5. Taste Of You

104K 2.7K 28
                                    

Dugaan Elva meleset, wanita itu mengira bahwa Dean akan cepat bosan dengan dirinya dan itu sama sekali tidak benar. Sepertinya tidak semudah itu, pria itu semakin terlihat begitu mengikat Elva. Dean semakin berperilaku sebagai kekasih dalam artian sebenarnya. Dia mulai mengirim pesan kepada Elva setiap hari untuk menanyakan kegiatan wanita itu,sekedar mengucapkan selamat malam dan terkadang menelpon dirinya hanya untuk menanyakan jika Elva sudah makan atau belum. Parahnya, ia berlaku posesif saat mengetahui Elva bertemu dengan pria lain walaupun  hanya sekedar rekan bisnis.

Bagaimana dengan dirinya sendiri, apakah Elva mulai bosan dengan Dean?

Sejujurnya Elva sangat muak menghadapi Dean tapi ia harus mengaku bahwa ia juga belum bosan dengan pria itu walaupun sangat risih. Elva masih tidak biasa diberi perhatian seperti itu, mereka partner sex hanya untuk memuaskan tubuh masing-masing, dan tidak boleh lebih.  Lagian semakin nyaman Elva bersama Dean, ketakutan wanita itu semakin terasa. Dia tidak mau berakhir jatuh cinta dengan pria itu, sungguh. Tapi Elva tidak bisa berbohong jika dia mulai terbiasa diperlakukan manis seperti itu, karena sudah lama ia tidak merasakan perhatian secara tulus oleh pria lain selain Danny.

Lalu saat ketika ada kesempatan, wanita itu memilih untuk  kembali menikmati dunia malam yang sudah lama ia lewatkan ketika bersama Dean. Sedikit bermain dibelakang pria itu, tidak berarti Elva berselingkuh, karena demi apapun Dean itu bukan kekasih nyata. Sampai sekarang alasan Elva masih bertahan karena Dean menepati janji untuk tidak memberitahukan apa-apa kepada kakaknya.

Elva kembali menghisap dalam zat nikotin yang ada di mulut sebelum menghembuskannya, menciptakan asap putih yang berterbangan menghalangi pemandangan malam kota Jakarta yang sedang mendung. Hawa dingin tidak menghalangi keingianannya untuk terus berdiri di balkon itu sedari tadi, merenungi kehidupan tenangnya yang dulu tapi harus terganggu oleh kehadiran pria yang bernama Dean itu.

Tidak lama setelah itu Elva mendengar pintu di belakangnya terbuka, kemudian ia merasakan kedua tangan pria yang sedari tadi ada dalam pikiran melingkar di perutnya—memeluk wanita itu penuh posesif.

"I've been looking for you." Kata Dean sambil mencium sisi kepala Elva dari belakang, pria itu kemudian menghirup wangi shampoo pada rambut Elva yang sudah tercampur dengan aroma zat adiktif yang terasa begitu kuat.

"Nyari angin. Aku juga lagi nggak mau ganggu seseorang yang lagi sibuk kerja terus nyuekin aku, " kata Elva datar, ia kembali menghisap rokok itu dalam ketika perasaan nyaman mulai kembali melingkupi ruang hatinya hanya karena pelukan sialan ini. Wanita itu lalu melihat tangan Dean terulur mengambil rokok yang masih tersisa setengah kemudian mematikannya, lalu memutar tubuhnya menghadap pria itu yang sedang tersenyum penuh arti.

"Sorry, darling. Kerjaan yang ini nggak bisa ditinggalin," Dean hendak menciumnya, sedikit mengernyit ketika menghirup aroma tidak enak pada mulut Elva, tapi hanya sebentar karena Dean tetap melanjutkan keinginanya untuk mencium wanita itu. Elva kemudian memeluk Dean, ketika ia merasakan pria itu menggerakan bibirnya lembut, tidak terburu-buru dan kasar seperti biasanya.

Elva menyukai bibir Dean yang terasa begitu manis, bibir itu selalu mampu membuatnya ketagihan melebihi narkotik yang biasa ia konsumsi. Bibir yang selalu bisa menghangatkan wanita itu melebihi asap rokok dan selalu berhasil membuatnya melayang melebihi kadar alkohol yang biasa ia minum.

"Aku nggak nyangka rasanya nyium orang yang habis nyebat itu gini. Darling, kamu harus mulai berhenti merokok deh, rasanya nggak enak banget." Kata Dean setelah melepas ciuman mereka, menunjukkan raut wajah aneh sambil mengecap-ecap bibirnya.

"Ngga enak juga masih aja kamu lahap," Elva memutar kedua matanya malas, salah satu tangannya kemudian ditarik Dean untuk masuk ke dalam apartement, menggantikan suasana hangat ketika Dean menutup pintu balkon.

Stay High [END]Where stories live. Discover now