melepas yang masih tergenggam

28.9K 1.3K 477
                                    

❝'Cause this is the right thing to do;
letting you go, right?
—Ardi.

"Lo gak mau nyamperin cowok lo, Ra?" Fanya menarik rambut Elara yang sekarang sedang duduk di sampingnya setelah bertanya seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lo gak mau nyamperin cowok lo, Ra?" Fanya menarik rambut Elara yang sekarang sedang duduk di sampingnya setelah bertanya seperti itu. Sedang Tiffany yang duduk di hadapan mereka memilih untuk membalas chat dari kakak kelas yang memang sedang dekat dengannya.

Elara langsung mengalihkan pandangan pada snack di tangannya dan melihat Ardi yang sedang duduk sendirian di kantin lantai satu ini. Terlihat begitu sibuk bermain ponsel, padahal teman-temannya sedang berkumpul di meja yang tidak jauh dari Elara. SMA Pertiwi memang baru saja membunyikan bel istirahat pertama mereka. "Gue belum cerita ini ya? Semalem Ardi jemput gue dan gue langsung balik. Sori ya gue gak ngabarin kalian. Gue langsung tidur juga."

Mendengar itu, Fanya memutar kedua bola matanya. "Sampe chat di grup aja lo belom baca sampe sekarang, njir!" sunggutnya.

"Maaf kali. Besok-besok gak kayak gitu lagi deh. Janji." Elara memperlihatkan senyum lebarnya ke arah mereka berdua.

Fanya akhirnya tertawa. "Tadinya gue mau diemin lo, tapi gak jadi. Gak bisa." Dan memeluk Elara dengan kedua tangannya.

"Eh, Ra. Kak Ardi itu blasteran Indo sama apa deh? Gue lupa mau nanya ini terus." Tiffany akhirnya meletakkan ponselnya itu ke atas meja. Menoleh juga ke arah Ardi di belakangnya yang masih terlihat memainkan benda pipih itu di sana.

Elara melepaskan pelukan Fanya dan memilih untuk menyandarkan kepalanya pada bahu gadis itu. "Australi, Tif. Tumben juga lo nanyain itu." Tangan Elara lalu meraih botol air mineral di atas meja dan menyeruputnya dengan sedotan yang sekarang sedang Elara gigit.

"Dari nyokapnya ya?" celetuk Fanya dan pandangannya juga ke arah Ardi.

Kepala Elara mengangguk. "Iya, dari Tante Reika." Mamahnya Ardi.

Tiffany manggut-manggut. "Pantes aja." Saat mengatakan itu, ia sudah melihat ke arah teman-temannya.

"Jangan bilang lo suka sama Kak Ardi ya, Tif?" Kedua mata Elara menyipit.

Mendengar itu, mau tidak mau Tiffany tertawa. Fanya juga. "Gue lagi suka sama temennya bukan sama dia. Kak Ardi kan udah ada pawangnya. Takut gue."

"Sial! Awas aja kalo suka sama Ardi." Dan Elara langsung bangkit dari tempat duduknya. Meninggalkan teman-temannya yang pasti sudah tahu Elara akan ke mana.

"Kenapa semalem lo ninggalin gue sih? Gue kira lo bakalan jadi nginep."

Alis Ardi terangkat sebelah. Di depan Ardi kini sudah ada Elara yang datang-datang menemuinya, memasang wajah kesalnya itu.

1.2 | illusion ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang