18

8.5K 1K 261
                                    

Happy reading sista😘😘

🍁🍁🍁

Kinara harus menelan kekecewaan mendengar anjuran dokter Anton, ia sudah berharap meninggalkan rumah itu secepatnya namun dokter masih belum memperbolehkan keluar dari rumah papanya, dengan alasan jika dirinya masih merasakan pusing berarti dia masih harus di bawah pengawasan keluarga. Bian tahu Kinara kecewa tapi ia bisa berbuat apa jika dokter menyarankan begitu.

Bian mencoba menghibur sahabatnya itu, membesarkan hati Kinara bahwa dia mampu bertahan sedikit lebih lama lagi hidup satu atap bersama Gara. Lagipula dokter juga mengatakan dalam waktu 2-3 minggu Kinara bisa benar-benar pulih. Kinara berjalan dengan gontai keluar dari ruangan dokter Anton menuju parkiran mobil rumah sakit. Jahitan di kening juga kepala samping sudah dilepas tinggal pusing yang ia rasakan.

Perempuan itu menghempaskan tubuhnya ke jok mobil. Menghirup oksigen lalu mengembuskannya dengan cepat. Ya Tuhan! Selama ini ia bertahan hidup berdampingan dengan Gara karena kebenciannya, namun dengan perubahan sikap dan perilaku pria itu membuatnya tidak tenang.

"Bi, aku ikut tinggal di rumah kakak iparmu bagaimana?" tanyanya saat Bian masuk dan duduk di belakang kemudi. Mulai melajukan mobilnya meninggalkan parkiran rumah sakit ikut berjejal dengan keramaian jalanan.

"Ck, tidak bisa Kin, Vya kondisinya juga tidak bisa dikatakan baik," bantah Bian, "sudahlah tidak sampai satu bulan, aku yakin kamu bisa bertahan. Toh selama ini kamu bisa menghindari dia,"

"Tapi ini beda, Bi. Aku takut dengan sikap pria itu akhir-akhir ini," Kinara mencoba memberikan alasan ketakutannya.

"Tidak bisa, Kin. Aku tidak bisa meminta Vya menjagamu sedangkan dirinya perlu ketenangan,"

"Bi, please.." mohon Kinara dengan raut wajah memelas, kedua tangganya ia tangkupkan menjadi satu di depan dadanya.

Bian menggeleng mantap, "nope."

"Please, help me... please..."

"Sorry, i can't."

"Bi.."

"Tidak bisa Kin, sudahlah hadapi saja dia,"

Kinara mengembuskan napas berat dan panjang, tidak mungkin ia mendatangkan Lusy atau Meggy untuk menemani dirinya. Mereka pasti tidak akan mau meninggalkan keluarganya meskipun hanya sebentar, andai ia memiliki teman selain Bian. Mobil Bian memasuki halaman depan rumah Kinara kemudian mereka turun.

"Mampir?" tawar Kinara.

"Tidak, aku langsung saja,"

Perempuan itu mengangguk, Kinara mencium pipi kanan kiri Bian. Kemudian masuk kembali ke mobilnya, memundurkan lalu melajukan dengan pelan mobil tersebut keluar dari halaman rumah Kinara.

🍁🍁🍁

"Apa kamu menyukainya?" itulah ucapan Gara setelah lebih dari dua minggu, lelaki itu menghindari juga mendiamkan Kinara. Gara sendiri bingung kenapa ia bertingkah seperti itu, itu bukan urusannya dan seharusnya hal tersebut tak mengusiknya.

Kinara menghentikan kegiatan makan malamnya menatap pria di depannya, "maksudmu?"

"Laki-laki yang mengantarmu ke dokter kemarin, apa kamu menyukainya?"

"Bian? Ya aku menyukainya, dia pria yang baik. Ada apa?" Kinara mengernyit bingung, ada apa dengan pria itu? Kenapa dia bertanya?

Waiting For Love (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang