sleeping bag miliknya. "Susu siapa?"

"Minum saja." Senyum Lisa. "Jisoo Unnie mau makan ramen juga?" Jisoo menatap Lisa dengan tatapan aneh.

"Sejak kapan kau baik begini padaku?" Di genggamnya gelas susu itu.

"Salahkah aku baik, Unnie?" suara cemprengnya kembali menggelegar.

"Aishhh, sudah diam!!"

"Lisa, aku ingin berbicara padamu." Bryan duduk di depan Lisa yang masih memeluk Rose, mata Rose sembab setelah sedari tadi menangis, sedangkan Jisoo memegang gelas susu cokelat itu sambil memperhatikan Bryan.

"Ada apa? Mana ramenku?"

"Belum matang. Hmm, begini.." Ia mulai membuka pembicaraannya sambil menatap mata Lisa lekat-lekat. "Aku akan menikahimu, Lisa." jawabnya mantap.

"Apa?!" Jisoo dengan refleks menyodorkan gelas susunya ke arah Bryan, membuat isi gelasnya tumpah tepat ke selangkangan lelaki itu.

"Arrrgghhhh, panas!!" Bryan segera berdiri dan melompat-lompat tak karuan.

"Uppss.." ucap Jisoo dengan wajah polosnya.

***

You're Mine [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang