48: PAKET MISTERIUS

1K 72 1
                                    

Ada beberapa hal yang tidak dapat Melody maklumi di dunia ini. Salah satunya adalah orang yang tidak tahu aturan. Melihat betapa kacaunya orang-orang di tongkrongan Aldi membuat Melody gemas ingin merapikan mereka satu persatu. Ia ingin memasukkan baju pria disana ke dalam celananya. Mematikan api yang tersulut di batang rokok mereka. Lalu memerintahkan mereka untuk pulang dan mengerjakan hal yang lebih penting.

Tapi setelah dengan Aldi ada juga beberapa hal yang ia sadari. Salah satunya tentang kebahagiaan. Takaran kebahagiaan setiap orang itu berbeda. Ia tidak bisa memaksakan keinginannya kepada orang lain jika itu membuat orang lain tidak bahagia. Tidak semua orang menyukai musik dengan genre rock. Tapi kita tidak bisa melarang penyuka musik rock untuk tidak memainkan musik itu hanya karena standar dan keinginan kita tidak ada disana.

Melody akhirnya membuang kekesalannya. Ia menghela nafas lalu tersenyum. Lagipula Aldi selalu mendukungnya. Tidak sulit kan untuk melakukan hal yang sebaliknya?

Akhirnya Melody memberanikan diri untuk masuk ke dalam warung. Sejak istirahat pertama Aldi sudah tidak ada di sekolah. Melody yakin betul bahwa pria itu ada disini.

Dari teras warung ia dapat melihat Aldi sedang memainkan ponselnya di meja dekat kasir.

"Al, rokok?" tawar Ares.

Aldi menggeleng tanpa melirik Ares. Ia masih tetap fokus melihat ponselnya. "Gak. Mau kurang-kurangin gue."

Semua orang di meja itu menatap Aldi dengan tatapan heran. Allen yang sedang mengerjakan sesuatu di laptop nya pun sampai berhenti hanya untuk menatap Aldi.

Sadar akan tatapan teman-temannya, Aldi meletakkan ponselnya di meja sambil menggebrak meja. "Kenapa lo pada gitu natap gue? Santai bro. Gue cuma mau memperpanjang hidup."

Adrian tidak bohong jika bulu kuduknya meremang karena ucapan Aldi barusan. Menurutnya itu lebih horor daripada harus berurusan dengan film hantu. "Anjing! Nold, liat gue, liat. Merinding banget denger Aldi ngomong gitu. Iiihhh.." ujar Adrian sambil mengusap-usap tubuhnya.

Arnold hanya bisa terkekeh. Ia menepuk pundak Aldi. "Akhirnya gue percaya sama hubungan lo kali ini."

Adrian kembali merinding. "Anjir sumpah ini bos lo pada kayak gini karena cewek? Gila. Ya Allah semoga Aldi gak jadi bucin kayak Arnold." ucap Adrian sambil berdoa dengan khusyu.

Sebuah tendangan terasa jelas di tulang kering Adrian sebelum ia sempat mengaminkan doanya. "Sem..aww..ad..sialan lo, brengsek emang."

"Makanya jangan jomblo."

Mereka akhirnya terlibat perdebatan yang tidak penting.

Di tempatnya Melody berdiri kaku. Semua sibuk dengan urusan masing-masing sampai tidak ada yang menyadari bahwa Melody sedang berdiri disana. Dengan hati yang menghangat.

Ia tidak bisa menyangkal betapa senangnya ia karena Aldi menolak sebatang rokok yang ditawarkan Ares. Tentu saja ia senang karena Aldi melakukan itu untuknya. Karena alasan yang ia berikan.

Harusnya Melody akan datang untuk menjemput Aldi untuk pulang bersama lalu menanyai pria itu kenapa ia membolos dan mungkin ia akan memberikan beberapa nasihat. Melody memutar langkahnya keluar dari sekitaran warung. Ia memilih jalannya sendiri untuk tidak mengekang Aldi selama beberapa saat. Melody melambaikan tangannya pada sebuah angkutan umum yang berjalan ke arahnya. Setelah itu ia langsung naik.

Aldi Srendana❤

Hari ini aku gak pulang sama kamu. Aku mau jalan sama Ayna.

Melody menekan opsi kirim lalu menyimpan ponselnya.

r e p i t i e n d o

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang