Pengakuan

6.5K 590 10
                                    

Bagian 07
Pengakuan

Aku tidak menyangka. Sama sekali. Sosok Kevin yang dulu, kini berubah. Diantara kami juga berubah sejak kejadian itu. Kami jadi semakin canggung. Atau mungkin hanya aku saja yang merasakan canggung(?) Lalu panggilan diantara kami yang dulunya gue-lu, berubah jadi aku-kamu. Semuanya telah berubah. Maksudku, berubah begitu saja. Dan anehnya aku juga mengikuti alur permainannya.

Persahabatan yang kami jalin dari kecil seakan berubah menjadi hubungan yang lebih dekat. Aku memang mengagumi Kevin. Ia pintar. Jenius. Tapi aku tak pernah menyangka kalau dia memendam semua perasaannya dari dulu. Dan baru terungkap saat ia tahu kalau mamaku seorang fujoshi dan merestui hubungan kami.

Aku masih tenggelam dalam ciuman Kevin. Ia menciumku dengan buasnya. Akupun membalasnya. Sudah terlanjur. Terlanjur. Dan aku menikmatinya. Aku merengkuh lehernya dan mengimbangi ciumannya. Aku sudah tidak waras. Aku benar-benar gila. Bagaimana tidak, aku membalas ciuman sahabatku sendiri!

Ini salah Kevin! Ia yang mulai duluan!

Aku hanya mengikutinya. Aku tak tahu apa yang membuatku untuk tidak menghentikannya. Apa karena aku juga penasaran? Tapi ini Kevin, Rino! Kevin! Sadar!

Kevin membuka bajuku dengan perlahan. Kancing demi kancing kemejaku ia buka. Aku tak menolak sedikit pun. Kenapa aku bisa seperti ini? Kenapa aku menikmatinya? Apa aku juga suka dengan Kevin?

Akhirnya bajuku terbuka. Sama seperti Kevin. Aku tak berniat menanggalkan handuk yang melingkar di pinggangnya, tapi ia melakukannya sendiri. Aku sedikit kaget. Apa ini berlebihan? Kini ia hanya mengenakan celana dalam dan masuk ke dalam selimut yang membungkus tubuh kami berdua. Kulitku dengan kulitnya sukses bertemu. Bersentuhan. Ia menciumi leher, kemudian turun ke bawah, ke dadaku, perut dan...
Aku merasakan sesuatu yang tak pernah kurasakan sebelumnya.

Kevin mulai tak terkendali. Tangannya mengelus-elus bagian bawahku. Aku hanya bisa pasrah. Ia kembali menciumku. Entah berapa lama kita melakukan ini. Ia melanjutkan ke bagian dadaku untuk yang kedua kalinya. Aku menggelinjang hebat ketika ia memainkan nipple-ku. Aku mencengkeram erat rambutnya. Aku tidak tahan! Aku bisa tak terkendali jika diperlakukan seperti ini. Kevin, kenapa kau melakukan semua ini?!

"Vinhhh..." aku mendesah. Ia berhenti.

Ia kembali ke atas dan tersenyum padaku. Kenapa sekarang ia jadi terlihat seksi di mataku?
Ia menyentuhkan hidungnya ke hidungku. Aku sangat menyukai ini.

Apa? Aku menyukai? Apa aku sudah gila?

Tapi entah kenapa aku merasakan nyaman saat bersamanya. Bahkan aku tidak merasa bersalah ketika melakukan hal ini.

Aku tidak tau lagi! Pasti akal sehatku sedang liburan. Sedang pergi jauh. Aku tidak melakukan penalaran logis lagi. Aku melakukan ini begitu saja tanpa memikirkannya. Lebih tepatnya aku menerima perlakuan Kevin. Tidak melakukan perlawanan.

Rino, sadar! Kau melakukannya dengan Kevin! Sahabatmu!

Aku kemari untuk mendapatkan penjelasan darinya. Tapi malah apa yang aku dapatkan?

Aku kemudian tersadar. Aku menghentikannya. Aku duduk. Kami masih telanjang dada karena ketidakwarasan kami tadi.

"No..." ucapnya pelan.

"Aku ingin mendapatkan penjelasan." Aku menatapnya tajam. Aku masih tidak bisa berpikir waras setelah apa yang terjadi barusan.

"Aku mengakuinya." Ada jeda sejenak di perkataan Kevin. "Aku menyukaimu. Aku mencintaimu. Dari dulu." Pengakuan Kevin membuatku terkejut. Ternyata dugaanku selama ini benar.

"Kenapa? Kenapa baru mengungkapkannya sekarang?" Aku masih belum paham kenapa ia lakukan ini sekarang.

"Aku takut mamamu akan marah. Aku takut kalau kamu terluka. Aku takut hal yang tidak diinginkan terjadi padamu. Aku..."

"Lalu apa alasanmu mencintaku?" Aku memotong penjelasan Kevin.

"Apa cinta perlu alasan yang logis, No?"

DEGGG...

Aku tak bisa mengatakan apa pun.

"Aku hanya mencintaimu. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada hatiku. Aku selalu senang bersamamu. Dan setelah aku sadari, perasaanku padamu itu ternyata lebih dari perasaan seorang sahabat. Aku udah tau semuanya tentangmu. Tidak ada rahasia di antara kita, No. Kita udah bersama-sama sejak kecil. Mungkin kedekatan kita selama inilah yang membuatku merasakan sesuatu padamu." Ia merangkulku yang duduk di pinggir tempat tidur dari samping. Kemudian ia memegang kedua pundakku. Dan menatapku lekat.

"Apa kau gay?" Terlintas pertanyaan itu di dalam otakku begitu saja.

"Tidak." Jawabnya sambil menggelengkan pelan kepalanya.

Aku mengernyitkan dahi.

"Aku tidak gay. Aku hanya menyukaimu." Lanjutnya.

JLEBBB...

Aku tak mampu berkata-kata. Aku speechless.

"Jadi, apa kau mau menerimaku?" Tanyanya.

Bagaimana aku memberikan jawaban? Aku bingung. Aku benar-benar bingung.
"Tapi Vin..."

"Aku akan memberikanmu waktu untuk berpikir."

"Tidak. Aku tidak perlu itu." Aku berdiri dan mengenakan pakaianku lagi.
"Aku akan menjawabnya sekarang." Aku berjalan menuju jendela. Dan Kevin masih memerhatikanku dari samping tempat tidur.
Aku menatap keluar jendela. Sinar pagi ini sangat hangat. Aku menghela nafas.
Lalu aku berbalik menatap Kevin yang masih dengan tubuh hampir telanjangnya.
"Aku..." Aku menggigit bibir bawahku.
Kevin terlihat antusias mendengarkan jawabanku. Aku melanjutkan.
"Aku..."

***

To be continued...

My Mother is Fujoshi! [END]Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα