Bagian 43

3.4K 136 0
                                    

Amel ingin sekali menertawakan dirinya karena cemburu dengan sepupu Arkan sendiri yang masih berusia 14 tahun. Karena tubuhnya seperti anak umur 16 tahun,jadi Amel mengira itu adalah selingkuhan Arkan.

"Maaf ya dek,kakak sangka kamu selingkuhannya Arkan." ucap Amel.

"Gapapa kali, Kak. Udah banyak yang nyangkanya aku pacar kak Arkan." balas sepupu Arkan.

"Kenalin nama aku Alesha,kalo nama kakak?" tanya Alesha.

"Nama kakak Amel." jawab Amel.

"Kamu kok bisa disini,Kan? Jam berapa kamu keluar dari rumah sakit?" tanya Amel.

"Tadi aku dijemput papa jam setengah 9 sekalian jemput nih anak dibandara." jawab Arkan sambil menunjuk kepala Alesha.

"Bandara? Emangnya kamu darimana,dek?" tanya Amel.

"Alesha sekolah di singapura, Kak. Ini lagi liburan,jadi main deh kesini." jawab Alesha.

"Kakak udah lama ya pacaran sama kak Arkan?" tanya Alesha.

"Em.. Gak tau deh." jawab Amel.

"Jadi kalo mensive gak pernah dirayain gitu?" Arkan dan Amel mengangguk.

"Kenapa?" tanya Alesha.

"Karena kakak pengen ngerayainnya entar aja kalo udah kawin." jawab Arkan asal.

"Nikah dulu baru kawin kak Arkan." balas Alesha.

"Beda ya?" tanya Arkan.

"Ya bedalah, Kak. Aduhh" jawab Alesha sambil memukul pelan lengan Arkan.

"Bedanya?" tanya Arkan lagi.

"Gausa dibahas,Kan. Ada anak kecil loh." jawab Amel.

"Maap deh maap,hehe." ucap Arkan.

"Kakak kesini sendiri?" tanya Alesha.

"Tadi dianter sama abang." jawab Amel dan Alesha ber'oh' ria.

"Yang disini gak dianggep. Yang disini gak dianggep." celetuk Arkan.

"Eh maaf kak maaf." balas Alesha.

"Eh sorry babe." sambung Amel.

"Bonyok kamu kemana,Kan?" tanya Amel.

"Pergi." jawab Arkan singkat.

"Lah ngambek. Jangan kayak anak kecil ah." ucap Amel.

"Au ah gelap." balas Arkan.

"Gelap? Ini terang loh kak." celetuk Alesha.

"Anak remaja diam aja." ketus Arkan.

"Udah udah kalian ini." ucap Amel.

"Jalan jalan yuk mumpung masih jam segini." Alesha dan Amel menatap Arkan seakan ingin membunuh.

"Apa sih? Ada yang salah?" tanya Arkan bingung.

"Ada!" jawab Amel dan Alesha bersamaan.

"Apa?"

"Kamu itu baru pulang dari rumah sakit,Arkan. Seharusnya kamu istirahat." jawab Amel.

"Tau nih. Harusnya tuh ya istirahat bukannya ngajakin orang jalan jalan." sambung Alesha.

"Kan cuma ngajak sih. Mau mau enggak enggak." ucap Arkan.

"Kalo kita berdua pasti mau,kamu mau pergikan?" Arkan mengangguk sambil tersenyum.

"Dasar." cibir Alesha.

"Hustt. Anak remaja diam aja ya." ucap Arkan sambil mengacak rambut sepupunya itu. Alesha berdecak sebal,sedangkan Amel malah tertawa.

"Ketawa aja terus kak sampe sukses." Amel malah makin mengencangkan tawanya dan itu membuat Alesha ingin sekali menceburkan calon kakak iparnya ini ke kolam renang dibelakang rumah keluarga Alzetta.

"Aduhh sakitt perutt aduh... Hahahahaha " Amel melanjutkan tawanya walaupun perutnya sudah sakit.

