Blurb:
Fathur Safabian, seorang professional Industri Kreatif yang bekerja di salah satu rumah produksi ternama di ibu kota. Pencapaian Fabian tidak semudah memasak mie instan. Hidup menjadikan Fabian layaknya seorang petualang yang sedang berjuang...
PERHATIAN: Sebelum membaca harap perhatikan 3 hal berikut: - Isi cerita mengandung kebaperan tingkat akut - Setiap quote yang menarik, bisa kalian share di sosial media dan wajib tag instagram aku (@)yudiiipratama - Vote terbanyak & komentar menarik kalian di setiap bab akan berkesempatan mendapatkan spesial gift dari Author. x x x x [Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fabian terus menorehkan prestasi sebagai wakil sekolah yang diandalkan untuk urusan non-akademik. Setelah Fabian naik kelas, Dirinya terpilih menjadi ketua OSIS baru SMA Negeri Cendekiawan dengan keterpaksaan, Aldi menjadi dalang utama yang menjerumuskan Fabian menuju tahta tertinggi di Organisasi Siswa tersebut. Fabian menyadari beban baru dipunggungnya, sebuah tanggung jawab dan kepercayaan. dirinya sudah harus mulai tegas kembali terhadap diri sendiri dan juga kepada banyak orang.
Sesungguhnya, awalnya Fabian tidak ingin mengemban jabatan tersebut. Tapi setelah Fabian didaftarkan langsung oleh Aldi tanpa sepengetahuannya, seantero sekolah jadi heboh. Bahkan dua calon yang menjadi lawan Fabian merupakan siswa-siswa yang unggul di bidang akademik. Antara keberuntungan dan kesialan bagi Fabian, tapi ada alasan mengapa Aldi memilihnya. Ini dikarenakan Fabian tak hanya dikenal sebagai pembuat onar semata tapi juga sebagai siswa yang memiliki relasi dari berbagai angkatan dan Fabian juga sudah memiliki basic memimpin sejak SMP, memiliki kemampuan public speaking yang baik, jiwa kepemimpinan Fabian juga telah teruji ketika ia sering kali menjadi anggota paling berpengaruh dalam setiap pengambilan keputusan di OSIS selama satu tahun masa jabatan Aldi. Awalnya Fabian menolak, tapi setelah mempertimbangkannya matang-matang, ia akhirnya setuju dan terpilih sebagai ketua osis yang baru. Eksistensi seorang fabian terbukti dengan 70% suara siswa dimenangkannya dalam pemilihan Calon Ketua Osis yang diselenggarakan secara terbuka. Tidak hanya itu, hubungan Fabian justru semakin erat dengan kehadiran Gisa yang juga ikut bergabung di OSIS sebagai anggota. Semesta memang selalu memiliki cara terbaik untuk lebih dekat dengan takdir.
Menjadi Ketua OSIS yang sepenuhnya bukan pilihan Fabian, semua atas dorongan penuh dari Aldi dan juga kedua sahabatnya; Agam dan Windy—Agam sendiri juga tergabung dalam keanggotaan OSIS. Aldi ingin melihat Fabian berada di posisi yang bisa memperbaiki kepeduliannya terhadap organisasi, dan bisa merubah pemikiran Fabian untuk fokus setahun menjabat sebagai ketua OSIS.
"Lo emang harus fokus dengan jabatan lo sekarang Ian sebagai ketua OSIS, dan jangan lupa, pendidikan itu nomor satu, Bro," pinta Agam. "Tapi lo jangan lupa jaga kesehatan."
Pelataran ruang OSIS di bawah teduhnya pepohonan menjadi pilihan yang tepat bagi Fabian, Agam dan Windy untuk berkumpul bersama. "Mungkin ada benarnya juga kata Agam, Ian."
Fabian mendengkus, mengabaikan pernyataan Agam dan Windy.
"Lo tu harus jadi yang terbaik! Buat kami bangga!" cerocos Agam lagi.
"Jadi selama ini lo pada nggak bangga sama gue?"
"Yaaa, bangga, sih. Tapi lo harus konsisten sama pilihan lo kampret. Jangan seenaknya, dengan jabatan sekarang, lo akan semakin jadi pusat perhatian di sekolah. Jangan hobi bikin Bu Iza si guru BK sibuk."
