14. Mantan Steve

6K 200 4
                                    

Author pov

Steve mengejar seseorang yang telah mencelakai Ana sedangkan Varons, ia mengejar matenya. Varons bisa merasakannya dan ini sangat menarik seluruh perhatian Varons. Persetan dengan Ana dan orang yang melukainya, ia harus mengejar matenya terlebih dahulu.

Varons terus saja melesat mengejarnya ke arah timur menjauhi istana. Sedangkan Steve terus saja mengejar orang itu dan sampai di sebuah rumah.

Steve mematung. 'Jangan-jangan?!' ia langsung masuk ke rumah itu dengan membanting pintu dengan keras dan benar dugaannya. Ternyata yang melakukan semua ini adalah Asya yaitu mantan kekasihnya dulu. Ia menatap Asya dengan tajam sedangkan yang ditatapnya malah tersenyum manis.

"Kenapa kamu lakukan itu?!" Steve tidak membentak namun dingin mematikan.

"Aku?" Asya menunjuk dirinya seolah bertanya. "Melakukan apa? Apa kamu bercanda? Kita bahkan sudah puluhan tahun tidak bertemu." Asya tertawa untuk menutupi kegugupannya.

"Jangan bercanda! Aku serius dan yang kamu lukai itu, Ana adikku." Steve tersenyum sendiri mengingat Ana yang terkadang memanggil dirinya,Varons, dan Mike dengan sebutan kakak. Walaupun setelah itu ia akan bertengkar kecil dengan Ano.

"Adik? Sejak kapan kamu mempunyai adik perempuan selain Angel?" kini wajah Asya memucat karena ia tidak bermaksud melukai keluarga Steve. Ia hanya bermaksud melukai mate Steve agar ia bisa bersama Steve tanpa ada halangan.

"Dari ekspresimu aku tau kamu yang melakukannya dan kamu gak perlu tau tentang adikku itu. Aku ke sini cuma mau bilang sama kamu. Kalo aku udah gak ada perasaan sama kamu dan jangan sekali-kali kamu berniat untuk mencelakai mateku atau keluargaku. Jika kamu sampai melakukan hal itu, kamu akan bernasib sama dengan Roy. Kamu tau kan?" Asya mengangguk cepat. Ia tidak ingin jadi seperti sahabatnya yang menjadi salah satu korban kekejaman Steve.

"Baguslah kalau begitu dan ah.. Lupakan aku." setelah mengatakan demikian Steve langsung meningggalkan tempat itu dan kembali ke istana.

Di sisi lain, Varons terus saja mengikuti matenya dan ia sampai di sebuah rumah sederhana yang masih termasuk wilayah kerajaannya.

"Aku harus menemuinya. Apa ia tidak bisa merasakan bahwa aku ini matenya?!" ia sedikit kesal karena hanya dia yang merasakannya dan matenya? Entahlah.

"Tapi aku harus menemui Ana dulu. Bagaimana kondisinya?" setelah itu Varons kembali ke istana. Saat ia sudah pergi wanitanya pun keluar dari rumahnya.

"Aku bukannya tidak merasakan kehadiranmu, hanya saja aku ini miskin dan cacat mana mungkin kamu mau sama aku.. Sama seperti dia.. Bahkan kakakku saja tidak mau hidup denganku." wanita itu berbicara lemah dan kembali masuk ke dalam rumah.

***

Semuanya terdiam mendengar kemungkinan Ana yang tidak akan bisa sadar. Ana hanya bisa sadar jika ia ditetesi oleh darah orang yang membuat tenung itu.

Semua orang kelimpungan mencari tau siapa yang melakukan hal ini. Steve justru bingung 'bagaimana cara memintanya kepada Asya?'

Steve dari tadi memblok pikirannya agar orang lain tidak bisa membacanya.

"Steve apa ada yang kamu sembunyikan dari kami? Mengapa kamu memblok pikiranmu?" ucap ibu Ano lembut. Steve mengacak rambutnya frustasi.

My Mate Is Prince Vampire? ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang