1 : Law Firm

2.4K 298 10
                                    

Biar kuberi tau satu hal tentang diriku. Aku ini tidak menyukai pria yang tidak manly. Maksudku, aku tidak suka pria yang di beri riasan, itu sebabnya aku tidak terlalu tertarik dengan artis artis di luar sana karena mereka tampan tapi memakai riasan. Itu menjijikan.

Untung saja dad bukan tipe pria seperti artis artis di luar sana. Dad sudah tampan dari sananya, Dave pun begitu.

Hari ini aku sedang menunggu e-mail dari salah satu law firm yang ingin ku tuju untuk magang. Aku berharap banyak pada law firm ini karena law firm tersebut baru dan membutuhkan karyawan magang, semoga saja ia menerimaku. Ku rasa data pribadiku cukup menarik. Aku kuliah jurusan hukum semester tiga dan nilai-nilaiku cukup memuaskan.

Sudah setengah jam aku menunggu di depan laptop dan belum ada satu pun e-mail yang masuk. Karena lelah menunggu, akhirnya aku memutuskan untuk mandi dan meninggalkan laptop dengan keadaan menyala. Mandi dengan air dingin memang yang terbaik untuk menghilangkan perasaan gugup.

Sekitar dua puluh menit aku memanjakan diri di shower, akhirnya aku pun keluar dan langsung melihat laptop. Ada balasan e-mail!

"Hello Cheverly, blablablabla. WOAH! Seriously? I'm so happy!" Aku meloncat diatas tempat tidur saat selesai membaca pesan terakhir yang bertuliskan 'Congratulation.'

Mom, dad, dan Dave harus tau!

Aku melesat keluar kamar dan turun dengan kecepatan tinggi. Mereka tampak sedang bersiap untuk sarapan.

"Morning mom, morning dad." Senyuman ini tak lepas dari bibirku. Oh God aku benar-benar senang! Setidaknya mulai besok aku bisa menghasilkan uang sendiri walaupun tak seberapa.

"Apa ada sesuatu yang membahagiakan?" Tanya dad dengan tatapan bingungnya.

"Tentu! Dad, kau tau kan aku sedang mencari perusahaan baru yang menerima karyawan magang?" Tanyaku dengan hati yang menggebu-gebu.

"Lalu?"

"Aku mendapatkannya!" Seruku sembari menggebrak meja tanpa sengaja. Dave melirikku dengan tatapan kesal namun aku tidak peduli dengannya.

Dad mengacak rambutku sembari berkata, "Aku bangga padamu, my Cherry."

Entah ini perasaanku saja atau memang dad tidak begitu tertarik dengan pembicaraan ini.

"Kita harus merayakan ini. Aku akan masak menu spesial nanti malam, darling." Mendengar mom akan memasak menu spesial, aku langsung mengecup pipinya senang.

"Ck, begitu saja sudah norak. Aku saja yang sudah mendapatkan pekerjaan tetap tidak norak." Oh ya, jangan heran mengapa Dave seperti itu. Mulutnya sama persis dengan mom jika menyindir seseorang. Tajam, seperti pisau.

"Mulutmu itu pedas sekali Dave, pantas saja kau masih lajang di umurmu yang sudah cukup tua ini." Kataku dengan wajah innocent.

Dave menatapku tajam dan aku hanya tertawa dalam hati. Ya dalam hati, kalau aku tertawa keras nanti Dave akan melemparkan piring yang ada di meja ke arahku.

"Kapan kau mulai bekerja?" Tanya mom tiba-tiba.

"Besok mom," Jawabku dengan mulut yang penuh dengan makanan.

"Cherry, sudah berapa kali dad bilang untuk tidak bicara saat makan? Kau ini perempuan." Daddy menegurku lagi, mungkin ini sudah ke seratus kalinya. Aku hanya mengangkat bahu lalu melanjutkan sarapan pagiku.



Karena hari ini aku tidak memiliki jadwal yang padat, aku memutuskan untuk mengunjungi law firm yang akan menjadi tempat kerjaku selama enam bulan kedepan. Aku benar-benar excited karena ini pertama kalinya aku merasakan yang namanya melamar dan di terima. Mungkin ini perasaan seorang pria ketika sedang melamar wanitanya, sangat bahagia.

Perusahaannya tidak terlalu besar, namun termasuk elit karena ini perusahaan baru. Saat memasuki lobby, aku bisa melihat seorang resepsionis yang sedang berbicara dengan seorang pria entah siapa. Mungkin klien.