"Udah kak lanjutin aja ketawanya sampe kakak die." seketika Amel berhenti tertawa.

"HAHAHAHA LUCU KAK LUCU HAHAHA." tiba yiba Amel ingin sekali memutilasi calon adik iparnya ini karena menertawakannya.

"Kan,kalo bunuh orang terus dimutilasi dosa gak?" tanya Amel.

"Ya dosalah. Emang kamu mau bunuh siapa?" tanya Arkan.

"Adik sepupu kamu yang ngeselin ini." Amel menunjuk Alesha dan seketika Alesha kicep.

"Kicep jugakan akhirnya." ucap Amel.

"Ya gimana gak kicep, Kak,orang tadi kakak bilang mau mutilasi aku." kesal Alesha.

"Ya gak mungkinlah kakak mutilasi. Nanti kalo kakak mutilasi,gak ada dong calon adik ipar sengeselin kamu lagi." ucap Amel sambil mencubit kedua pipi Alesha.

"Akrab boleh, tapi yang disini jangan dilupakan." sindir Arkan.

"Nyindir siapa kak?" tanya Alesha.

"Orang."jawab Arkan singkat.

"Kalo pengen diperhatiin bilang aja gausa pake nyindir gitu Arkan." ucap Amel.

"Yauda deh,aku kekamar dulu. Bye semua." pamit Alesha kemudian pergi menuju kamarnya.

"Dari tadi kek gitu" batin Arkan

"Huft. Gak mau dari tadi tuh anak kekamar." gumam Arkan sambil menyenderkan kepalanya ke bahu Amel.

"Kenapa emangnya? Kamu kangen ya berduaan sama aku?" goda Amel.

"Yaiyalah kangen. Senin aku udah masuk sekolah." ucap Arkan.

"Sekolah? Gak ada gak ada. Kamu baru aja pulang dari rumah sakit." ucap Amel.

"Kan selama seminggu disana aku istirahat. Aku bosen tau istirahat mulu." balas Arkan.

"Tetep enggak boleh. Titik!" Arkan membenarkan posisinya kemudian memegang dagu Amel dan mengarahkannya kesamping.

"Boleh ya? Please please please." ucap Arkan memelas dan memasang puppy eyes. Benteng pertahanan Amel pun runtuh dan terpaksa membolehkan Arkan sekolah pada hari senin.

"Asikkk. Sayang Amel!" Arkan mencium sekilas pipi Amel kemudian berlari kearah dapur.

"Sayang Arkan juga" Batin Amel

Tiba tiba terdengar suara teriakan dari arah dapur dan sudah dapat dipastikan itu teriakan Arkan. Amel segera berlari menuju arah sumber suara dan setelah Amel sampai didapur,Amel tertawa terpingkal pingkal.

"Kok malah ketawa sih kamu? Aku takut tauk. Tadi ada kecoa ngelewati kaki aku." kesal Arkan.

"HAHAHAHA COWO KOK TAKUT KECOA SIH HAHAHAHA." Amel semakin mengencangkan tawanya.

"Pacar durhaka. Aku kutuk kamu jadi cinta mati sama aku." ucap Arkan dan Amel malah tidak menghentikan tawanya.

"Tau ah gelap gelap gelap!" ucap Arkan kemudian berjalan meninggalkan Amel yang masih sibuk dengan tawanya. Amel yang sadar dirinya ditinggal oleh Arkan langsung mengejar Arkan dan memeluk Arkan dari belakang.

"Jangan ngambek. Maaf, aku udah ngetawain kamu." ucap Amel dibalik punggung Arkan. Arkan mengusap punggung tangan Amel.

"Iya gapapa. Aku juga gak marah kok." balas Arkan. Arkan mengangkat salah satu tangan Amel kemudian menciuminya.

"Arkan sayang Amel."

"Amel sayang Arkan."






Arkan sayang Amel.
Amel sayang Arkan.
Author sayang siapa ya?
Sayang kalian aja deh hehe.

Sampai ketemu dipart berikutnya

A dan A [Completed]Where stories live. Discover now