Surat Kelima

373 15 3
                                    

Lelah ku menunggu. lelah ku berharap. sakit ku merasa. daya misterius ini tak kuasa ku tahan. daya yang disebut "rindu" ini sangat menyakitkan. aku tahu kau tidak sombong hanya karena tidak membalaskan cahaya dari bintang - bintang. kau tidak mau membalas cahaya bintang - bintang karena kau ingin mereka lebih bersinar daripadamu. aku menyadari pengorbananmu ini.  bintang bintang besar dan terang tak pernah berterimakasih atas kebaikanmu.

Aku hanyalah bintang kerdil redup yang sadar akan posisiku. 

Aku tertindas didunia ini. Maukah kau hadir menjadi temanku? Semesta, aku rindu. Aku sangat teramat rindu. Tapi aku takut menanggung kerinduanku ini.

Ijinkan aku, sekali saja, memelukmu, merindumu dan memanggilmu dengan layak sebagaimana bintang - bintang besar.

Ledakan epik mereka, memanggil hati setiap insan. Namun, jika aku tiada, debupun taakan peduli.
Bagaimana kabarmu? Semesta bolehkah aku bercerita? Cerita tentang seonggok daging. Kau pasti telah mendengarnya dari bintang lain. Tapi, aku tetap ingin cerita.

Seonggok daging yang tersiksa di dunianya. Tiap malam, ia menengadah dan memohon pada sang langit. 'Aku memohon, muncullah.' katanya. Seketika awan terbuka dan ia menunjukku sebagai temannya.

Ia menceritakan semua kejadian di sekolah, rumah dan tentang rahasianya.

Aku tahu dia seperti ibunya sendiri. Semesta, jikalau engkau mengijinkan, ijinkan aku, debu dari bintang ini menjadi bintang kembali.

Yah..aku bukan bintang lagi. Aku hanyalh sepihan debu. Anak itu tetap dapat 'melihatku' sebagai bintang. Namun, aku..aku rindu dia. Ijinkan aku menemani dia sampai akhir hidupnya.

Biarlah masalah jagad raya, biarlah masalah lain..asalkan aku dapat bertemu dengan sahabat manusiaku.

Aku tak mau dia meneteskan air matanya yang murni itu di tanah yang penuh kenajisan

Kumohon

Semestaku.

Aku memohon

Dalam sesaknya nafas dan penderitaanku.

Untuk Semesta dari BintangWhere stories live. Discover now