"Ah, bacot!" Fabian bangkit dari duduk. "Ini yang bikin gue males, gue nggak mau pake topeng cuma gegara jabatan. Gue jadi ketua OSIS tanpa gue pinta, ini karena dorongan paksaan dari Aldi dan anak-anak angkatan, Jadi nggak usah maksain gue harus ini dan itu. Gue tau mana yang baik gue lakuin ke diri gue sendiri."
"Fabiannn, slow down ...." Windy langsung menarik Fabian untuk duduk kembali. "Uuu tayang, kalau bicara sama kita boleh ngegas tapi nggak boleh pake urat, ya, Tayanggg," rayunya berusaha menenangkan Fabian.
Fabian menepuk-nepuk dadanya. "Anjir, kan Betawi gue keluar, lo mincing sih gam Bangke! gue lelepin di empang engkong gue mau lo?!"
"Udah, udah. Nggak usah diperpanjang. Agam itu care sama lo, Ian. Tadi itu hanya saran, kok. Lagi-lagi lo boleh nggak setuju. We are here to support your choice, Okay?"
Windy tersenyum, sedangkan Agam mendengkus sebal lalu beranjak dari pelataran. "awas ya lo balik, jangan minta anterin!" Ancam agam dibalas dengan cengengesan oleh Fabian. Begitu lah mereka, Tensi emosi setinggi apapun, ketegangan bisa cair hanya dalam hitungan detik.
Sesaat kemudian, di depan ruang OSIS telah berdiri beberapa siswa yang ingin mengembalikan formulir pendaftaran anggota OSIS dari siswa kelas sepuluh. Salah satu siswa itu adalah Gisa.
Perasaan Fabian yang tadi penuh dengan amarah perlahan mereda setelah melihat wajah Gisa yang meneduhkan hati. Untung saja pertengkaran tadi tak terlihat oleh adik kelasnya.
Setelah Gisa menjadi bagian dari OSIS SMA Negeri Cendekiawan dalam kepengurusannya di tahun ini, segera Gisa juga akan menjadi bagian dari hidup Fabian.
Perjuangannya mulai diakui oleh Gisa, sejak Fabian memberanikan diri mengirimkan pesan pertama pada Gisa, ia sudah bertekad akan menyatakan perasaan secara langsung, memberanikan diri untuk mengajak Gisa mengarungi bahtera asmara, dan mengukuhkan diri sebagai lelakinya Agisa.
"Gue bakal nembak Gisa, Win."
Windy yang sedang mengerjakan tugas resume tersentak. Ia kemudian menoleh ke Fabian yang duduk di sebelahnya. "Are you sure? Apa nggak terlalu cepat? Lo kan perasaan baru mulai PDKT-an."
"Baru itu buat lo, tapi rasanya lama buat gue menantikan muara akhir atas harapan yang sudah gue tanam. Gue harus menjemput kepastian, bukan menunggu kepastian, Win . dan gue yakin, hati gue nggak mungkin salah pilih orang" Ujar Fabian, mantap, dengan tatapan lurus memandang jauh ke depan.
"Bukan lo benar atau salah dalam memilih, sih, Ian. Tapi lo yakin bakal nyaman dengan status baru lo nantinya? Lo akan berada didalam sebuah ikatan, dan sudah pasti ada perasaan yang bakal lo jaga."
"Kalau gue pilih Gisa dan dianya milih gue balik, ya, gue siap. Kan dicoba dulu, Win. Barangkali cocok."
"Whatever. Intinya gue mau jelasin ke lo, pacaran itu bukan permainan— yang kalau gagal nyoba, silakan dicoba lagi. Love isn't simple like that, Fabian. Love is complicated."
Fabian menoleh ke Windy "Iya, iya. Bawelll," ujar Fabian dengan santai sambil mengacak-acak rambut Windy.
Fabian menarik napas dalam-dalam sembari menutup kedua matanya. Wajah Gisa kembali melintas dalam pikiran juga bayang-bayang. Memilih dan dipilih, itu yang Fabian ingin pastikan dan ingin ia dapatkan.
Tekatnya sudah bulat. Fabian akan memilih Gisa dan hanya akan dipilih oleh Gisa seorang. Sederhananya, real love will be comes when it's needed. Dan Fabian membutuhkan cinta Gisa untuk mewujudkan perasaannya. Sebab satu buah hati tidak akan pernah bisa mencintai dirinya sendiri, dibutuhkan satu hati lagi untuk melengkapi dua hati yang akan saling memiliki.