Bagian 4

50 3 5
                                    

Bagian 4

 

Perpisahan membuat kita harus melupakan, meski ada luka yang entah bagaimana menuntut untuk disembuhkan.

 

 

 

Langkah kaki kecil yang ringan terdengar lagi. Aku mengenali siapa pemilik langkah kaki itu. Manusia pertama yang kukenal.

Aku langsung tersenyum. Membalik tubuhku yang semula terlentang di air jadi menatapnya.

Gadis itu melangkah kecil dengan tangan memegang plastik hitam. Senyum lebarnya mengembang. Tangannya yang bebas melambai riang padaku yang menatapnya di kejauhan.

Manusia itu mulai membawakan makanan ketika melihatku lemas di pertemuan kamu yang berikutnya. Aku kelaparan. Lemak dalam tubuhku tidak bisa mencukupi kebutuhan perutku. Dia yang menyadari itu langsung meninggalkanku.

Semula kupikir dia menjauh karena merasa aku tidak lagi menyenangkan seperti sehari sebelumnya. Tapi nyatanya dia kembali. Membawa bungkusan plastik berisi roti. Katanya hanya itu yang bisa dia dapatkan. Di pasar sudah tak ada lagi ikan. Katanya ikan hanya ada pada pagi hari. Aku tidak masalah. Karena memang tidak selamanya aku memakan makhluk air.

Aku menikmati roti yang dia bawa dengan lahap. Dia tertawa lebar melihatku yang begitu bernafsu untuk menghabiskan semua yang dia bawa.

Hari ini dia datang lagi. Membawa cumi dan udang dengan jumlah yang sama-sama sedikit.

“Ini makananmu hari ini. Aku hanya bisa membawa sedikit. Kau tahu, makananmu itu lebih mahal dari uang jajanku. Aku tahu kau ingin makan banyak. Tapi aku juga harus berhemat. Aku sudah tidak tinggal dengan keluargaku lagi. Aku tidak sanggup mendengar penyesalan mereka tentang keputusanku membatalkan pernikahan dulu.” Dia menjelaskan tanpa kuminta.

Aku bisa mengerti. Yang penting aku tidak terlalu lapar saja. Ketika ekorku sudah bisa kugerakkan dengan lincah lagi, aku bisa menyelam di laut, mencari makanan di sana. Atau bisa juga ke Kota Dalam Air jika langit menyuguhkan lima warna. Di sana ada beragam makanan enak yang bisa kumakan sesukaku.

Ah, aku belum bilang tentang ini seepertinya. Kami tetaplah predator kalau sudah berada dalam air. Tapi jika di Kota Dalam Air, maka makanan kami sama seperti manusia. Perlu di masak lebih dulu. Bukan mentah seperti sekarang. Dan yang kami makan hanya ikan mati. Kami tidak sekejam itu untuk bisa memakan mereka yang masih hidup.

Usai memakan makananku. Kami melakukan hal yang sama seperti hari sebelumnya. Dia akan mencurahkan keluhannya juga hal-hal lucu yang terjadi padanya hari ini. Kemudian dia akan berendam di dekatku. Mengelus kepalaku dengan lembut. Mencipratkan wajahku dengan air. Lalu kami sama-sama memandang senja dengan dia yang tentu saja duduk di atas pasir. Mengeringkan bajunya kerjanya yang basah.

Terus terang, aku menikmati setiap menit yang kuhabiskan dengannya. Aku senang mendengar kisahnya. Kisah yang tak pernah dicertakan oleh Boss ataupun Julia. Tentang pekerjaan. Rekan kerja yang iri. Orang-orang yang pelupa seperti lupa membawa kunci. Salah masuk toilet. Juga seniornya yang suka sekali mengomeli apa pun yang dia lakukan.

BANYUBIRU 100 Bunga Matahari (Revisi) Karya Orina FazrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang