SOL 5

90 6 0
                                    

-mesin mati-

whaaaatttt? gue dimana?

mesin mobil gerald telah kumatikan saat posisi mobil sudah ada di garasi sebuah rumah yang entah rumah siapa kudatangi. dan yang membuatku tidak habis pikir, aku berhasil mengemudi sekitar 12 kilo meter tanpa menyerempet apapun dan keadaan si mazda sehat wal afiat tanpa lecet. demi apapun, ini membuatku agak merasa... anker! aku tidak punya pilihan kata lagi.

gerald bangun tanpa aba-aba. dilepasnya kacamata yang ia gunakan kemudian mengelapnya sekilas. setelah dikenakan kembali gerald mengarahkan pandangannya padaku. 

"lo boleh pulang sekarang. tengs udah bantu gue" katanya kemudian membuka pintu dan meninggalkanku dalam mobil sendirian. segera ku kejar gerald.

"maksud lo apa?" teriakku. gerald tak menggubrisnya, ia segera membuka pintu rumah yang kutebak ini rumahnya karna gerald tau dimana kunci pintu rumah ini disembunyikan. gerald masuk tanpa menolehn kearahku sedikitpun.

tanpa ba-bi-bu aku juga ikut masuk kerumah itu. gerald duduk disofa yang berada di sebelah ruang tamu. "gue pulang sama siapa?" keluh ku

"lo bisa nganterin gue sampe rumah, lo pasti bisa pulang sendiri"

"maksud lo?" aku mulai berkacap pinggang. tak ada sahutan. gerald hanya diam memijit-mijit keningnya

"gue nggak ngerti ada apa sebenernya sama lo. dan gue juga nggak paham ada apa sama gue. oke mungkin ini lucu, tapi sebagian hal jadi aneh ahir-ahir ini" aku rasa ini saatnya aku dapat jawaban untuk semua keanehan yang terjadi padaku. untuk semua yang diluar jangkauan ku aku begitu bertanya-tanya. kupikir dia punya jawaban untuk ini semua.

"lo cukup gausah banyak mikir dan lupain apa yang nggak mesti lo inget" katanya santai. 

"apa?" kataku yang mulai speechless.

"nyesel gue bantu lo pulang" segera ku tinggalkan rumah itu dengan dongkol. nyebellin. semoga aja besok lo kena cacar air

"tutup pintunya" suara gerald ku dengar sebelum benar-benar aku keluar dari rumahnya. kubantingt pintu dengan kasar. berharap rumah ini rubuh seketika.

aku benar-benar pulang sendirian. berjalan kaki yang entah harus kemana kucari taksi atau apapun yang bisa ku tumpangi pulang. sepanjang perjalanan kalut kupikirkan apa yang kulakukan sebelum ini. ini seperti sedang berjalan di sebuah cerita komik yang tiba-tiba membawaku kehalaman-halaman yang memiliki garis garis pembatas untuk setiap lanjutan cerita. lelah nya...




SOL-METWhere stories live. Discover now