17

15K 1.6K 253
                                    

Halooo. Baca cerita lawas dulu ya. Ini belum aku edit dan revisi dikit-dikit ya. Yang mau full bisa ke Karyakarsa. Makasih ❤️

🍁🍁🍁

Pagi-pagi sekali Bian sudah berada di rumah Kinara, kemarin malam sahabatnya itu memintanya menemani kontrol ke dokter. Untung saja hari ini jadwal kerjanya sedikit longgar jadi Bian mengiyakan permintaan Kinara.

Gara turun dari lantai dua menuju dapur yang menyatu dengan ruang makan. Bik Nah sudah ia instruksikan menyiapkan sarapan untuk 3 orang. Bik Nah memanggil Bian untuk sarapan bersama sembari menunggu Kinara turun. Bian tidak menolak karena ia memang tidak sempat makan dirumahnya.

Mereka duduk berhadapan, saling diam tidak terlibat percakapan. Mereka sama-sama menoleh kearah tangga sebab mendengar suara langkah Kinara turun. Wanita itu menggunakan dress selututu warna hitam dengan lipit putih tiap pinggirnya, lengan sesiku. Dress sederhana namun membuatnya terlihat cantik.

Perempuan itu berjalan pelan mendekat ke arah pria-pria tersebut. Gara spontan berdiri menarik kursi untuknya, Bian mengulum senyum kecil melihatnya. Sepertinya Gara mulai menerima kehadiran temannya, entah apa yang membuatnya berubah.

Kinara mengernyit bingung, tidak biasanya laki-laki itu begini. Apa yang membuatnya berubah selama beberapa waktu ini? Apa kepalanya terantuk tembok jadi geser dari tempatnya? Kinara tersenyum kecut kepada Gara. Pria itu sendiri menyadari keheranan Kinara dengan perubahan dirinya. Ia akan meminta maaf kepada perempuan itu atas perlakuan mama juga adiknya.

"Hai, Bi. Sudah dari tadi kamu?" Kinara mulai mengambil piring dan mengisinya.

"Lumayan, jadi sudah buat janji dengan dokternya?" tanya Bian yang tengah menghirup aroma kopi dalam cangkir.

"Eh? Itu ...."

"Pukul 8." sahut Gara, "Dokter Anton." sambungnya lagi, kemudian pria itu pergi meninggalkan sarapannya yang belum habis.

Bian mengangkat alisnya, "kenapa tidak minta antar dia saja?"

Perempuan di depannya menghela napas pendek, "aku takut, Bi. Akhir-akhir ini dia jadi aneh, sikapnya sudah tidak seperti kemarin-kemarin. Lebih baik, perhatian dan ia sering mengalah dan itu membuatku takut, bagaimana kalau aku akan semakin menyukainya?" cicitnya lirih, wajahnya menunduk tangannya memain-mainkan makanan di piringnya.

"Ya bilang saja,"

Mata Kinara mendelik tidak percaya, "yang benar saja, Bi. Bisa-bisa patah hati aku ditolaknya," gerutu Kinara.

Bian terkekeh geli, "patah hati ya cari laki-laki lain, mudahkan?"

Dia melempar buah anggur yang ada di meja kearah Bian, "memangnya tukang ojek gampang mencarinya, ini hati Bi! hati! Oh God! Yang benar saja" desisnya.

Hahaha

"Ya sudah kalau begitu denganku saja, bagaimana?" Kedua alis Bian naik turun menggoda.

"Denganmu?" ucap Kinara dengan nada tidak percaya, "No, thanks! aku masih ingin hidup lebih lama." tolaknya.

Hahaha

"Ayo berangkat takutnya macet tahu sendiri jalanan di sini bagaimana,"

Mereka berjalan beriringan keluar rumah menuju mobil Bian. Dari kejauhan Gara menatap tajam mereka, ada rasa tidak terima melihat Kinara tersenyum karena laki-laki itu. Dia sadari selama ini dirinya hanya bisa membuat wanita itu menangis, menambah luka dalam dirinya. Sangat egois jika dirinya menginginkan Kinara memaafkannya secepat ini sedangkan dia melukai gadis tersebut selama bertahun-tahun.

Waiting For Love (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang