Bagian 3

6.1K 309 0
                                    

Pak Rahmat masih setia menerangkan dipapan tulis,karena merasa bosan akhirnya Amel memutuskan ingin memulai bacotan tak bermutu bahkan tak berkualitas miliknya itu.

"Arkan!" panggil Amel

"Kan!"

"ARKAN!" teriak Amel dan langsung saja pak Rahmat sudah berbalik badan.

"Siapa yang menyuruh kamu teriak Amel?!" pak Rahmat sudah berkacak pinggang didepan.

"Eng..enggak ada sih pak hehe. Maaf pak." Amel hanya menyengir bodoh.

"Perhatikan materi saya! Jangan kamu teriak tidak jelas bahkan tidak bermutu seperti tadi." pak Rahmat kembali menerangkan materi.

"Berisik!" desis Arkan

"Lo sih dipanggilin budeg." cibir Amel

"Ada paan? mau bacotan?" tanya Arkan yang sudah mengerti jika Amel sudah memanggilnya seperti tadi siap siap saja Arkan mendengarkan bacotan tak bermutu bahkan tak berkualitas milik Amel.

"Enggak, gue mau nanya sesuatu sama lo." ucap Amel

"Paan?" tanya Arkan yang fokus ke papan tulis

"Nanti aja deh."

"Gak jadi bacotannya?" tanya Arkan

"Jadi dong. Eh lo tau, gak Manu Rios gila ganteng banget suaranya kalo lagi nyanyi aduh meleleh gue dengernya,tapi sayang dia uda punya pacar beruntung banget pacarnya. Seandainya gue jadi pacarnya bahagia banget hidup gue." cerocos Amel

"In your dream,girl!" ucap Arkan enteng

"Sebel banget sih kalo uda ngomong sama lo ih." Amel mendengus sebal karena setiap kali dia bercerita dengan Arkan pasti ujung ujungnya akan dihina kalau tidak dikatain oleh Arkan.

"Siapa suruh ngomong sama gue." ucap Arkan yang masih fokus ke papan tulis

"Bodo! Gue sebel sama lo! gue ngambek sama lo!" Amel langsung menenggelamkan wajahnya kedalam lipatan tangannya Arkan menyukai ekspresi Amel jika ngambek karena dirinya dan entah dari kapan Arkan menyukai ekspresi itu.

----

Kring...

Bel istirahat akhirnya berbunyi semua murid bersorak bahagia karena akhirnya mereka bisa terbebas dari televisi guru yang sangat malas untuk dilihat apalagi kalau bukan papan tulis.

"Baik, materi kita sampai disini dulu. Selamat siang." ucap pak Rahmat kemudian keluar dari kelas XII MIPA I apalagi kalau bukan kelas Amel.

"Mau kemana, Kan?" tanya Amel karena melihat Arkan mengeluarkan earphone dan ponsel dari tasnya.

"Bawah pohon." jawab Arkan kemudian pergi keluar kelas menuju tempat yang dia inginkan.

"Au,kantin kuy." ajak Amel

"Gue lagi mager,Mel" ucap Aura yang sebenarnya bukan mager tapi dia sedang tidak ingin mendengar bacotan Amel tentang Manu Rios.

Tiba tiba muncul ide jahil di kepala Amel untuk menggangu Arkan.

"Mau kemana lo,Mel?" tanya Aura.

"Ada deh."

----

"nih dia mangsa gue hehe" batinnya

Amel berjalan sambil mengendap endap persis seperti maling kearah Arkan tapi niat untuk menjahili Arkan hilang begitu saja saat melihat wajah damai Arkan saat tertidur.

"Ganteng" batinnya

Arkan yang merasa ada orang lain selain dirinya langsung terbangun dan sontak membuat Amel terkejut saat dia hampir saja terciduk sedang memperhatikan wajah damai Arkan.

"Ngapain lo?" tanya Arkan dingin.

"Awalnya sih mau jahili lo, tapi gak jadi abisnya liat muka ganteng lo waktu lo tidur." ceplos Amel

"Mau jahili gue?" tanya Arkan

"Eh, enggak kok. Just kidding " elak Amel.

"Terus lo ngapain ke sini?" tanya Arkan lagi.

"Mau nanya kabar mantan lo yang udah jadi nyokap tiri lo." Arkan diam mematung saat mendengar ucapan Amel barusan tapi dia berusaha menetralkan dirinya.

"Baik!" jawab Arkan dingin

"Gue boleh duduk di sinikan?"

"Boleh." Arkan sedikit menggeser posisinya agar Amel bisa duduk

"Gila ya tuh si Asya mau aja sama om om, kalo gue sih ogah." rahang Arkan langsung mengeras saat mendengar nama itu.

"Tolong jangan sebut nama itu!" perintah Arkan.

"Kenapa?lo benci banget ya?" tanya Amel.

"Gimana gue gak benci,Mel. Lo bayangin aja gara gara mama gue tau papa gue mau nikah sama si perempuan j*l*ng itu mama gue meninggal karna mama gue kaget jantung mama gue lemah." Air mata Arkan langsung menggenang dipelupuk matanya saat mengingat kejadian itu Amel yang menyadari hal itu langsung merasa bersalah karena sudah menanyakan hal itu.

"M..maaf gue gak bermaksud buat lo sedih." ucap Amel menunduk dan memainkan jari telunjuknya

"Gak papa. Btw makasih gara gara lo nanya gitu beban hati gue sedikit berkurang." ucap Arkan.

"Lo gak marah?" Amel langsung mendongakkan kepalanya.

"Gak, malahan gue makasih sama lo karna kalo lo gak nanya mungkin itu masih ganjel di hati gue. Sekali lagi makasih, Mel." Arkan tersenyum tulus kearah Amel Amel yang melihat Arkan tersenyum membalas senyuman Arkan.

"Eh, Kan gak terasa ya kita sekelas bahkan sebangku udah enam tahun tapi, baru kali ini liat lo senyum ternyata manis." ucap Amel sambil melihat ke atas.

"Iya,gue gak nyangka ternyata kita sebangku udah enam tahun ya, Mel." ucap Arkan sambil melihat keatas

"Arkan bicara panjang ke gue? Gila keajaiban dunia" batinnya

Arkan yang menyadari jika Amel senyum senyum sendiri sedikit bergedik ngeri.

"Lo sehat,Mel?" tangan Arkan terulur menyentuh kening Amel dengan punggung tangannya.

"Gue sehat,Kan. Sehat banget" ucap Amel sumringah.

"Lo kenapa senyum senyum sendiri?" Arkan melepaskan tangannya dari kening Amel.

"Gue mikir aja udah enam tahun gue kenal lo baru kali ini lo ngomong panjang kali lebar sama gue. Biasanyakan lo kalo ngomong irit banget." ucap Amel

"Gak tau, gue juga gak sadar." ucap Arkan

Kring...

"Masuk yuk. Bel udah bunyi tuh." ajak Arkan yang langsung diangguki Amel.



















Kasian Arkannya jadi iba Author:v

Jangan jadi siders mulu
Vote nya jangan lupa

Selamat membaca

Sampai ketemu di part berikutnya

A dan A [Completed]Where stories live. Discover now