jatuh untuk kesekian kali

20.7K 1.2K 567
                                    

You're really good at hiding
your feelings, darling.
—Elara.

Malam ini udara lebih dingin dari biasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam ini udara lebih dingin dari biasanya. Ardi mengendarai motornya dengan kecepatan rata-rata dan memasuki gerbang rumah mewah itu. Setelah mematikan mesin motor, ia membuka helm full face-nya.

Sebenarnya Ardi tidak pernah ingin menginjakkan kakinya di rumah ini lagi. Jika bukan karena ada barang-barangnya yang akan ia ambil. Tanpa mengucapkan apa pun, laki-laki itu membuka pintu putih gading di depannya dan melangkah masuk.

Masih terasa asing semua yang berada di hadapannya sekarang. Memaksa otaknya untuk mengingat betapa tidak betahnya ia tinggal di rumah besar ini. Karena memang begitu memuakkan untuk dirinya. Rumah yang bukan seperti arti rumah yang sebenarnya.

"Mas Ardi pulang? Saya panggilin Mba—" Lin, pembantu rumah tangga di sini. Tiba-tiba muncul di hadapan Ardi.

"Lin, gue cuma mau ngambil barang gue yang ketinggalan. Gak usah lo panggil siapa-siapa ya," potong Ardi cepat dan menaiki anak tangga. Menuju kamarnya yang berada di lantai dua.

Tangannya dengan pelan memutar kenop pintu. Ardi tidak tahu pasti sudah berapa lama ia meninggalkan kamarnya ini. Terlihat masih sama, seperti ia pertama kali meninggalkan tempat ini. Tidak berubah. Semua berada pada tempatnya.

Dan satu pigura berhasil menarik perhatiannya. Foto keluarganya yang utuh. Ia lalu meraih pigura itu. Mengamati dengan baik-baik foto di tangannya. Semuanya terasa sempurna dulu. Hingga Ardi berpikir tidak akan ada celah yang menghancurkan segalanya. Ardi mendengus.

Dulu.

Matanya juga melihat foto Elara dengan dirinya. Terlihat mereka begitu bahagia di foto itu. Ardi terlalu bodoh ingin sekali mengulang semuanya dari awal. Bertemu dengan Elara. Menjadi pacarnya dan tidak pernah ada kata putus di antara mereka. Apakah bisa? Jawabannya pasti tidak dan tidak mungkin iya.

Jika saja semuanya terasa mudah untuk hubungannya dengan Elara, mungkin Ardi adalah laki-laki yang paling bahagia sekarang. Bagaimana tidak, ia mendapatkan satu-satunya gadis yang masih diinginkan hatinya.

Dan mengapa juga semua yang dulu-dulu lebih terasa membahagiakan?

Ardi mengerjapkan matanya. Ia seakan lupa niat awalnya berada di rumahnya ini. Maka, diambilnya semua novel-novel yang ia koleksi dan langsung keluar dari kamarnya.

"Lin," panggil Ardi. Ia sudah di depan pintu utama saat ini.

"Ada apa, Mas?"

"Ambilin gue paper bag, cepetan ya," ujar Ardi dan melihat arloji hitam di pergelangan tangannya.

"Yang putih atau item?"

"Yang merah kalo ada," jawabnya dengan nada serius. "Warna apa aja. Cepetan."

1.2 | illusion ✓Where stories live. Discover now