57: PAUSE

1K 80 8
                                    

"Malam minggu adalah malam yang paling di tunggu." ujar Adrian sembari merapikan bajunya.

Adrian mengambil headband miliknya lalu memasang itu di wig abu-abu yang sekarang menutupi rambut aslinya. Malam ini dia akan ada party sesama pecinta naruto. Dan dia akan mengcosplay karakter kakashi.

Setelah selesai dengan kostum ia tampak berdiri gagah di depan cermin full body di kamar Allen. Dengan bangga ia tertawa lalu pamer kepada teman-temannya.

"Gimana?"

Arnold bertepuk tangan kagum. "Gila ganteng banget lo kalo mukanya ditutup pake masker gitu."

"Aiish!" Adrian hampir saja melemparkan makibishi nya ke wajah Arnold. Makibishi adalah senjata yang berbentuk duri yang digunakan para ninja untuk menghalangi musuh.

Ares tertawa lalu jiwa seni nya tiba-tiba muncul. "Lo lebih cocok cosplay Kurama deh. Pas proporsinya sama lo. Kakashi mah kegantengan."

Bibir Adrian mencebik lalu manyun. Ia menghampiri Aldi dengan wajah tersakitinya. "Al, gue cocok kan?" tanya Adrian pada Aldi. Ia tidak akan bertanya kepada Allen karena pasti pria itu hanya menatapnya lalu kembali fokus pada ponselnya.

"Cocok dong. HAHAHAHA." jawab Aldi semangat tapi ia sama sekali tidak menatap Adrian.

Keempat lelaki di ruangan ini saling berpandangan dan kompak menatap aneh pada Aldi yang tertawa karena ponselnya sendiri. Daritadi tangannya sibuk mengotak-atik keypad di ponselnya. Adrian sedikit mengintip lalu mengintip sebuah nama disana.

Ia menghela nafas marah saat melihat nama itu. Dibenarkannya headband kebanggaan di kepalanya. Sebelum keluar dari rumah ini ia sempat meninggalkan pesan. "Tega banget ngacangin temen sendiri demi seorang wanita. Liatin ini ya lo semua denger. Gue balik bakal bawa pacar!" tekadnya lalu pergi meninggalkan kamar Allen.

Memang nasib Adrian yang menyedihkan. Tidak ada yang menggubris ucapannya. Aldi hanya menatap kepergiannya biasa lalu kembali menatap ponselnya.

"Gue mau kencan pertama."

Arnold menoleh cepat. "Sama?"

"Melody."

"Jadi yang dulu dulu bukannya kencan?"

Aldi bangkit dari tidurnya lalu mendekati Arnold. "Jadi begini guru, kencan yang bener-bener kencan. Kita bakalan makan terus melakukan aktivitas lain hanya berdua. Tanpa kepentingan lain. Judulnya kencan pokoknya."

Arnold mengangguk tapi sepertinya ada kata yang mengganggu di selipan kata-kata Aldi barusan. "Guru?"

Aldi makin mendekat. Ia melupakan semua wibawanya sebagai ketua geng. Menatap Arnold seolah hari ini dia adalah anak buah pria itu. "Ajarin gue tentang kencan pertama yang romantis."

"Jiah," Arnold memalingkan wajahnya. "Bukannya diantara kita lo itu yang paling banyak ceweknya setelah Ares, Al. Pertanyaan ini pasti udah bisa lo jawab sendiri."

Matanya terpejam dan kepalanya menggeleng dengan hikmat. "Bukan seperti itu, Tuan. Kali ini gue mau serius kencan yang normal. No club dan pastinya tidak ada istilah minum-minum bareng."

Seperti yang sudah terjadi. Dulu Aldi banyak jumpa dengan cewek cantik dari club dan akhirnya kejadian yang sama sering terulang. Menyebut makan bersama lalu joget di club adalah kencan baginya.

"Ya udah ajak aja nonton, makan terus main kayak orang normal pacaran."

Aldi tampak berpikir sejenak. Ada benarnya juga, bukankah itu yang selama ini dilakukan orang normal saat berkencan. Berarti selama ini dia adalah orang yang tidak normal.

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Where stories live. Discover now