Bab 22

2.6K 186 1
                                    

[Cerita ini dilindungi undang-undang akhirat. Jika melakukan plagiat, akan dicatat oleh malaikat]

Rasa ini hadir sebagai pelipur lara,Dari hati yang pernah merasakan cinta,Juga terbentuk kokoh oleh karena kecewa,Dan berharap suatu hari akan bertemu dengan hati yang senada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rasa ini hadir sebagai pelipur lara,
Dari hati yang pernah merasakan cinta,
Juga terbentuk kokoh oleh karena kecewa,
Dan berharap suatu hari akan bertemu dengan hati yang senada.

Semakin hari, cinta Fabian kepada Kara semakin besar. Hal itu ditunjukkan dengan surat-surat yang selalu ia kirimkan pada Kara bersama dengan cokelat berbagai varian jenis dan rasa. Indomaret yang menjadi langganan Fabian sampai heran karena hampir tiap minggu ia belanja banyak cokelat. Segitu cintanya Fabian kepada Kara, hingga cokelat tak jadi masalah jika menguras isi dompet.

Berbagai cara telah Fabian lakukan demi membuat Kara tetap menjaga hatinya untuk ia seorang. Beberapa kali Fabian diuji dengan berbagai macam laki-laki yang melakukan pendekatan pada Kara oleh karena status mereka yang masih belum ada kejelasan. Fabian merasakan Kara belum memberi hatinya sepenuhnya, atau ia berpura-pura untuk terlihat mendua agar Fabian peka dan segera menembak Kara.

Surat-surat berisikan quotes dan cokelat menjadi ciri khas Fabian dalam menjaga cintanya agar tetap utuh, agar terciptanya selalu gelora pada jiwa Fabian. Setiap ia selesai dengan urusannya, sebelum jam makan siang Fabian harus memastikan surat-suratnya dibaca oleh Kara dengan menitipkan bingkisan cokelat juga berisi surat untuk Kara di Meja Piket sekolahnya, yang ditujukan padanya seorang.

"Ibu, ini ada paket buat Kara." tanya Fabian terengah-engah setelah berlari dari mobil yang parkirannya lumayan jauh dari gerbang sekolah Kara karena jalanan sangat macet siang itu,

"Nanti kami teruskan ya nak."

Fabian tersenyum. "Terima kasih banyak. Punten, saya pergi dulu, ya, Bu."

"Sami-sami."

Tanpa sadar guru piket ini menjembatani romantisme Fabian kepada Kara. Dengan cokelat dan juga surat penuh dengan kalimat-kalimat mesra.

[surat tentang cinta dan cita-cita]

Teruntuk Kara,

Calon istri Masa Depan

Di mana pun berada, asal kamu bahagia.

Hari ini, sebuah surat kembali saya terbangkan dari hati ini menuju hatimu yang sedang berjuang menggapai cinta dan juga cita-cita; dua hal yang sejatinya harus seimbang.

Selamat ya untuk cintamu, tanpa berjuang pun, ia sudah tau siapa pemenangnya.

Selamat juga untuk cita-citamu, kamu semakin dekat dengannya. Kamu semakin memahaminya. Semoga usahamu membuahkan hasil kelak.

Kara, kamu jangan khawatir dengan masa depan.

Sebab saya akan selalu ada kapan pun kamu butuhkan.

ASMARADAHANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang