4. Kejahilan Ana

12.1K 553 10
                                    

Ariana pov

Aku sangat bosan hari ini, biasanya jika seperti ini aku akan menjahili seseorang. Ah! Kenapa aku tidak coba menjahili Ano..

Aku tersenyum licik memikirkan reaksinya..

Aku berlari ke dapur dan menyiapkan barang dan bahan yang akan ku perlukan.

"Paman, tolong bawa ini ke kamar Arnold ya.." sepertinya aku sudah bisa mengucapkan namanya dengan benar. Aku tersenyum manis pada paman koki itu.

"Paman melihat Ano tidak?" aku bertanya pada penjaga istana yang sedang berkeliling.

"Tuan muda sedang rapat dengan petinggi istana nona," ucapnya tidak berani melihat ke arahku.

"Ouhh begitu, paman bantu aku ya.. Tolong bilang padanya bahwa aku sedang sakit dan mencarinya."

"Hamba tidak berani nona," aku cemberut karena ia tidak ingin membantuku.

"Oh ayolah.. Bantu aku ok. Seharian ini ia sangat sibuk dan aku tidak ada teman.. Jadi bantulah aku.." aku langsung memasang wajah melas andalanku, siapa tahu ia akan luluh.. Hehehhe.

"Kalau begitu, saya akan laksanakan nona," aku tersenyum senang dan berterima kasih padanya.

Aku berlari ke kamar Ano dan membawa peralatan yang sudah diantar ke dalam kamar mandi. Tak lupa untuk mengunci pintunya.

Aku memasukan oat meal, susu, dan jus jeruk ke dalam gelas. Kemudian mengaduknya sampai tercampur.

Ihh menjijikan. Aku melihat hasil karyaku di gelas.

"Ana?! Kamu ada di dalam? Apa kamu baik-baik saja?" Ano sudah sampai ternyata. Aku menyembunyikan bahan-bahan tadi di dalam bathtub.

"Hoek! Hoek!" aku segera memasukan muntahan buatanku ke dalam mulut. Lalu menyembunyikan gelas itu bersama dengan alat yang lainnya di bathub.

"Ana buka! Atau aku dobrak?!" aku membuka pintu kamar mandi dan langsung menubruk tubuhnya.

"Hei kamu kenapa?" aku pura-pura muntah dan mengeluarkan cairan tadi, hingga mengenai bajunya.

Aku langsung masuk ke dalam kamar mandi dan menguncinya.

"Hoek.. Menjijikan," gumamnya yang masih terdengar olehku.

"Kamu kenapa? Buka Ana!"

"Hoek! Hoek! Jangan masuk.. Banyak muntahan kamu pasti jijik. Sebentar aku akan keluar!" aku terus mengeluarkan suara seperti sedang muntah. Aduh mana keminum sedikit lagi... Eugh rasanya gak enak.

Aku keluar kamar mandi dan melihatnya yang hanya memakai kaos dan celana pendek.

"Hei mukamu merah sekali!" Ano menangkup kedua pipiku. Dan ya, tadi aku mengunyel-ngunyel mukaku sampai merah.

"Pusing.." aku mengatakannya dengan lirih, tak lama ia mengangkat tubuhku ke atas tempat tidur.

"Istirahatlah," ia menyelimutiku dan mengecup keningku.Senangnya.. Kapan lagi kan dicium cogan? Hehehehe..

"Aku ingin ke toilet." aku bangun dengan perlahan dan masuk lagi ke dalam toilet. Aku kembali memasukan cairan tadi ke mulutku dan lebih banyak dari yang tadi.

Aku keluar kamar mandi sambil menutupi mulutku dan memegangi perutku. Ia duduk sambil melihatku dengan pandangan khawatir.

"Mau kupanggilkan tabib?" aku menggeleng lemah dan memeluknya.

"Hoek!" aku memuntahkannya dan sedikit mendorongnya hingga ia terjungkal ke belakang. Aku kembali masuk ke kamar mandi dan menguncinya.

"Ana! Aku tak bisa bergerak. Jika bergerak, muntahanmu.. Ohh astaga!" aku menahan tawaku di dalam kamar mandi.

My Mate Is Prince Vampire? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang