35: PENOLAKAN DAN SERANGAN

1.7K 115 2
                                    

Time has passed and I came this far
In the end, we'll remain as a memory
Now I'm afraid of starting again
What if we break up and it hurts again?
(BTOB-Beautiful Pain)

r e p i t i e n d o

Selalu ada cara bagi seorang Aldi untuk membuat orang di sekitarnya merasa nyaman. Melody yang lebih dulu mengenal pria itu sudah tau pasti bahwa Aldi adalah tipe orang yang dapat membuat orang nyaman dan betah dengan tingkah lakunya sekalipun ia nakal.

Seperti sekarang ini, rasanya bagai ribuan kupu-kupu tengah berterbangan dan membuat irama di perutnya. Hatinya menghangat melihat bagaimana pria itu menyiapkan semua ini. Ia bahkan tidak mengetahui darimana foto-foto yang ada di kamar Aldi diambil. Semunya terlalu tiba-tiba dan Melody tidak tahu harus berkata apa.

"Volvamos juntos?" tanya pria itu mengulangi.

Dari ujung sana terdengar suara pria berteriak kebingungan dengan apa yang dikatakan Aldi. "Apaan artinya bang?"

Aldi tak mengindahkan pertanyaan pria itu. Tatapannya masih tertuju pada satu titik. Pada gadis di depannya ia memangku harapan agar kali ini ia dapat memenangkan perasaannya.

Tersadar dengan kegelisahan yang tertera jelas di wajah Melody. Aldi mulai mengambil pergerakan untuk menyuruh Adrian agar memberi jalan untuk mereka keluar.

Adrian yang menangkap kode dari Aldi langsung mengangguk. "Oke. Kayaknya bakalan sampe sini aja. Lo semua boleh masuk ke kelas."

Helaan nafas mulai terdengar bersamaan di ruangan itu. Mereka bersorak lalu keluar dan ada juga yang menuntut mau melihat sampai Melody memberikan jawaban.

"Kalo lo pada mau aman sih. Soalnya bentar lagi paling Pak Darto kesini karena bingung setengah murid pada kemana." lanjut Adrian.

Satu persatu murid pun meninggalkan aula. Kini hanya tersisa beberapa orang yang bersangkutan dalam peristiwa hari ini.

"So? The answer is?" tanya Aldi.

Melody yang tadinya menunduk kita menegakkan kepalanya. Ia baru saja menangis dan itu terlihat jelas dari air mata di pipinya. Segera gadis itu menghapus jejak airmata di pipinya dengan lengan bajunya.

"Loh? Kenapa?" tanya Ares kaget.

Melody menggeleng lalu mengangguk. Membuat semuanya kembali terheran.

"Maaf." ujar Melody dengan wajahnya yang manyun.

"Maaf untuk?"

"Maaf gue gak bisa nerima lo."

Pada detik itu tubuh Aldi menegang. Segala harapan dan perjuangan yang telah ia lakukan hancur berkeping-keping. Tapi Aldi sudah berjanji dengan dirinya sendiri, apapun jawaban dari Melody ia akan tetap menghargai keputusan gadis itu.

Adrian yang melihat itu hanya bisa menggigit jarinya pasrah. Ia segera memeluk lengan Ares dan mengajak pria itu keluar. "Gue gak bisa ngeliat. Cukup!"

Ares menghentakkan tubuhnya lalu keluar dengan merangkul Adrian. Begitu juga dengan Allen dan Arnold yang turut kecewa dengan jawaban Aldi.

"Hargai keputusan cewek, bray!" bisik Arnold pada Aldi lalu ia keluar dari aula meninggalkan dua insan itu berdua.

Tangan Melody terulur, menyentuh telapak tangan milik Aldi dengan perlahan. "Maaf. Gue suka cara lo walaupun begini. Tapi ada ragu yang mengganjal di perasaan gue dan itu gak bisa disangkal, Di."

Suara bel masuk menghentikan pergerakan Aldi yang hendak membalas menatap gadis itu. Ia sinis, nyaris seperti marah namun saat ini dia berada di titik yang lebih dalam dari marah. Yaitu kecewa.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Where stories live. Discover now