3 : Confused

997 209 2
                                    

Mendengar pujian yang keluar dari mulut menyebalkan itu hanya membuat telingaku panas. Itu sama sekali tidak terdengar seperti pujian, melainkan sebuah ejekan. Aku tau ia sedang mengejekku karena kejadian tadi pagi di law firmnya dan aku bersumpah tidak akan menginjakkan kakiku di sana lagi.

"Wajahnya memang manis dan cantik, tapi perilakunya tidak jauh beda dengan macan. Galak," Tidak usah repot-repot ku jelaskan siapa yang berkata seperti ini. Sudah pasti ini Dave, si mulut pedas.

Byun Baekhyun hanya tersenyum dengan gentle seolah-olah dia berkata pada Dave bahwa itu tidak mengurangi nilai manisku di matanya. Oh ini sangat memuakkan.

"Cherry kau harus belajar banyak dari Baekhyun, ia sangat pintar berkata-kata. Lihat saja dia sekarang tumbuh menjadi pengacara hebat." Dad berkata sembari tersenyum bangga. Mendadak aku dongkol, iya dia memang pandai berkata-kata. Andai saja dad tau apa yang sudah ia katakan padaku tadi pagi, mungkin kepalanya sudah hilang sekarang.

"Omong-omong, apa itu Cherry?" Baekhyun mengeluarkan suaranya.

Aku menatap dad dengan tatapan jangan-pernah-memberitaunya-apapun. Namun sepertinya dad tidak mengerti tatapanku barusan. "Cherry panggilan kesayangan kami untuk Cheverly,"

Baekhyun tersenyum lagi. Dia memandangku sebentar. "Boleh aku memanggilnya Cherry?"

"Never in a billion years!" Aku menggebrak meja makan dengan kencang. Tidak ada yang boleh memanggilku Cherry selain keluargaku.

Baekhyun terkejut melihat reaksiku, begitu pula dengan dad, mom, dan Dave.

"Cherry, kau tidak boleh begitu." Mom mulai menceramahiku, dan aku tau ini akan panjang.

"Tidak apa-apa, mungkin nanti." Ia tersenyum menatap mom dan aku benci tatapannya itu. Sebenarnya, apa hubungan dad dengan Baekhyun? Selain itu, aku lebih penasaran dengan kata-katanya yang terakhir. Mungkin nanti. Apa maksudnya?

Tak ingin ambil pusing, aku pun mulai menyantap makanan yang mom buat. Makanan mom selalu lezat dan aku sangat ingin bisa memasak sepertinya. Namun tugas kuliahku selalu saja membuatku tak jadi belajar memasak. Suara dad, Dave, dan Baekhyun memenuhi makan malam kali ini. Sesekali mom menimpali obrolan mereka. Hanya aku yang tidak ikut berbicara karena sungguh aku tidak tertarik dengan pembahasan mereka. Sebenarnya lebih tidak mengerti, mereka membahas tentang pekerjaan dan yang mengerti hanyalah orang-orang dewasa dan lelaki. Tidak tau apa yang sedang mereka bicarakan, tiba-tiba saja dad memanggil namaku.

"Cherry, belajarlah dengan Baekhyun jika ingin segera menyelesaikan kuliahmu." Apa katanya? Belajar dengannya? Yang ada aku tidak lulus lulus.

Sebelum membantah perintah daddy, aku menghembuskan napas dengan berat. "Dad, aku ini pintar. Tidak perlu belajar darinya. Lagi pula ada Dave yang otaknya sangat encer itu. Aku bisa belajar dengan Dave."

"Tapi aku tidak ingin mengajarimu," Jika membunuh saudara sendiri itu tidak dilarang, aku sudah menusuk Dave dengan garpu yang sedang ku genggam. Namun pikiran itu langsung ku usir dari kepalaku dan ku gantikan dengan menatapnya sangat tajam. "Byun Baekhyun ini lebih pintar dari pada aku, Cher. Belajar lah dengannya. Dia sangat cerdas."

Cukup. Aku tidak mengerti mengapa Dave dan dad seperti melebih-lebihi Byun Baekhyun di depanku. Memangnya dia siapa? Presiden? Dia hanya seorang pengacara dan jika aku lulus aku juga akan menjadi pengacara. Lalu apanya yang keren?

"Sebenarnya ada apa dengan kalian? Siapa dia? Dia hanya pengacara dan sebentar lagi aku juga akan menjadi pengacata. Apa hebatnya dia?"

