SOL 3

151 7 0
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Cintami Casanova" suara asing membuatku menoleh kebelakang karna suara itu melafalkan namaku.

"yaa?"

"kartu pelajar kamu jatuh" orang itu berlari kecil menghampiriku.

"..."

"nih" orang di depanku menyodorkan kartu pelajar berwarna biru milikku

"..."

"Cintami?" tegurnya. Baru kusadar bahwa aku terdiam dan terpaku.

"ahh ya?" kuraih kartu itu. Orang dihadapanku ini tersenyum memperlihatkan lesung pipitnya. Matanya bulat dan bulu matanya lentik. Kedua pipinya merona dan bibirnya merah indah tanpa pewarna. Tapi ayolah, aku bukan terpaku karna kecantikannya.

"tengs" kataku singkat. Dia tersenyum terus menerus. Saat dia berbalik meninggalkanku , diluar Kendaliku aku bersuara :

"Ester"

Dan gadis itu berbalik badan. Wajahnya memperlihatkan bahwa dia bingung. Tak hanya dia, akupun juga. ada apa?

"iya?" katanya. Tuhan, apa yang ku katakana barusan? Aku hanya menyengir kuda.

"kamu manggil aku?" tannya nya.

"hah? Nggak kok" kataku bohong.

Gadis itu lagi-lagi tersenyum. Mungkin dia malu karna merasa dipanggil tapi kujawab tidak. Ia melambaikan tangan sebelum akhirnya meninggalkanku. siapa Ester?apakah aku kenal dia? Tapi dimana? Rasanya tidak mungkin. Dia juga tidak terlihat mengenalku . aku belum beranjak dan terus mengobrol dengan diriku sendiri.

"Drrtt..." handphone ku memanggil dilayar tertera nama vellyn. Yah, aku lupa. Sambil kuanggkat telfon dari vellyn aku segera lari masuk kedalam foodchourt. Sebelum aku sempat menyapanya di telfon vellyn sudah melambaikan tangan dari tempat ia duduk. Aku segera menghampirinya.

"nggak telat sih, tapi gue ada janji abis ini" katanya saat aku duduk

"janji? Kemana? Sama siapa? Kalo lo mau jalan kenapa ngajak gue kesini vell?" aku segera merasa sebal pada vellyn.

"so, berhubung kita uda nyampe disini kita gaboleh ngomong yang lain selain apa yang lo tunda kemaren di kelas" kata vellyn sembari mulai mengutak atik ponsel pink nya

Aku manyun saja.

"gue mau makan dulu laper"

"sambil ngomong"

"nggak boleh makan sambil ngomong"

"kata eyang lo kan? Kata eyang gue mah sambil salto juga boleh" jawab vellyn memasang duck face nya.

"iya, iya. Kalo lo buru-buru mending ntar malem aja deh gue kerumah lo." Aku mulai melipat tangan didepan.

"ih segala bête" ujarnya. Aku menyandarkan bardanku di sofa coklat café sambil mengalihkan pandangan kesegala arah.

"oke cicas, kita kan udah kegedean nih buat bête-bete-an, jadi mending sekarang lo mulai jawab pertanyaan gue. Ada apa lo sama Gerald ?"

Aku mengendikkan bahu. Tetap tak acuh padanya.

"baiklah nyonya, apakah sebelum ini anda telah mengusut kasus harta gonogini dengan suami nyonya? Atau tentang kematian mertua anda karna racun sianida itu adalah ulah anda?" wajah vellyn di buat seserius mungkin. Kucoba menahan sebisa mungkin untuk tak tertawa tapi gagal total.

"plis deh vell" vellyn memang sangat hebat mengembalikan moody ku.

Aku tertawa begitupun vellyn. Untuk sepersekian waktu kami tertawa

"gue ngerasa ada yang aneh sama diri gue" kataku akhirnya

"kan lo emang aneh"

"gue serius vell, semenjak Gerald satu kelas bareng kita di kelas bahasa ingris, beberapa hal jadi aneh"

"maksud lo? Aneh gimana? Lo jadi linglung harus ngapain, lo deg-degan dan lo ngerasa nggak ada orang lain diruangan selain lo sama Gerald? Tuhaaann, sinetron kali cas. Hahahaha"

"kedengarannya emang annoying banget. Tapi yaaa sedikit banyak emang gue ngerasa kayak gitu sih tapi nggak segitunya bangetlah." Tandasku mulai meminum jus strawberry yang tadi ku pesan.

"terus?"

"terus gue harus gimana dan nanya ama siapa? gue nggak mau lo sama si curut Gerald itu juga berpikiran hal yang sama kayak lo"

"berpikiran gimana?" Vellyn mengangkat alis kanannya

"gue nggak lagi jatuh cinta. gue sayang sama Axel dan itu faktanya." suaraku agak tinggi. kulihat Vellyn menggaruk keningnya.

"dan lo tau?" tambahku

"barusan gue ketemu cewek yang rasanya pernah gue kenal. bahkan tadi gue spontan banget nyebut satu nama. dan gue rasa itu nama tuh cewek sih" aku menceritakannya dengan berusaha tetap tenang dengan keadaan yang sebenarnya hatiku bertanya-tanya juga.

"nyebut nama?" alis kiri Vellyn juga ikut terangkat. aku menggangguk singkat.

"siapa?" lanjut vellun setelah jeda

"mmm... siapa yah? kayaknya Ester deh"

"Ester?" sekarang Velin malah memiringgkan kepalanya. apakah dia sedang mengingat? aku tidak mengerti.

"apa kita punya temen namanya  Ester? mungkin gue lupa" aku sedikit menerka. bisa jadi aku memang mengenal gadis itu tapi aku lupa.

"gue akuin sih lo emang pikun banget tapi sama nama yang lumayan bule ini rasanya gue asing deh. lo dapert darimana?" Vellyn malah balik bertanya membuatku segera mengendikkan bahu.

"dan gue rasa..." kalimatku menggantung

"apa?" tuntut Vellyn sesegera mungkin

"gue rasa ada yang aneh lagi. karna abis gue nyebut Ester tadi, gue... jangan ketawa yah?"

"apa?"

"gue keinget gerald"

"astagfirullaaaahhh... lo mau bikin cerita mistis?" vellyn membulatkan matanya sempurna

"plis deh Evellin Evinda. gue bener-bener lagi pusing lo gausah bikin gue mau muntah sama ekspresi lo"

Vellyn lagi-lagi menggaruk keningnya seperti halnya yang selalu ia lakukan saat mengerjakan soal fisika.

"gue harus cabut sekarang. Martin udah nunggu gue pastinya" kata nya mulai memasukkan handphone nya kedalam kantong sweeter coklatnya.

"dan gue benci sama lo"

"mending lannjut besok deh di belakang toilet IPA 2"

SOL-METWhere stories live. Discover now