Misunderstanding

7.5K 671 26
                                    

Bagian 05
Misunderstanding

Aku meradang. Dari kemarin aku terus kepikiran apa yang dilakukan Kevin padaku. Gila. Freak. Benar-benar aneh. Bagaimana bisa dia membuat mamaku salah paham seperti ini?

"Rino..." Mama memanggilku dari ruang makan.

"Iya, Ma?" Sedikit teriak karena jarak ruang makan dari kamarku cukup jauh.

"Sini sarapan! Masakan mama udah matang."

Aku tersenyum dan langsung turun.
"Wah, sepertinya enak." Aku mengedip-ngedipkan mataku.

"Pastinya. Siapa dulu yang masak." Dasar mama, suka memuji masakan sendiri.

Mama selalu percaya diri dengan masakannya. Tentu saja, faktanya memang masakan mamaku memang sangat enak. Pernah melihat anggota komisaris yang memasak? Ya itulah mamaku. Hahaha.

Saat hendak makan tiba-tiba...

Ting tong...ting tong...

Siapa sih pagi-pagi begini yang bertamu? Pikirku kesal. Menganggu sarapan saja.

"Bukain gih, No. Mama masih beres-beres ini." Aku pun melangkah menuju pintu untuk membukanya.
Saat membukanya aku terkejut melihat orang yang berdiri di depan pintu.

"Kevin?" Aku melongo.

Rumah Kevin memang sangat dekat dengan rumahku. Masih satu kompleks dan berjarak dua rumah saja. Jadi sangat wajar kalau pagi-pagi ia mampir ke rumah. Apalagi aku dan Kevin sudah bersahabat sejak kecil. Jadi keluarga kami sangat akrab.

"Pagi, sayang..." Ia nyengir.

What the f*ck...
Apa dia bilang? Sayang? Anjir!!!

Aku hendak menutup kembali pintunya.

"Tunggu..." Kevin mengganjal pintunya dengan sepatunya, sehingga kakinya terjepit. "Aduh!"

"Vin, jangan aneh-aneh deh. Ngapain ke sini pagi-pagi?" Aku memutar bola mataku kesal. "Dan juga, jangan sayang-sayangan. Jijik gue."

"Izinin gue masuk dulu." Kevin memegang gagang pintu.

"Rino, siapa yang datang?" Suara mama yang teriak dari ruang makan terdengar.

"Yaudah, masuk!" Rino membuka pintunya.

"Pagi tante." Kevin senyum ke mamaku. Dasar tukang cari muka.

"Oh, Kevin...mari sini, sarapan bareng. Tante baru saja selesai masak. Cobain masakan tante ya."

"I...iya, tante." Ia tampak menjawab malu-malu. Masa bodoh aku. Ia benar-benar freak sejak kejadian kemarin.

Kami pun makan bersama. Biasanya sih biasa saja makannya, Kevin juga sering makan bareng denganku dan mama. Cuman, kali ini agak canggung. Lagi-lagi karena kejadian kemarin. Anjir!

"Kevin kuliahnya ngambil jurusan apa?" Tanya mama memecah keheningan.

"Ilmu hukum, Tante." Jawabannya dengan sedikit senyuman.

"Wah, mau jadi Lawyer, ya? Bagus itu prospeknya buat ke depan. Nggak mungkin bakal digantikan robot atau mesin di era industri 4.0. Oiya, panggilnya jangan tante lagi deh, panggil mama aja seperti Rino. Mama merestui hubungan kalian kok. Mama udah ngerti sejak kejadian kemarin." Mamaku senyum-senyum gak jelas.

Tuh, kan! Kevin, bangsat!

"Mama...sudah jutaan kali kubilang kalau aku dan Kevin tidak ada apa-apa. Aku cuman main-main aja kemarin." Aku benar-benar kesal.

"Hush, sudah, sudah. Mama tahu kalau kamu nggak mau terbuka. Tapi dari belakang, mama tahu kok. Mama paham. Mama mengerti. Dan mama merestui hubungan kalian."

Freak!

"Iya, Ma. Terima kasih. Aku akan menjaga Rino dengan baik."

Anjir! Gila! Kevin gila!

Aku tak punya kata-kata untuk meluruskan kesalahpahaman ini. Misunderstanding. Benar-benar misunderstanding!

"Masakan mama selalu enak seperti biasanya. Sudah sejak enam bulan ya aku terakhir ngerasain masakan mama."

Kevin benar-benar melampaui batas. Lihat, dia memanggil mamaku dengan sebutan mama juga. Meskipun disuruh tapi kan ya nggak gini juga.

Apa ini? Aku berakhir dengan sahabatku sendiri? Hah? Apa? Apa yang aku katakan barusan?!

"Tentu saja. Ini coba sup ayam kesukaan Rino." Mamaku mengambilkan sup ayam dan meletakkannya ke piring Kevin.

"Ma, aku juga mau." Aku merengek. Aku tak mau sup ayam kesukaanku itu dihabiskan oleh Kevin.

"Ambil sendiri. Jangan manja." Mama melotot.

"Ah, Mama!"

Aku mendengus kesal. Padahal Kevin saja diambilin kayak gitu. Sekarang siapa yang jadi anaknya coba? Dasar mama aneh! Mama fujo! Mama yang lebih sayang sama sahabat anaknya!

"Ini." Kevin mengambil sup ayam dan memberikannya ke piringku.

Anjir, kenapa rasanya aneh. Ini seperti adegan-adegan yang ada di series BL yang pernah aku tonton.

"Errr, makasih." Ucapku sekenanya.

Aku melirik mamaku yang menutup mulutnya. Ia terlihat seperti menyembunyikan senyuman.

Aku menarik Kevin untuk membisikkan sesuatu. "Vin, apa pun rencanamu, please jangan lakuin hal kayak gini. Mamaku benar-benar bakal salah paham."

"Aku tak masalah dengan itu." Kevin tersenyum miring.

"Katakan, apa rencanamu?"

"Nanti kau juga tau sendiri."

Aku benar-benar kesal.

"Ehemm..."

Mama berdehem. Aku terkejut karena baru sadar kalau jarakku dengan Kevin benar-benar sangat dekat. Bahkan kalau dilihat sekilas dari jauh, orang pasti mengira kalau aku sedang berciuman dengan Kevin. Untung kebenarannya bukan itu.

"Mama masih di sini loh." Ia menyipitkan matanya. Kemudian menahan senyum sambil menggembungkan pipinya.

"Mama! Mama salah paham! You are misunderstanding, Mom!" Aku menjerit tak terima.

Please, jangan lagi. Kenapa kesalahpahaman ini berlanjut.

Aku langsung menjauhkan diri dari Kevin. Menatapnya tajam.

Rencana apa yang sedang Kevin buat?

Kevin, bangsat!

***

To be continued...

My Mother is Fujoshi! [END]Where stories live. Discover now