Mendengar perkataanku, Baekhyun tertawa pelan. Aku semakin bingung.

"Kau tidak pernah menonton tv ya?" Baekhyun berkata setelah meneguk segelas air putih.

Aku mengangkat bahu, tak tertarik untuk menjawab pertanyaannya. Bicara padanya hanya membuatku naik pitam. Entah lah, baru bertemu dengannya saja sudah membuatku sekesal ini, bagaimana bekerja bersamanya?

"Baekhyun ini pemilik—"

"Ah sepertinya aku butuh dessert." Byun Baekhyun memotong kata-kata yang akan keluar dari mulut dad dengan lancang. Sungguh perlakuan yang tidak sopan.

Mom menatapku dan sepertinya aku tau tatapan macam apa itu.

"Baiklah akan ku anbilkan dessert untukmu Tuan Byun." Aku menekan di bagian Tuan Byun karena ia bersikap seperti majikan di sini. Itu membuatku ingin murka saja. Dengan kaki yang di hentakan, aku berjalan ke arah dapur untuk mengambil dessert untuk si yang-namanya-malas-untuk-kusebut.

Keuntungan tersendiri bagiku mengambil dessert adalah bisa terhindar dari tatapan anehnya, aku bisa berlama-lama di sini. Untuk menghilangkan rasa bosan, aku merogoh iPod yang selalu ada di kantung celanaku dan memainkan permainan sembari mendengarkan lagu menggunakan earphone. Sungguh, aku sangat mencintai iPod ini karena ia bisa menghilangkan bosanku dengan cepat. Lagu milik Daniel Caesar berjudul Get You melantun dengan indah di telingaku, sesekali aku ikut bernyanyi.

"Everytime i look into your eyes i see it, you're all i need. Everytime i get a bit inside—"

"I feel it."

Aku terlonjak saat mendengar suara seseorang di telingaku. Bukan, itu bukan suara Daniel Caesar yang lagunya sedang aku dengarkan ini, itu suara...

"Astaga! Kau hampir membuatku mati karena terkejut!" Ingin sekali aku melempar wajahnya dengan iPodku namun iPod ini terlalu berharga untukku.

Ia tersenyum. Aku bersumpah itu bukan senyuman ramah.

"Mana dessert ku?" Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada dan bersandar di meja kecil yang berada di dapur.

"Ambil saja sendiri, aku bukan pesuruhmu."

"Tapi aku ingin kau yang mengambilnya."

Ia menatapku dengan tatapan mengejek dan aku membalasnya dengan tatapan kesal. Serius, cukup Dave saja laki-laki ter-annoying yang aku kenal, aku tak ingin ada dua di kehidupanku ini. Jauhkan Byun Baekhyun dariku.

"Aku ambilkan tapi kau pergi dari sini."

"Kasar sekali my Cherry."

Aku mendekati wajahnya lalu, "JANGAN PANGGIL AKU CHERRY!" Teriakku tepat di depan wajahnya. Awalnya ia terkejut namun sedetik kemudian ia berhasil mengontrol ekspresi wajahnya itu. Sial sekali aku karena ia menahan pinggangku saat ingin menjauh.

"Kau tidak pernah di ajarkan sopan santun?" Tanyanya sembari menatap manikku dengan lekat. Sial sekali, matanya indah.

Aku menelan air liurku sendiri, "Tau apa kau soal sopan santun?"

Byun Baekhyun semakin mendekatkan wajahnya ke wajahku dan aku bersumpah sekarang jantungku berpacu lebih cepat dari biasanya. Aku tidak pernah sedekat ini dengan laki-laki! Oh gosh!

"Get off your fucking face!"

Ia terkejut, "Shit, language."

"Sir, language." Aku membalasnya.

Byun Baekhyun akhirnya menjauhkan wajahnya dari wajahku dan aku bisa bernapas dengan normal. Dengan kekuatan yang cukup besar ini, aku menendang kemaluannya dan ia langsung menjerit kesakitan. Dalam hati aku tertawa.

"Rasakan itu!" Sebelum ia menarikku lagi, kakiku telah berlari menuju kamar dan menguncinya. Tak peduli jika dad dan mom marah.

Yang masih menjadi pertanyaanku adalah,

Siapa Byun Baekhyun?

Ah tidak, yang lebih penting adalah,

Apa hubungannya dengan keluargaku?

Semua ini membuatku bingung. Kepalaku sampai pusing karena memikirkannya.

Elaborate [ On Hold ]Where stories live. Discover now