40: REPITIENDO

1.4K 129 2
                                    

Ketika rasa percaya berkuasa atas seluruh rasa. Masih bisakah dusta menyelip diantaranya?

-Irama Melody Clasininda-

r e p i t i e n d o

"Tanggung jawab lo." pinta Aldi kepada Melody yang wajahnya memerah sempurna.

"Apaan." elak Melody. Ia mengambil bukunya lalu pura-pura membacanya.

Sekarang sedang free class karena guru sedang rapat mengenai ujian semester ganjil. Tidak terasa waktu berlalu secepat itu memang. Hingga ada satu hal yang baru saja diingat oleh Melody.

Perlahan Melody meletakkan kembali bukunya ke meja. Ia sempat terkejut karena wajah Aldi yang cukup dekat dengan wajahnya.

"Ih ngapain sih deket banget."

Aldi hanya terkekeh lalu pindah ke sebelah gadisnya, membuat Melody secara alami pindah ke dalam agar Aldi bisa duduk.

"Pacar gue sekarang udah berani, ya. Padahal kalo difikir dulu pegangan tangan aja canggung banget." ujar Aldi kembali menggoda Melody.

Melody hanya bisa menggigit bibir bawahnya samar. "Nyesel ih, harusnya tadi gue tampol beneran biar sekalian merah semua itu muka."

Aldi terkekeh lagi. "Gue bingung aja sih. Yang kita lakuin setelah pertemuan kita tahun ini hampir sama kayak kisah kita yang dulu. Maksudnya ini gak kita rencanain tapi berjalan gitu aja."

Sejenak hening, sampai Melody mengingat sesuatu. Kejadian masa lalu yang hampir mirip dengan kejadian di ruang kesehatan tadi.

Kayuhan Aldi semakin kencang karena ia merasa berhasil membawa sepeda dengan roda dua untuk pertama kalinya. Pria itu tidak sadar di belakangnya ada gadis yang sedang berdiri sambil memegang erat bahunya agar tubuhnya dengan sepeda yang dikayuh Aldi seimbang.

"Aldi kamu jangan ngebut nanti kita jatuh. Ody takut.."

"Ody jangan takut, Aldi pasti gak bakal bikin Ody jatuh."

Selang beberapa detik setelah Aldi mengatakan itu, sepedanya oleng karena ada anak tikus yang tiba-tiba lari menyebrang.

Mereka terjatuh ke arah kiri yang untungnya bukan aspal melainkan rerumputan. Tapi tetap saja tangan Melody lecet karena batu kecil yang bersembunyi di balik rumput.

Aldi yang kakinya tertimpa oleh stang sepeda tak lagi memikirkan sakit di kakinya. Darah kecil menetes di lututnya tetapi ia langsung beralih ke arah tangan Melody. Dengan gesit ia membalikkan telapak tangan Melody dan melihat ada beberapa goresan disana.

Mata Melody mulai berkaca-kaca tapi gadis itu tidak sampai menangis. Melihat itu Aldi langsung merasa bersalah dan meminta maaf kepada Melody. "Ody maafin Aldi. Tangan Ody sakit ya, bentar ya Aldi obatin dulu."

Dihembusnya tangan Melody perlahan sambil berharap agar rasa sakit yang Melody rasakan hilang. Gadis kecil yang tangannya dihembus itu malah memiliki fokus lain. Ia melihat jelas ke arah lutut Aldi.

Dengan cepat Melody menepis tangannya. Ia berdiri lalu jongkok tepat di depan lutut Aldi. "Ody gapapa, Aldi yang sekarang lagi sakit. Tunggu sebentar ya."

Rambutnya yang dikuncir dua ikut bergerak ke kanan kiri sesuai dengan irama angin saat ia berlari menuju pohon yang tidak terlalu tinggi. Melody menggapai beberapa daun yang ia sampai lalu kembali dengan daun yang sudah berbentuk kipas.

Ia mengipasi lutut Aldi lalu mengambil bagian dalam dress yang ia gunakan. Dengan itu ia membersihkan darah di lutut Aldi. Tentu pria kecil itu meringis karena sentuhan asing yang mendadak di lututnya.

"Aduhh.."

Melody makin panik. Ia kembali mengipasi lutut Aldi. "Aduh ini gimana. Kita pulang aja ya, diobatin sama mama aku."

"Tapi tangan Ody sakit? Nanti kalo mama Ody marah kalo tangan Ody luka karena Aldi gimana?" tanya Aldi lugu.

"Ih ini kan lukanya gara-gara tikus bukan karena Aldi." jawab Melody kesal.

"Tapi tangan Ody merah. Pasti sakit, makanya sekarang buat tangan Aldi merah dulu biar Ody ga sakit sendirian."

Tidak ada waktu karena Melody sangat panik takut luka di kaki Aldi jadi infeksi karena di sekitaran sini banyak lalat. Melody pun membantu Aldi bangkit. "Nanti Ody pake lipstick mama terus cium tangan Aldi biar merah. Kita jadinya sama deh. Sekarang kita pulang dulu ya."

Aldi pun akhirnya mengangguk mengikuti Melody.

Hanya ada keluguan diantara keduanya. Tanpa debaran dan rasa cinta pastinya. Pertemanan masa kecil mereka begitu murni pada awalnya sebelum akhirnya mereka saling jatuh cinta terlalu awal.

"Halo apakah ibu Melody jiwanya masih disini?" tanya Aldi untuk yang ketiga kalinya. Sejak tadi ia memanggil gadis itu hanya diam dengan fikirannya yang melayang entah kemana.

Sekali tepukan di bahu Melody membuat gadis itu tersadar. "Eh sakit masih lututnya?" tanya Melody spontan. Alam bawah sadarnya masih bekerja sebelum akhirnya sadar sepenuhnya karena melihat dengan jelas pria yang sedang menatapnya heran.

"Lutut? Aah, gue inget. Itu dia yang gue maksud tentang hubungan kita." Aldi mengerti akhirnya kemana fikiran Melody melayang tadi.

Aldi kalau ngomong memang suka benar, mengingatkan Melody akan hal-hal lama mungkin merupakan keahlian pria itu.

"Kayak reinkarnasi ya?"

"Sayang." Aldi menyela dengan wajah tidak enak. "Emangnya kamu kira kita udah mati."

Mata Melody sontak mendelik mendengar kata ganti dari namanya dan juga kata-kata sakral yang bisa membuat jantungnya berhenti saat itu juga. Jujur dia tidak pernah dipanggil dengan sebutan sayang bahkan saat ia pacaran dulu dengan Aldi.

"Dih." hanya itu yang keluar dari bibir Melody untuk menetralkan degup jantungnya.

"Kok dih sih. Lo harus biasain ngomong aku-kamu biar lebih enak di denger. Tapi gue gak maksa sih. Selama pacar gue nyaman."

Nyatanya Melody tidak nyaman dengan topik yang berganti secepat tadi. Mengetahui itu Aldi langsung memutar kembali topik pembicaraan mereka.

"Kalo bahasa spanyolnya yang kita lakuin itu Repitiendo."

"Maksudnya?"

"Mengulang kembali. Repitiendo artinya mengulang kembali."

Tiba-tiba perasaan gelisah menyelimuti diri Melody. "Kalo gitu berarti sampai kisah terakhir kita yang dulu juga bakalan terulang?"

Aldi mengernyitkan dahinya. "Maksudnya?"

"Lo..se-selingkuh?" Melody kembali menggigit bibir bawahnya namun kali ini tidak samar.

Gadis itu tetap gelisah menunggu jawaban Aldi. Akankah jawaban yang keluar dari bibir pria ini mampu menyembunyikan kegelisahannya---

"Gue cuma butuh satu hal untuk kali ini dari lo," ucap Aldi dengan nada tertahan.

"Tapi gue butuh lo bener-bener ngasih ini ke gue." sambungnya.

"Apa itu?"

"Kepercayaan."

---bahkan ketika Melody sudah memberikan kepercayaannya. Itu tidak cukup membuat dirinya puas akan keyakinan dari perkataan Aldi yang barusan.

r e p i t i e n d o

Yay!
YA AMPUN MAAF YA.
aku tau ini udah lama banget setelah terakhir kali aku update.
Setelah memutuskan hiatus akhirnya aku kembali dengan cerita ini.
Maaf ya, harusnya sekarang aku gak di lapak ini. Karena Repitiendo itu targetnya tamat tahun lalu. Tapi aku ngaret terus.
Buat yang selalu nunggu makasih ya❤
See you in next part!

BBS [1] Repitiendo [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang