Aku dan Kevin

10.5K 751 18
                                    

Bagian 03
Aku dan Kevin

Setelah kejadian semalam, aku hanya mengelus dada tidak percaya. Gila. Benar-benar gila. Apa aku harus senang dengan itu semua? Tunggu dulu. Aku saja belum punya pacar, mana bisa senang? Tapi...apa senang harus punya pacar dulu? Tidak, kan?

Aku benar-benar tidak habis pikir kalau mamaku adalah seorang fujoshi. Dan, ia menerima keadaanku begitu saja. Ditambah dia minta series 2moons yang aku tonton semalam. Aku cuman menyayangkan, kenapa nggak dari dulu aku bilang ke mama? Kan kita bisa histeris nonton series BL bersama-sama gitu.

Aku baru saja selesai mandi dan masih di kamar. Seperti biasa kalau pagi weekend seperti ini mama selalu memasakkan makanan kesukaanku. Seperti yang aku bilang, meskipun keluargaku adalah konglomerat, kami hidup sangat sederhana. Bahkan kami tidak menyewa pembantu rumah tangga.

Kali ini adalah liburan semester pertamaku kuliah. Liburan ini benar-benar membosankan. Aku hanya menghabiskan waktuku di rumah. Aku tak punya hal apapun untuk dilakukan. Aku juga hanya punya sedikit teman. Aku bukan orang yang suka bergaul. Oke aku ini kuper, makanya jomblo terus. Jelas?

Ngegas mulu, Rino!

Ao, Kev! Bukannya kau sudah enyah, kenapa kembali lagi?

Aku kan ibarat Dewa di sini. Hahaha.

Terserah!

Oh iya, masih ingat temanku satu-satunya yang udah tahu kalau aku gay? Akan aku ceritakan di sini. Namanya Kevin. Well, penampilan fisiknya? Sebentar lagi dia datang. Dia baru pulang dari Jakarta, kuliah juga. Begitu ia datang, aku akan menceritakan seperti apa orangnya.

"Rino..." Mama teriak di lantai bawah. Biasanya sih memanggilku untuk sarapan.

"Iya, Ma?" Aku juga balas berteriak agar suaraku terdengar dari bawah.

"Kevin udah dateng nih! Buruan turun!" Oke daripada berteriak terus-terusan, aku kemudian turun ke bawah. Lalu menuju ruang tamu yang sudah ada Kevin di sana.

"Hai, No..." dia berdiri dari duduknya dan menyapaku.

"Ao, Vin. Selama satu semester ini lu berubah ya?" Aku sedikit terkejut melihat perubahan penampilannya.

"Emangnya gue transformers apa?" Ia mendengus.

Aku hanya nyengir-nyengir gaje. Well, biar kuceritakan. Kevin ini dulunya pakai kacamata. Nggak pedulian sama penampilan. Jerawat di mana-mana. Kurus kering. Lumayan tinggi. Lebih tinggi daripada aku. Oke masalah tinggi badan aku selalu kalah. Dia pinter. Banget. Bahkan jenius aku rasa. Pinter banget kalo ngomong sesuatu. Pinter nebak. Pokok pinter. Hehehe.
Dia yang mencurigaiku pertama kali kalau aku gay. Well, dulu itu karena...

"No, lu udah dapet gebetan belum?" Tanya Kevin pelan. Aku hanya menggelengkan kepala.
"Inget nggak dulu, gue kan yang tahu pertama kali lu kayak gitu...karena lu selalu merhatiin kakak kelas itu." Dia senyum-senyum gaje.

"Ao, Vin, kenapa lu jadi bahas ginian." Aku memotong cepat.

Ia hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Oke biar kujelaskan sekarang. Setelah satu semester ngilang ke ibukota negara, dia berubah jadi seperti orang. Aku bisa jelaskan kalau dia sudah tidak pakai kacamata lagi. Katanya operasi lasik. Pipinya juga sudah bersih dari jerawat. Katanya ia melakukan perawatan kulit. Dia agak gemukan, nggak kurus kering seperti dulu lagi. Rambutnya menutupi dahi seperti rambutku. Dan bisa kulihat kalau dia lebih putih dan segar dari sebelumnya. Ini anak kok bisa berubah begitu cepat ya? Kesambet apa coba?

"Vin...gue curiga deh sama lu." Aku mendekatkan wajahku ke wajahnya.

"Apa?" Dia tertegun. Mungkin karena aku yang tiba-tiba mendekatkan wajah.

"Lu kok bisa berubah kayak gini..." aku menggantungkan kalimat. "Jangan jangan..." aku menarik nafas. Dan mendekatkan bibirku ke telinganya untuk membisikkan sesuatu. "Lu punya gebetan ya? Ngaku!" Aku tersenyum nakal.

"Rino, Kevin, ayo sarapan bareng di ruang makan. Ini mama bawain orange juice yang cocok dinikmati saat..."

Aku dan Kevin langsung menoleh arah mama bersamaan.

"Maafin mama kalo nganggu kalian. Mama nggak tahu kalau kalian sebenarnya..."

Wai wait, mama...ini nggak seperti yang mama pikirkan.
"Bukan, Ma. Kami nggak ngapa-ngapain, kok. Mama salah paham." Aku menjelaskan.

"Ini juice-nya mama taruh di meja. Kalian lanjutin aja." Mama kembali ke dapur.

"Lu sih No, pakai acara bisik-bisik segala. Kan mama lu jadi salah paham tuh." Kevin kesal.

"Iye iye, gue yang salah. Entar gue jelasin ke mama." Aku mengambil dan meminum orange juice yang dibawakan mama tadi.

"Tapi, No..." Kevin menggantungkan kalimatnya. " Kok mama lu nggak kaget atau marah gitu ya sama kejadian tadi?"

"Uhukkk!!!" Aku tersedak. Sumpah, bukan gaya-gayaan. Tersedak beneran ini.
"Mama...dia..." aku ragu mau mengatakannya. "Dia udah tahu kalau gue gay." Aku pun jujur.

"Hah?" Kevin melongo dan berusaha mencerna kata-kataku barusan.

***

To be continued...

My Mother is Fujoshi! [END]Where stories live. Discover now