Past

7.2K 360 32
                                    

Story by Harasu.
Sotus belongs to Bittersweet.

Inspired by Korean drama "Goblin".

○○○

Singto mengusap sebuah topi hitam kesayangan nya, sesekali berdecak karena topi hitam itu berulang kali dihinggapi debu.
Ia tak mengerti mengapa manusia-manusia yang berlalu lalang dihadapan nya suka senyum-senyum tak karuan.
Penampilan nya oke-oke saja, setelan jas hitam yang selalu ia pakai tak ada masalah. Wajah? Tak perlu kau tanyakan.

Padahal yang ia lakukan saat ini hanya berdiri, tapi beberapa gadis muda sudah berkali-kali meminta nomor telpon nya.
Tentu saja ia menolak, toh dia juga tak punya ponsel.
Mungkin itulah salah satu alasan Singto menolak berurusan dengan manusia.
Ia melirik jam tangan nya, menyeringai- waktunya sudah tiba.

Singto segera memakai topi hitam yang sedari tadi ia pegang tepat setelah suara keras terdengar.
Suasana sontak ramai, banyak manusia yang mengerubungi sesuatu.
Singto merasa manusia itu bodoh, sudah tahu ada kecelakaan mobil, kenapa pula mereka hanya menonton.
Masa bodo, Singto! Lakukan pekerjaanmu dan pergi dari sini, pikirnya.

Singto melangkah pelan. Sesekali ia membenarkan posisi topi hitam nya yang miring karena tertiup angin. Kalau boleh bicara, Singto merasa pesona nya berjuta-juta kali lebih tinggi jika memakai topi hitam ini. Tapi percuma juga sombong, lagipula tak mungkin ada orang yang bisa melihatnya jika sedang memakai topi itu.

Singto menghampiri seorang gadis yang berdiri dengan tatapan bingung. Gadis itu malah tambah bingung melihat laki-laki dengan topi aneh menghampirinya.

Singto sekali lagi menyeringai, ia rogoh sakunya dan membuka sebuah amplop dengan warna senada dengan topinya.
" Maprang Thannitipat, usia 23 tahun, meninggal karena tertabrak mobil saat menyebrang. Itu benar kau?"

Gadis itu memucat mendengar serentetan kata-kata yang keluar dari sosok dihadapannya. Ia melirik horor pada kerumunan, terkejut ketika melihat dirinya sendiri tergeletak bersimbah darah diaspal.
Ia tak mengerti apa yang terjadi, apa yang ada diingatan nya adalah saat itu ia hanya menyebrang dan terdengar suara keras.

"Aku sudah meninggal?"
Gadis itu bertanya lirih, Singto mengangguk mengiyakan

" Mari ikut aku"

Singto berbalik, ia hanya perlu menyelesaikan langkah terakhir sebelum mengirim gadis itu ke akhirat.

○○○

"Minumlah. Itu akan membuatmu melupakan semua yang terjadi di masa lalu"

Singto meletakkan secangkir teh dihadapan gadis yang nyawa nya ia cabut tadi. Ia merengut kesal, manusia selalu saja menangis jika sedang berada ditahap ini.
Singto mengambil tempat dihadapan gadis itu, tersenyum berusaha ramah.

" Aku belum mau mati. Ibuku sedang sakit dirumah. Kembalikan aku kedunia"

Singto menggaruk tengkuk nya yang mendadak gatal. Semakin lama ia jalani pekerjaan ini, rasanya semakin sulit. Sebenarnya bagian tersulitnya hanya pada tahap ini, tahap dimana ia harus merelakan telinganya untuk mendengar berbagai kisah manusia yang menurutnya membosankan.

Singto tidak tahu mengapa dirinya terlahir kembali sebagai malaikat pencabut nyawa. Walaupun namanya malaikat, tapi Singto merasa mereka tidak sebaik itu. Apalagi setelah mendengar cerita dari senior-senior pendahulunya.

Kongpob & Arthit (Sotus Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang