23: SECUIL KISAH DI PERTENGAHAN NOVEMBER

1.7K 119 0
                                    

Jangan pernah bersedih.
Kesedihanmu itu kegagalan bagiku.
Aku gagal menjadi tamengmu.
Aku gagal menjadi bahumu.
Aku gagal menjadi pelangimu.
Bahkan aku gagal menjadi pelukis senyummu.

-Aldino Krastin Srendana-

Suasana pemakaman yang sunyi membuat bulu kuduk Aldi meremang sebelum akhirnya turun lagi. Ia menatap nisan di depannya dengan perasaan bagaikan dihujam. Aldi berjongkok untuk mengambil posisi di sebelah Melody. Ia menatap gadis itu dengan tatapan yang sulit di artikan.

Melody mengusap nisan yang bertuliskan nama papanya. Ia mengambil air lalu membasahi nisan itu. Perlu diketahui bahwa air bukan hanya mengalir di nisan papanya melainkan mengalir juga di pipinya.

"Pa..." lirih Melody. Ia mengusap-usap nisan itu lalu beralih menyiram kuburan papanya. Menabur bunga lalu memberikan sisanya pada Aldi yang tengah melamun.

Melody menyenggol bahu pria di sebelahnya, "Jangan melamun. Nanti kesambet loh."

Aldi tersadar lalu terkekeh kecil. Ia meraih bunga yang diberikan Melody lalu ikut menaburkannya. "Sejak kapan om Fredy meninggal?" tanya pria itu dengan nada yang dingin.

Melody meneguk salivanya sebelum akhirnya berani menatap manik mata Aldi yang tegas. "Waktu di Bali. Setelah kita pergi liburan bareng, kita semua kecelakaan. Papa meninggal dan.." air mata Melody kembali menetes. Tidak hanya setetes namun sudah berkumpul dengan isakan yang memenuhi wajah indahnya.

Aldi membawa gadis itu ke dalam rengkuhannya. Mengusap bahunya untuk menyalurkan ketenangan serta kehangatan agar gadis itu tidak menangis. Namun ia masih terotak dengan semua ini. Perasaan bersalah masih melingkupi ruang hatinya. Ia menatap nisan di sampingnya dengan saksama hingga akhirnya airmata nya lolos keluar dari pertahanannya.

FREDY  CLASICO
BIN
HARJO DAWARICAL CLASICO
Lahir: 12 Maret 1964
Wafat: 19 November 2015

Tanggal itu membuat keyakinan Aldi semakin benar. Ia ingat jelas pada tanggal 18 November sehari setelah ia jadian dengan Valerie dan memutuskan Melody. Pada saat itu tepatnya pukul satu malam disaat ia belum terlelap. Ia mendapat telepon dari Fredy.

Flashback on•

18 November 2015,

Langit jakarta malam ini sangat terang hingga membuat ia tidak ingin terlelap hanya sekedar untuk menatap bintang sembari melepas kerinduannya. Aldi terbodoh di balkonnya dengan fikiran ke satu gadis. Berharap akan ada jawaban dari langit atas rindunya, ia malah dihadiahi sebuah nyamuk yang mengharuskannya untuk masuk dan tidur.

"Ody...maafin gue." gumam Aldi sembari menatap balkon di sebelahnya. Balkon kamar Melody dulu sebelum ia pindah ke Bali untuk ikut ayahnya bertugas. Banyak sekali kenangan disana. Aldi masuk ke kamarnya ia langsung menghamburkan dirinya ke tempat tidur sambil memeluk guling nya.

Baru saja hendak memejamkan mata, handphone nya berdering membuatnya harus kembali bangkit untuk meraih handphone di meja rias nya.

"Om Fredy?" Aldi menggeser tombol hijau di handphone nya lalu meletakkan handphone di telinga kirinya.

Aldi: Halo om.

Fredy: Halo Aldi, apa kabar? Kok belum tidur?

Aldi: Hehe, belum ngantuk om. Ada apa ya om malem gini nelepon?

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Where stories live. Discover now