"Permisi, aku Cheverly Severro—"

"Karyawan magang itu kan? Bukannya kau mulai bekerja besok?" Wow, aku merasa terkenal.

"Iya, tapi aku ingin lihat-lihat saja jadi besok aku sudah bisa langsung bekerja." Balasku ramah walaupun resepsionis ini terlihat tidak bersahabat denganku.

"Sebentar ya Tuan, saya ingin mengantar gadis ini keliling." Se-muda itukah aku sehingga ia menyebutku gadis? Ku rasa wajah dan umurku sudah mencukupi diriku disebut sebagai wanita bukan gadis. Tapi aku tak peduli, yang penting aku bekerja.

Sebelum mengikuti resepsionis itu, aku tersenyum terlebih dahulu kepada klien ini. Ku rasa dia artis, dia memakai eyeliner di matanya dan yang ku tau hanya artis lelaki yang mengenakan barang tersebut. Apa mungkin dia ingin bercerai dari istrinya? Di lihat dari wajahnya sih dia masih sangat muda, mungkin sekitar dua puluh delapan tahun. Sayang sekali harus bercerai. Wajahnya mirp dengan Dave, maksudku sama-sama wajah Asia. Aku ini keturunan Asia tapi wajahku tidak ada Asia-nya sama sekali.

Klien itu balas menatapku namun tidak membalas senyumanku. Cih, sombong sekali. Mentang-mentang dia artis.

Aku heran, apa artis tidak memiliki sopan santun? Tersenyum saja tidak bisa. Memangnya dia siapa? Aku juga bisa jadi artis, aku cantik dan tubuhku proposional, hanya saja aku tidak tertarik.

"Kau bisa cepat atau tidak? Kerjaanku bukan hanya untuk mengantarmu keliling." Aku terkejut mendengar suara sinis itu menegurku. Orang-orang di sini membuatku jengkel bahkan di saat aku belum mulai bekerja.

Karena malas mendapatkan tatapan tidak mengenakan itu, aku akhirnya mengikuti resepsionis galak itu keliling law firm. Kami mulai dari ruanganku, tidak terlalu besar namun nyaman. Sampai terakhir ia mengajakku ke ruangan pemilik law firm ini.

"Maaf, kalau boleh tanya pemilik law firm ini siapa?" Resepsionis itu memandangku aneh. Mungkin yang ada di otaknya adalah aku melamar di sini tapi tidak tau siapa pemiliknya. Yeah sebenarnya ini rekomendasi dari dad, aku hanya melamar saja tanpa mencari tau tentang law firm ini.

"Namanya Byun Baekhyun." Jawabnya singkat.

Pemiliknya orang Korea, untung saja dad mengajarkanku bahasa Korea jadi aku mudah untuk berkomunikasi dengan si pemilik.

Sesudah berkeliling, aku merasa ingin buang air kecil. Aku masuk ke toilet perempuan dan saat selesai aku melihat pantulanku di cermin.

Kata mom, aku sangat mirip dengan nenek. Dari ujung rambut sampai kaki. Bahkan warna kulitku menyerupai nenek. Dave, mom, dan dad memiliki kulit seputih susu sementara aku tidak. Aku bahkan merasa iri pada Dave yang notabenenya adalah seorang lelaki namun memiliki kulit yang sangat putih.

Saat merasa cukup becermin, aku melangkah keluar dari toilet perempuan ini. Namun jalanku terhalang oleh seorang pria yang tidak terlalu tinggi. Ia sedang berbicara di telfon namun di depan pintu toilet perempuan. Menjengkelkan sekali.

"Excuse me," Usirku dengan halus. Dia akhirnya menyingkir dan aku keluar dari toilet. Namun sialnya, tali sepatuku terlepas dan aku kehilangan keseimbangan. Kejadian setelahnya sangat cepat, aku tidak tau pasti apa yang terjadi namun sekarang pria yang sedang berbicara di telfon tadi itu memeluk pinggangku erat sehingga aku tidak jadi mencium lantai.

Ternyata dia si artis sombong itu.

Aku menegakkan tubuhku.

"Trims." Katakku sembari tersenyum tulus walau aku tau dia tak akan membalas senyumku.

"Kau putri dari Oh Sehun?"

Tunggu. Dia tau nama asli dad? Siapa dia?

"Maksudku Evan Severro." Lanjutnya.

Aku mengerutkan dahiku, "Ya, dan kau?"

"Byun Baekhyun."

Elaborate [ On Hold ]Where stories live. Discover now