yang hanya diketahui satu

37.7K 1.7K 485
                                    

Hai pembaca baru..
Vote dan komen yuk. Ramein ilusi ehe

 Ramein ilusi ehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kak Ardi?"

Elara tidak menyangka sebelumnya bahwa kakak kelasnya itu akan menemuinya di night club seperti sekarang ini. Dan yang terlihat sekarang laki-laki tinggi itu membuka jaket hitamnya dan menutupi pundak Elara yang terbuka. Menyisakan kaus hitam polos di tubuh Ardi. Dari caranya saja, sudah dapat disimpulkan bahwa Ardi masih peduli padanya.

Dan yang sekarang Elara rasakan adalah tangan dingin Ardi menyentuh telapak tangannya. Menggenggamnya erat. Membawa Elara keluar dari ruangan dengan pencahayaan minim serta suara yang berisik itu. Kini Elara sudah berada di pelataran parkir, tepat di samping motor Ardi. "Ayo pulang!" Hanya kata-kata itu yang Ardi keluarkan dari mulutnya.

Elara masih sadar seratus persen dan memperhatikan wajah Ardi di depannya itu, yang terlihat sibuk merogoh saku celananya untuk mengambil kunci motor. Elara menahan untuk tidak langsung menarik leher Ardi hingga tidak ada lagi jarak di antara mereka berdua. "Gue mau nanya dulu sama lo, Kak. Lo tau dari mana gue di sini? Lo ngikutin gue ya?"

Dari penglihatan Elara, Ardi terlihat mengangkat sudut kiri bibirnya. Membuat Ardi terlihat semakin menarik. Elara benar-benar ingin menghapus jarak di antara mereka berdua sekarang juga. "Ngapain amat sih gue ngikutin lo, Elara?" Ardi bertanya balik. Sorot mata tajamnya penuh dengan gurat mengintimidasi.

Kedua bahu Elara terangkat. Menantang tatapan Ardi itu. "Lo yang harusnya ngasih tau gue, kenapa?" Setelah mengatakan itu, senyum tipis Elara terlihat.

Ardi mengencangkan rahangnya. Tangannya menarik jaket yang berada di pundak Elara, membawa Elara mendekat ke arahnya. "Sekarang gue yang nanya sama lo. Ngapain lo ke sini? Lo tau besok hari apa?" Suara serak Ardi terdengar pelan, namun mampu mengantarkan sesuatu—yang entah apa ke dalam dada Elara. Dan Elara suka itu. Sejak pertama mendengar suara Ardi.

"Mm.. hari senin?" Jawaban yang Elara berikan malah terdengar seperti pertanyaan balik untuk Ardi. Dari jarak sedekat ini, Elara yang mau menyentuh sisi wajah Ardi dan akan mengusapnya dengan lembut terurungkan saat tangan Ardi dengan cepat menghentikan pergerakan Elara. Elara mendengus.

"Lo tau besok lo sekolah dan lo malah ke sini?!"

Seharusnya Ardi bersikap tidak peduli dengan gadis itu. Bukannya seperti ini; menghampiri Elara hingga ke night club, menutupi pundak gadis itu yang terbuka dengan jaket hitamnya dan menarik pergelangan tangannya hingga menuju ke arah motor Ardi yang terparkir.

Sekali lagi, seharusnya Ardi tidak bersikap seperti ini.

Elara mendekat lagi ke arah Ardi dan dengan jelas merasakan embusan napas Ardi yang mengenai wajahnya. Kenapa nih cowok makin ganteng aja sih?! batinnya.

1.2 | illusion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang