33. I Love You

19.7K 1K 92
                                    


Sudah hampir sepuluh menit wanita itu berdiri disana, menghadap sebuah pintu kamar yang bertulisan nomor serta nama pria itu. Dean Christopher Wayne. Berkali-kali tangannya terulur untuk membuka pintu namun berkali-kali pula ia menariknya kembali. Beberapa perawat yang lalu lalang juga menawarkan bantuan kepadanya untuk membukakan pintu ruangan itu yang langsung Elva tolak. Dia masih membutuhkan waktu untuk mengumpulkan keberanian, berhadapan keluarga Wayne lainnya yang mungkin berada di dalam.

Tidak perlu bertanya kepada Dean , Elva sudah tahu bahwa satupun diantara mereka di dalam sana tidak ada yang menyukainya. Tidak susah untuk seorang keluarga Wayne mencari tahu tentang masa lalunya, bukan? Apalagi setelah kejadian anak mereka yang tiba-tiba masuk ke rumah sakit hanya karena perkelahian yang diluar akal sehat. Dimana sang korban yang ternyata adalah seorang Rafael Joseph tidak melaporkan perbuatan anak kesayangan mereka itu kepada polisi.

"C'mon Elva, C'mon. You can do this, you can do this," wanita itu menarik ujung jaket yang ia gunakan, meremasnya kuat untuk menghilangkan perasaan takut yang sedikitpun tidak menghilang dalam dirinya. Setelah memikirkannya puluhan kali, Elva akhirnya mengambil nafas sebanyak mungkin sebelum benar-benar membuka pintu.

Suasana ruangan itu yang awalnya ramai mendadak sepi ketika melihat kedatangan wanita itu. Elva menunduk dalam, masih memainkan ujung jaketnya ketakutan, sadar semua mata tertuju kepadanya. Bahkan untuk sedekar basa basi menyapa orang-orang itu saja mulut Elva terasa kaku.

Ya Tuhan, kenapa rasanya seperti Elva yang sedang menjalani hukuman?

"Hey, kamu pasti Elvaretta."

Sebuah suara menarik perhatiannya, merasa namanya disebut wanita itu mengangkat wajah, mendapati seseorang yang berbicara barusan adalah wanita yang tidak ia kenal. Elva menggunakan kesempatan itu untuk mengedarkan pandangannya, ada Leon disana tengah menatapnya sungkan—mungkin merasa canggung karena sudah mengetahui hubungannya dengan Dean atau ada alasan lainnya. Lalu ada pasangan yang lebih tua—yang dipastikan adalah orang tua Dean. Ibu Dean memandangnya sangat lembut berbeda dengan Ayah Dean yang menatap tidak suka.

Kalau begitu, tidak salah lagi, wanita yang baru saja menyapanya adalah Samantha. Wanita itu kini tengah menatapnya dengan wajah tersenyum meski Elva bisa menangkap dengan jelas kesedihan pada mata wanita itu.

"Ayo masuk, jangan berdiri saja disana. Dean sudah sangat lama menunggumu," kata Samantha, "Dia bahkan tidak mau makan dan meminum obatnya jika kamu tidak datang."

"Samantha!" bentak Ayah Dean yang sejak tadi memperhatikan Elva, "Untuk apa kamu menjelaskan sesuatu tentang Dean kepada orang yang sama sekali tidak kita kenal!"

Elva tahu keluarga Dean membencinya, tapi bisakah tidak menampakannya begitu jelas di depan wanita itu?

"Maaf sebelumnya tidak mengenalkan diri dengan benar kepada kalian," Elva akhirnya bisa menemukan suaranya kembali, "Perkenalkan, aku adalah Elvaretta Thalia. Wanita yang beberapa bulan terakhir memiliki hubungan dengan Dean. Terimakasih karena sudah menjaga Dean selama dia menungguku."

Tidak tahu diri, itulah yang Elva pikirkan tentang dirinya. Seharusnya ia memilih untuk tidak menemui pria itu lagi setelah semua yang ia perbuat, namun ia sama sekali tidak memperdulikan hal itu dan berani menampakan diri disini. Mereka sudah membenci Elva, untuk apa berpura-pura menjadi anak baik-baik. Toh, sejak awal memang tidak ada tempat untuknya dikeluarga tersebut.

Elva tahu Dean mendengar dengan jelas perkataannya, namun pria itu memilih untuk berpura-pura tidur membelakangi dirinya, seolah tuli, seolah membiarkan Elva menghadapi para musuh yang siap menerkamnya seorang diri.

Stay High [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang